Catatan Tambahan PJJ 16 - 22 Maret 2025

![]() |
Instagram @aronginting_ |
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,sebab memang begitulah peraturannya. Ada
seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4
anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak
sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan
mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang
sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan
mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua,
sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. Tibalah
saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai
bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap
jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya.
Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun,
sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak
berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya
terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia
berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu
hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun
meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan
mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...
cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang
harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah
pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan
berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat
pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu
diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai
jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang,
bukan?" Mark
terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia
lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk
menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan akan bimbingan-Nya,
tuntunan-Nya, dan panduan-Nya untuk menghadapi akhir pertandingan ini. Sehingga
ketika diakhir pertandingan nanti, bila aku kalah. Maka aku tidak berkecil hati
dan mau berusaha lebih baik lagi." Menarik
bukan? Dahulu
saya sering diajarkan bahwa jawaban doa itu ada 3, yakni IYA, TUNGGU dan NANTI. Alhasil pengajaran demikian ini membuat saya
sering memaksakan kehendak dalam setiap doa yang saya panjatkan kepada Tuhan.
Sangat sulit rasanya untuk mampu berdoa seperti yang dilakukan Mark dalam kisah
itu. Padahal bila kita kembalikan ke dalam Alkitab ada juga loh kisah doa yang ditolak, kisah ini
bermula ketika Daud berdoa memohon kepada Tuhan supaya anaknya sembuh. Ia
mengajukan permohonan dengan begitu bersungguh-sungguh sampai para pegawainya
khawatir mengenai apa yang akan terjadi jika permohonannya tidak terkabul dan
anak itu meninggal. Ketika anak itu akhirnya sungguh-sungguh meninggal,
ternyata Daud justru bisa menerimanya dengan rela. Ia tidak menjadi kecewa
kepada Tuhan, melainkan menerima bahwa Tuhan itu berdaulat penuh dan berharap
bahwa kelak ia akan kembali bertemu dengan anaknya itu. Kita
bebas dan perlu berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memohon sesuatu yang kita
harapkan dari Tuhan seperti Daud. Tetapi, ketika doa tersebut sudah dijawab dan
jawabannya adalah “tidak”, kita harus menerimanya dengan lapang dada. Kita
perlu percaya bahwa Tuhan berdaulat dan bisa dipercaya sehingga penolakan-Nya
pun merupakan jawaban terbaik bagi kita. Ingatlah ini selalu yang
kita butuhkan dalam Doa bukanlah penerimaan atau penolakan. Sebaliknya, hal yang
paling kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya.
Ketiga hal inilah yang paling kita butuhkan dalam setiap harapan yang kita
sampaikan pada Tuhan. Sehingga, saat harapan kita tidak menjadi kehendakNya,
kitapun masih dapat menerimanya, menghadapinya dan menjalaninya dengan
keyakinan bahwa Tuhan kita yang berdaulat atas hidup kita selalu memberikan
rancangan terbaikNya |
Komentar