CATATAN TAMBAHAN PJJ 09 – 15 FEBRUARI 2025

Pada hari Rabu tanggal 27 Januari 2021,
terjadi suksesi kepemimpinan di tubuh Kepolisian Republik Indonesia. Jenderal Polisi Idham Azis menyerahkan
jabatan Kapolri kepada penerusnya Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo. Pada Youtube
KompasTV[i]
saya melihat bahwa antara Jenderal
Pol Idham Azis dan Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo sempat memberikan
pidato yang isinya antara lain saling mengapresiasi dan mengucapkan terima
kasih. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa suksesi kepemimpinan pada jenjang
paling tinggi di tubuh Institusi polisi terjadi dengan sangat mulus.
Sebelum Jenderal Listyo secara resmi
diangkat dan dilantik oleh Presiden Jokowi menjadi Kapolri, awalnya sempat mencuat
beberapa nama jenderal polisi bintang tiga yang punya potensi sama besar untuk
menjadi kapolri. Namun pada akhirnya
penentuan dan pilihan menjadi hak presiden, sehingga dipilih lah satu orang
dari 6 atau 7 nama menjadi calon kapolri untuk disampaikan kepada DPR RI. Dan
ketika nama Komjen Listyo Sigit Prabowo yang dipilih oleh Presiden Jokowi
sebagai satu satunya calon, satu nama itulah yang selanjutnya diuji kelayakan
nya Fit and Proper Test, dan secara
bulat disetujui dan didukung oleh DPR RI.
Menariknya, tidak ada gejolak apa pun di tubuh Polri sendiri. Nama nama komjen yang lain pun menerima
nya secara penuh dan tetap kompak.
Nah ini juga yang saya lihat dan saya
pandang bahwa Kepolisian Republik Indonesia adalah satu institusi/lembaga atau
organisasi yang dapat melangsungkan suksesi kepemimpinannya dengan sangat
baik. Tidak hanya dalam pergantian
pimpinan tertinggi, namun dalam penggantian
kapolda, kapolres, kapolsek dan jabatan jabatan yang lain di seluruh
tubuh kepolisian RI selalu terjadi dengan sangat baik dan mulus. Tiga jabatan kapolri yang paling terakhir dari Tito Karnavian, Idham Azis sampai ke Listyo Sigit Prabowo juga terjadi dengan
baik, dan sangat mulus.
Suksesi dan regenerasi di tubuh kepolisian
sejalan dengan proses pembinaan, pendidikan, pelatihan atau kadersisai yang dilakukan. Artinya tidak sulit memilih calon dengan
kemampuan yang sama atau bahkan lebih dari pimpinan yang akan diganti. Ini
bukti terjadi nya proses assessment dan pembinaan jenjang
kepangkatan di tubuh kepolisian Republik Indonesia dengan sangat baik .
Di Laman Wikipedia[ii]
saya melihat bahwa Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. sudah mengikuti 4
kali pendidikan yaitu Akpol, PTIK, Sespim dan Lemhanas. Serta 20 kali pindah jabatan dari Perwira
Samapta sampai Kepala KepolisianNegara Republik Indonesia. Pendidikan dan jabatan dibuat sejajar dan
saling menguatkan dalam diri setiap polisi atau kadernya. Dan inilah yang membuat kesiapan kepemimpinan
di setiap jenjang organisasi. Dengan
evaluasi dan perbaikan yang dilakukan terus menerus dalam sistem pendidikan dan pergantian jabatan, maka dapat
diyakini bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia akan selalu sanggup
menghadapi perkembangan jaman dengan menghasilkan kader kader polisi yang professional. Salut untuk Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan terima kasih untuk Jenderal Idham Azis serta selamat untuk
Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Meniru
Kaderisasi Dan Suksesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia
Apa yang baik di tubuh organisasi Kepolisian
RI menurut hemat saya harusnya dapat dipakai sebagai benchmark atau contoh untuk melakukan pembinaan di organsasi yang
lain. Tidak meniru nya bulat bulat, karena setiap institusi atau organisasi
mempunyai ciri khas dan jati dirinya masing masing, namun tentu saja dapat
dijadikan sebagai model pembelajaran. Keberhasilan pembinaan dari jenjang
paling awal atau paling bawah sampai ke jenjang paling tinggi di satu organiasi
tidak banyak terjadi, seperti terjadi di Institusi Kepolisian (institusi militer
hal yang sama dengan kepolisian sudah terjadi).
Pada organsisai profit atau perusahaan yang saya amati umumnya proses pembinaan dan suksesi sampai level menengah
(sampai level manager atau general manager) bisa dilakukan dengan baik. Namun dari level menengah ke level lebih
tinggi, dari manager ke direktur atau direktur utama tidak selalu mudah
dilakukan. Beberapa organisasi memang terbukti
sukses melakukannya sampai jabatan
paling tinggi, misalnya di Grup Astra atau PT Telkom. Umumnya organisasi ini secara ketat sudah melakukan assessment atau talent pool. Beberapa perusahaan multi nasional juga lebih
awal dan sukses melakukan pembinaan dan
suksesi kepemimpinan ini. Sejauh pengamatan saya sebagai fasilitator soft skills yang sering berkomunikasi dengan berbagai
perusahaan masih banyak yang terpaksa merekrut calon pimpinannya dari luar organisasi.
Bagaimana dengan partai politik ? Apakah
partai partai politik di Indonesia sudah melakukan pembinaan dan pengkaderan
dengan baik ? Dengan melihat banyaknya ketua
umum partai yang sudah berusia cukup tua dan belum tergantikan, saya menduga bahwa partai politik masih sulit
melakukan pembinaan dan kadersiasi seperti yang sukses dilakukan Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Pengamat Politik
Yunarto Wijaya pernah dikutip mengatakan bahwa partai politik gagal melakukan
kaderisasi dan regenerasi di internal partai[iii].
Banyaknya partai politik di Indonesia pun
jangan jangan menjadi salah satu sumber kesulitan untuk melakukan kaderisasi
atau menciptakan kader atau calon politikus yang benar benar professional serta
mempunyai karakter negarawan yang kuat. Menurut pandangan pribadi saya,
beberapa partai politik perlu merger atau berkoalisi permanen didalam tubuh
partai yang baru, sehingga cukup 2 atau 3 partai saja. Dan dalam internal masing masing partai
dilakukan pendidikan dan pelatihan berjenjang sesuai dengan hasil assessment serta talent pool.
Jadi dapat ditentukan dipersiapkan siapa yang maju sebagai kader legislatif atau eksekutif menurut
jenjang, kabupaten kota, propinsi atau pusat.
Paling tidak keberhasilan Kepolisian Negara
Republik Indonesia melakukan kaderisasi
dan regenerasi dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk diterapkan di lembaga
atau organisasi yang lain.
Komentar