Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Gambar
Thema: Pengurus yang Dipercaya ( Pengurus Si Terteki ) Nas: 1 Korintus 4:1–5 “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.” Pengantar Menjadi seorang pengurus dalam pelayanan jemaat adalah sebuah kehormatan besar sekaligus amanah ilahi yang penuh tanggung jawab. Dalam nasihat Rasul Pau...

Kisah Biksu Senior dan Biksu Junior.

Saat Biksu senior mengajarkan prinsip kehidupan kepada junior, biksu junior menyimaknya dengan sepenuh hati.

Ajarannya yang paling penting adalah bahwa hidup harus dilakonkan dengan penuh pengendalian diri. Ambil jalan tengah, saat bergembira tidak terlalu bergembira, saat sedih pun tidak terlalu bersedih.
Dan soal pola makan, dan soal pergaulan pun tidak luput dari materi pengajaran utamanya. Dan yang paling masuk ke dalam pikiran sang Biksu junior adalah perlakuan terhadap kaum wanita.
Biksu senior mengatakan, “kita harus mampu mengendalikan pikiran dan perilaku kita terhadap wanita. Sebagai seorang biksu, kita sudah selesai dengan diri kita tentang perempuan. Kita tidak boleh terjebak dalam pandangan ketertarikan terhadap kaum wanita”, kata Biksu Senior menekankan pengajaraannya.
Suatu saat berjalanlah mereka berdua melakukan pengembaraannya.
Tibalah dipinggir sungai, dimana sungainya tanpa jembatan. Menyebranginya harus berjalan perlahan dan hati hati sekali. Seorang wanita muda yang juga mau menyeberang terlihat bingung dan ketakutan untuk berjalan sendiri.


Biksu senior mengetahui pikiran dan ketakutan sang wanita muda, sehingga dengan serta merta menawarkan bantuannya untuk mengendong si wanita menyebrang sungai. Berjalanlah mereka bertiga, dimana BIksu senior di depan dengan mengendong wanita muda, dan di belakangnya Sang Biksu junior terheran heran.
Dia marah dan dalam hatinya menuduh dan mempersalahkan Biksu senior, karena menganggap tidak konsisten dan tidak melakukan apa yang dia katakan. Dia mengatakan sudah selesai dengan wanita, tapi di depan mataku dia mengendong wanita muda, nan cantik rupawan dengan mesranya. Pikirnya sambal memendam rasa jengkel dan marah.
Setelah sampai di seberang, dan si Biksu senior melepaskan si wanita muda dari gendongannya, mereka melanjutkan perjalanannya. Tiba tiba Biksu junior berkata sambil setengah emosi kepada seniornya.
Suhu, tidak konsisten, suhu hanya membodoh bodohi saya.
Saya tidak percaya lagi sama suhu.
Suhu yang berkata, kita sudah selesai dengan wanita, tapi di depan mataku, suhu mengendong wanita cantik dengan sangat mesra.
Benar benar suhu berpikir bejat, dan tak tahu malu, sambarnya sambil menahan amarahnya
Si Biksu senior mendengar dengan penuh perhatian semua sumpah serapah muridnya si Biksu junior. Dan ketika si Biksu junior sudah selesai menumpahkan kekesalan dan kejengkelannya, dengan tenang dan berwibawa si Biksu Senior berkata dengan penuh kelelembutan…..
“Saya tidak lagi memikirkan wanita, rupanya kamu tetap memikirkan wanita”
Moral Cerita, kita sering menuduh orang lain sesuai pikiran kita, padahal orang yang kita tuduh sudah melampui pikiran kita.



Sumber cerita :  Diceritakan oleh seorang senior sekitar 30 tahun yang lalu, Cerita yang sangat populer dan banyak diceritakan 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025