Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 3 – 9 Nopember 2024

Gambar
    Ulangan 10 : 12 - 22 Thema : Ndalanken Kebujuren                                 Ulangan 10 : 12 – 22 10:12 "Genduari o, bangsa Israel, begikenlah kai si ituntut TUHAN Dibatandu man bandu: Sembah lah TUHAN ; dahiken kerina si iperentahkenNa. Kelengi lah Ia; dahi lah dahinNa alu bulat ukurndu , 10:13 dingen ikutken kerina undang-undangNa. Kubereken undang-undangNa man bandu sendah tama kesangapen man bandu . 10:14 Langit si meganjangna kal pe TUHAN empuna. Doni ras kerina isina pe TUHAN kap empuna. 10:15 Tapi mbelin kal kekelengen TUHAN man nini-ninindu, e maka ipilihNa kam i bas kerina bangsa-bangsa nari; janah seh asa genduari pe kam tetap denga bangsa pilihenNa. 10:16 E maka mulai genduari nari, erkemalangenlah man TUHAN olanai mekeng. 10:17 TUHAN Dibatandu, ganjangen kap asa kerina dibata-dibata ras gegehen asa kerina kuasa-kuasa si deban. Ia kap Dibata si mbelin dingen mbisa, janah si nasa lit mbiar man baNa. La Ia rayo-ayo ras la Ia nggit ngalo sogok.

SAMPAI KAPAN, AKU HARUS BERTAHAN? Lukas 13:23-30

unsplash.com


Siapa yang tidak pernah bosan dalam masa penantian ini? Tampaknya, seluruh dari kita pernah mengalami kebosanan bila diminta untuk menanti. Misalnya menunggu seseorang yang telah janjian dengan saudara. Bahkan, bila teman janjian kita telat selama beberapa jam, maka rasa kesalpun kemungkinan akan muncul dari kita.

Ya, kira-kira demikianlah yang terjadi pada seorang yang mempertanyakan kepada Yesus; “Kapan Kerajaan Allah itu datang? Pertanyaan yang sangat mungkin juga terungkap oleh kita, bila berada pada situasi yang mereka hadapi. Yang mana kala itu mereka sedang mengalami banyak penderitaan baik secara politik, ekonomi, sosial bahkan sampai pada masalah agama. Sebab seperti yang kita ketahui, kala itu mereka sedang dalam penjajahan bangsa Roma. Beberapa kaum revolusioner telah mencoba melakukan perlawanan, namun tidak mendapatkan hasil. Lalu mereka melihat Yesus dengan seluruh perbuatan dan pelayananNya, tentulah besar harapan mereka agar Yesus menjadi pembebas mereka dalam penderitaan yang selama ini telah mereka alami. Bahkan kita sendiripun, terkadang sering merasa marah dan kesal, mempertanyakan “Kapan penderitaan ini akan berakhir? “Kapan masalah ini akan berlalu? Kapan, kapan dan kapan?

Beberapa orang, ada melakukan hal berbeda dengan cara memotivasi dirinya untuk bertahan dalam penderitaan. “Aku bisa melewati ini!”, “Aku kuat melakukan ini”, “Aku akan bertahan! Memangnya kanker pikir dia itu siapa? Aku ini lebih kuat dari kanker!” . Sikap yang tidak jauh berbeda dari seekor nyamuk muda tadi, bukan?

Saudaraku, suasana hati dapat sangatlah menyesatkan. Bila sedang berada dalam suasana yang baik, hidup ini terasa sangat menyenangkan. Kita memiliki perspektif, akal sehat dan kebijakan. Dalam suasana hati yang baik, semua terasa ringan, masalah-masalah yang dihadapi terasa tidak terlalu berat dan lebih mudah dipecahkan. Bila berada dalam suasana hati yang baik, hubungan-hubungan kita rasanya mengalir lancer dan komunikasi berjalan dengan mudah. Bila dikritik, kita dapat menerimanya dengan enak.

