Featured Post

Mentalitas Berkekurangan Para Pendeta

Gambar
Oleh: Analgin Ginting Pengantar Dalam beberapa tahun terakhir, muncul fenomena yang memprihatinkan dalam kehidupan sebagian pendeta di berbagai denominasi gereja. Muncul perilaku yang menunjukkan adanya krisis spiritual dan ketidakseimbangan antara panggilan dan gaya hidup. Kita menyaksikan pendeta yang tetap merokok sembari menyusun rasionalisasi teologisnya, pendeta yang menolak penugasan pelayanan ke jemaat tertentu, bahkan jemaat yang menolak kehadiran pendeta karena reputasi atau gaya kepemimpinannya. Tidak jarang, pendeta juga ikut terlibat dalam investasi bodong, atau menyimpulkan diskusi Alkitab secara dangkal tanpa kedalaman refleksi rohani. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah menjadi pendeta adalah panggilan kudus atau sekadar pilihan profesi dan gaya hidup religius? Pertanyaan ini menyentuh inti persoalan spiritualitas pendeta masa kini. Banyak pendeta yang tampak kehilangan daya spiritual yang sejati karena mentalitas berkekurangan (scarcity mentality) yang...

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025

 Thema: Tetap Kataken Bujur man Dibata

Bahan: 1 Tesalonika 5:16–18


"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

Fakta Nas:

Dalam surat ini, Rasul Paulus memberikan tiga instruksi penting kepada jemaat Tesalonika sebagai ekspresi hidup orang percaya yang matang dalam iman:

  1. Bersukacitalah senantiasa – Sukacita bukan sekadar emosi, tetapi sebuah keputusan rohani.
  2. Tetaplah berdoa – Sebuah ajakan untuk hidup dalam relasi terus-menerus dengan Allah.
  3. Mengucap syukurlah dalam segala hal – Menunjukkan respon iman, bukan tergantung pada keadaan.
    Ketiganya merupakan bagian dari kehendak Allah dalam Kristus Yesus.


Arti dan Makna Teologis:

  1. Bersukacita senantiasa
    Sukacita dalam konteks teologis bukan bergantung pada situasi atau emosi, melainkan merupakan buah Roh (Gal. 5:22) yang muncul dari keyakinan bahwa Allah hadir, memelihara, dan berdaulat atas kehidupan. Paulus tidak menyuruh untuk bersukacita tentang semua hal, tetapi dalam semua keadaan (bdk. Filipi 4:4). Sukacita ini menjadi kesaksian iman yang melampaui logika manusia.

  2. Tetaplah berdoa
    Doa adalah nafas rohani orang percaya. "Tetaplah berdoa" bukan berarti tidak berhenti secara harfiah, melainkan memiliki sikap hati yang terus terhubung dengan Tuhan. Doa menjadi jalan untuk mengolah pengalaman hidup bersama Allah—baik saat senang maupun menderita. Ini menunjukkan hubungan yang intim dan bergantung kepada Allah (bdk. Yohanes 15:7).

  3. Mengucap syukur dalam segala hal
    Mengucap syukur adalah puncak dari pengenalan akan kebaikan dan kedaulatan Allah. Dalam segala hal—baik senang maupun susah—orang percaya diajak untuk melihat kehadiran dan maksud Allah. Dalam Kristus, penderitaan pun dapat menjadi sarana pemurnian iman (bdk. Roma 8:28). Ucapan syukur dalam segala situasi adalah bentuk ibadah yang sejati (bdk. Ibrani 13:15).

Implementasi dalam Hidup Sehari-hari:

  • Dalam keluarga, ajarkan anak-anak untuk tidak hanya meminta, tetapi juga bersyukur setiap hari—bahkan untuk hal-hal kecil.
  • Di tempat kerja, bangun kebiasaan doa singkat sebelum memulai aktivitas, agar orientasi hidup tetap tertuju pada Tuhan.
  • Dalam pelayanan, jadikan ucapan syukur sebagai gaya hidup—tidak mengeluh, tetapi memuliakan Tuhan dalam setiap kondisi.

Power Statement:

“Hidup yang bersukacita, berdoa, dan bersyukur adalah hidup yang berakar dalam Kristus dan menghasilkan buah yang kekal.”

“Ucapan syukur bukan hanya ekspresi hati, tetapi juga pernyataan iman akan kedaulatan Allah.”

“Ketika hati kita penuh syukur, dunia akan melihat terang Kristus memancar melalui kita.”


Komentar

Menambah Wawasn & Sangat Mencerahkan

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025