Catatan Tambahan PJJ 25 - 31 Mei 2025

Thema: Tetap Kataken Bujur man Dibata
Bahan: 1 Tesalonika 5:16–18
"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
Dalam surat ini, Rasul Paulus memberikan tiga instruksi penting kepada jemaat Tesalonika sebagai ekspresi hidup orang percaya yang matang dalam iman:
Bersukacita senantiasa
Sukacita dalam konteks teologis bukan bergantung pada situasi atau emosi, melainkan merupakan buah Roh (Gal. 5:22) yang muncul dari keyakinan bahwa Allah hadir, memelihara, dan berdaulat atas kehidupan. Paulus tidak menyuruh untuk bersukacita tentang semua hal, tetapi dalam semua keadaan (bdk. Filipi 4:4). Sukacita ini menjadi kesaksian iman yang melampaui logika manusia.
Tetaplah berdoa
Doa adalah nafas rohani orang percaya. "Tetaplah berdoa" bukan berarti tidak berhenti secara harfiah, melainkan memiliki sikap hati yang terus terhubung dengan Tuhan. Doa menjadi jalan untuk mengolah pengalaman hidup bersama Allah—baik saat senang maupun menderita. Ini menunjukkan hubungan yang intim dan bergantung kepada Allah (bdk. Yohanes 15:7).
Mengucap syukur dalam segala hal
Mengucap syukur adalah puncak dari pengenalan akan kebaikan dan kedaulatan Allah. Dalam segala hal—baik senang maupun susah—orang percaya diajak untuk melihat kehadiran dan maksud Allah. Dalam Kristus, penderitaan pun dapat menjadi sarana pemurnian iman (bdk. Roma 8:28). Ucapan syukur dalam segala situasi adalah bentuk ibadah yang sejati (bdk. Ibrani 13:15).
“Hidup yang bersukacita, berdoa, dan bersyukur adalah hidup yang berakar dalam Kristus dan menghasilkan buah yang kekal.”
“Ucapan syukur bukan hanya ekspresi hati, tetapi juga pernyataan iman akan kedaulatan Allah.”
“Ketika hati kita penuh syukur, dunia akan melihat terang Kristus memancar melalui kita.”
Komentar