Sayangnya, hal sebaliknya juga terjadi. Bila kita berada dalam suasana hati yang buruk, hidup terasa begitu serius dan berat. Perspektif kita menjadi sempit. Kita menangani persoalan sendiri dan sering kali salah menafsirkan apa-apa yang ada di sekitar kita, sepertinya semua yang ada berniat mencelakakan kita. Demikianlah, maka pemikiran seperti, “Aku bisa melewati ini!”, “Aku kuat melakukan ini”, “Aku akan bertahan! Memangnya kanker pikir dia itu siapa? Aku ini lebih kuat dari kanker!” muncul dalam pikiran kita.

Karena itu jawaban Yesus bagi orang yang mempertanyakan, tampaknya sangat relevan untuk kita yang juga mempertanyakan “SAMPAI KAPAN AKU BERTAHAN”, yakni

 

            “Berjuanglah untuk masuk melalu pintu yang sesak itu!” (Bdk. Lukas 13:24)           

Sebuah perjuangan, bukan penantian pasif seperti seorang putri yang menanti pangeran datang menghampirinya di atas menara. Perjuangan, bukan seperti dongeng cinderela yang selalu menerima siksaan saudari dan ibu tirinya, lalu berfikir bahwa Ibu Peri akan datang. Ingatlah, bahwa itu hanya dongeng semata dan banyak orang mati karena korban KDRT saat ini!

Perjuangan itu seperti saat kita berada dipuncak sebuah gunung yang diselimuti oleh kabut. Kita bukan memaksakan diri untuk berjalan dalam kabut tersebut. Sebab pada akhirnya kita tidak pernah mengetahui, dimana letak jurang ataupun keberadaan kita. Alhasil bila kita memkasakan diri berjalan dalam kabut. Maka kemungkinan besar untuk jatuh ke jurang yang terjal sangatlah besar.

Kitapun, bukan pula memaksakan diri untuk menghembuskan angin agar kabut itu hilang dari keberadaan kita. Sebaliknya, kabut selalu berada di ketinggian, jadi selama saudara menempuh jalan ke bawah, pada akhirnya saudara akan tiba dibawah kabut dan bisa melihat dimana saudara berada. Ya, saudara harus berjuang untuk keluar dari kabut dahulu untuk menemukan jalan pulang.

Kiasan ini, mengartikan bahwa kabut adalah penderitaan, masalah dan situasi buruk yang kita alami. Sedang mencari jalan keluar dari kabut, inilah perjuangan yang Yesus ingin nyatakan kepada kita. Bahkan bila perjuangan itu sangatlah berat, seperti pintu sempit. Saudara harus memiliki keyakinan bahwa; dalam diri yang terbuka pada kehadiran Allah; dalam diri yang mengaku lemah kepada Yesus; dalam diri yang meminta dan memohon pertolongan Roh Kudus. Selalu akan membawa kita berjuang melewati kabut. Seperti seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama 12 tahun, dengan penuh keyakinan mendapatkan kesembuhan saat ia menjamah jubah Yesus. Demikianlah sebuah perjuangan!


Perjuangan untuk terus melangkah dalam jalan yang sempit, perjuangan untuk berusaha masuk dalam pintu yang sempit, perjuangan untuk terus berjalan sekalipun hanya langkah kecil yang kita buat. Sebab pada akhirnya yang kita butuhkan hanya biji sesawi untuk memindahkan gunung. Daripada berfikir dan meratapi bahwa penderitaan ini akan berlangsung selamanya. Mengapa tidak mencoba untuk keluar dari kabut itu, sekalipun dengan langkah kaki yang kecil. Setidaknya dalam langkah kecil tersebut, kita berusaha untuk terus berjalan mencari jalan keluar. Dengan penuh keyakinan, bahwa Allah yang membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir juga Allah yang sama untuk membantu, membimbing, dan memberikan kita kekuatan untuk keluar dari penderitaan, bukan bertahan dalam penderitaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Februari 2024