Featured Post
SAMPAI KAPAN, AKU HARUS BERTAHAN? Lukas 13:23-30
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
unsplash.com |
Siapa yang tidak pernah bosan dalam masa penantian ini? Tampaknya, seluruh dari kita pernah mengalami kebosanan bila diminta untuk menanti. Misalnya menunggu seseorang yang telah janjian dengan saudara. Bahkan, bila teman janjian kita telat selama beberapa jam, maka rasa kesalpun kemungkinan akan muncul dari kita.
Ya, kira-kira demikianlah yang
terjadi pada seorang yang mempertanyakan kepada Yesus; “Kapan Kerajaan Allah
itu datang? Pertanyaan yang sangat mungkin juga terungkap oleh kita, bila
berada pada situasi yang mereka hadapi. Yang mana kala itu mereka sedang
mengalami banyak penderitaan baik secara politik, ekonomi, sosial bahkan sampai
pada masalah agama. Sebab seperti yang kita ketahui, kala itu mereka sedang
dalam penjajahan bangsa Roma. Beberapa kaum revolusioner telah mencoba
melakukan perlawanan, namun tidak mendapatkan hasil. Lalu mereka melihat Yesus
dengan seluruh perbuatan dan pelayananNya, tentulah besar harapan mereka agar
Yesus menjadi pembebas mereka dalam penderitaan yang selama ini telah mereka
alami. Bahkan kita sendiripun, terkadang sering merasa marah dan kesal,
mempertanyakan “Kapan penderitaan ini akan berakhir? “Kapan masalah ini akan
berlalu? Kapan, kapan dan kapan?
Beberapa orang, ada melakukan hal berbeda dengan cara
memotivasi dirinya untuk bertahan dalam penderitaan. “Aku bisa melewati ini!”,
“Aku kuat melakukan ini”, “Aku akan bertahan! Memangnya kanker pikir dia itu
siapa? Aku ini lebih kuat dari kanker!” . Sikap yang tidak jauh berbeda dari
seekor nyamuk muda tadi, bukan?
Saudaraku, suasana hati dapat sangatlah menyesatkan. Bila
sedang berada dalam suasana yang baik, hidup ini terasa sangat menyenangkan.
Kita memiliki perspektif, akal sehat dan kebijakan. Dalam suasana hati yang
baik, semua terasa ringan, masalah-masalah yang dihadapi terasa tidak terlalu
berat dan lebih mudah dipecahkan. Bila berada dalam suasana hati yang baik,
hubungan-hubungan kita rasanya mengalir lancer dan komunikasi berjalan dengan
mudah. Bila dikritik, kita dapat menerimanya dengan enak.
Sayangnya, hal sebaliknya juga terjadi. Bila kita berada
dalam suasana hati yang buruk, hidup terasa begitu serius dan berat. Perspektif
kita menjadi sempit. Kita menangani persoalan sendiri dan sering kali salah
menafsirkan apa-apa yang ada di sekitar kita, sepertinya semua yang ada berniat
mencelakakan kita. Demikianlah, maka pemikiran seperti, “Aku bisa melewati
ini!”, “Aku kuat melakukan ini”, “Aku akan bertahan! Memangnya kanker pikir dia
itu siapa? Aku ini lebih kuat dari kanker!” muncul dalam pikiran kita.
Karena itu jawaban Yesus bagi orang yang mempertanyakan,
tampaknya sangat relevan untuk kita yang juga mempertanyakan “SAMPAI KAPAN AKU
BERTAHAN”, yakni
“Berjuanglah untuk masuk melalu pintu yang sesak itu!” (Bdk. Lukas 13:24)
Sebuah perjuangan, bukan penantian pasif seperti seorang
putri yang menanti pangeran datang menghampirinya di atas menara. Perjuangan,
bukan seperti dongeng cinderela yang selalu menerima siksaan saudari dan ibu
tirinya, lalu berfikir bahwa Ibu Peri akan datang. Ingatlah, bahwa itu hanya
dongeng semata dan banyak orang mati karena korban KDRT saat ini!
Perjuangan itu seperti saat kita berada dipuncak sebuah
gunung yang diselimuti oleh kabut. Kita bukan memaksakan diri untuk berjalan
dalam kabut tersebut. Sebab pada akhirnya kita tidak pernah mengetahui, dimana
letak jurang ataupun keberadaan kita. Alhasil bila kita memkasakan diri
berjalan dalam kabut. Maka kemungkinan besar untuk jatuh ke jurang yang terjal
sangatlah besar.
Kitapun, bukan pula memaksakan diri untuk menghembuskan
angin agar kabut itu hilang dari keberadaan kita. Sebaliknya, kabut selalu
berada di ketinggian, jadi selama saudara menempuh jalan ke bawah, pada
akhirnya saudara akan tiba dibawah kabut dan bisa melihat dimana saudara
berada. Ya, saudara harus berjuang
untuk keluar dari kabut dahulu untuk menemukan jalan pulang.
Kiasan ini, mengartikan bahwa kabut adalah penderitaan,
masalah dan situasi buruk yang kita alami. Sedang mencari jalan keluar dari kabut,
inilah perjuangan yang Yesus ingin nyatakan kepada kita. Bahkan bila perjuangan
itu sangatlah berat, seperti pintu sempit. Saudara harus memiliki keyakinan
bahwa; dalam diri yang terbuka pada kehadiran Allah; dalam diri yang mengaku
lemah kepada Yesus; dalam diri yang meminta dan memohon pertolongan Roh Kudus.
Selalu akan membawa kita berjuang melewati kabut. Seperti seorang perempuan
yang mengalami pendarahan selama 12 tahun, dengan penuh keyakinan mendapatkan
kesembuhan saat ia menjamah jubah Yesus. Demikianlah sebuah perjuangan!
Komentar