Featured Post

Pekan Doa 2024 Berngi 2.

Gambar
Thema     : Kuinget Kam Ibas Pertotonku Nas : Pilemon 1 : 4 - 7 Nas Renungen  Rusur kukataken bujur man Dibatangku tep-tep kali kam kuinget i bas pertotonku. Sabap nggo kubegi kerna kekelengenndu man anak-anak Dibata ras kiniteken si lit i bas kam nandangi Tuhan Jesus. Ertoto aku gelah arah persadanta kalak si erkiniteken mabai kita ku pengertin si terbagesen kerna kerina pemere si ialoken kita i bas kegeluhenta erkiteken persadanta ras Kristus. O seninangku si kukelengi,  kekelengenndu e erbahanca ateku malem dingen mpegegehi aku! Kerina anak-anak Dibata nggo ermeriah ukur ibahanndu Fakta dan Makna  1. Sabap Enggo Kubegi Kerna kekelengendu man anak anak Dibata ras kiniteken si lit ibas kam Salah sada ke biasaan kalak si tek man Dibata emekap kekelengenna nandangi anak anak Dibata.  Enda me siidah Paulus bas diri Pilemon.  Emaka alu kalimat komunikasi s transparan i peseh Paulus hal enda man Pilemon secara langsung. Kalak singet muji pelayanan kalak si deban, labo erkiteken atena pes

VIRUS

Sebuah Pengantar Umum

Diterjemahkan dari Britannica


Virus, agen penular berukuran kecil dan mempunyai komposisi sederhana yang dapat berkembang biak hanya pada sel-sel hidup hewan, tumbuhan, atau bakteri.  Namanya berasal dari kata Latin yang berarti "cairan berlendir" atau "racun”.

Indikasi paling awal sifat biologis virus berasal dari penelitian pada tahun 1892 oleh ilmuwan Rusia Dmitry I. Ivanovsky dan pada tahun 1898 oleh ilmuwan Belanda Martinus W. Beijerinck. Beijerinck lah yang pertama sekali menduga bahwa virus yang diteliti adalah jenis baru dari agen penular, yang ia namakan contagium vivum fluidum, yang berarti bahwa itu adalah organisme hidup yang berkembang biak yang berbeda dari organisme lain.

Virus Ebola : Sumber Britannica.com

Kedua peneliti ini menemukan bahwa penyakit tanaman tembakau dapat ditularkan melalui agen, yang kemudian disebut virus mosaik tembakau, melalui filter kecil yang tidak memungkinkan bakteri lewat.

Virus ini dan yang kemudian diisolasi dan tidak akan tumbuh pada media buatan dan tidak terlihat di bawah mikroskop cahaya.  Dalam studi independen pada tahun 1915 oleh peneliti  Inggris Frederick W. Twort dan pada tahun 1917 oleh ilmuwan Prancis Kanada Félix H. d'Hérelle, lesi pada kultur bakteri ditemukan dan dikaitkan dengan agen yang disebut bakteriofag ("pemakan bakteri"),  sekarang dikenal sebagai virus yang secara khusus menginfeksi bakteri.

Sifat unik dari agen ini hanya dapat dipelajari dengan  metode baru dan model alternatif penelitian dan pengklasifikasian yang  harus dikembangkan untuk mempelajarinya .  Studi tentang virus terbatas secara eksklusif atau sebagian besar pada manusia, sebab sulit   menemukan inang hewan yang rentan.

Pada tahun 1933, penyelidik Inggris Wilson Smith, Christopher H. Andrewes, dan Patrick P. Laidlaw mampu menularkan influenza ke musang, dan virus influenza kemudian diadaptasi ke tikus.

Pada tahun 1941, ilmuwan Amerika George K. Hirst menemukan bahwa virus influenza yang tumbuh di jaringan embrio ayam dapat dideteksi dengan kemampuannya untuk menggumpalkan (menyatukan) sel darah merah.

Kemajuan yang signifikan dibuat oleh ilmuwan Amerika John Enders, Thomas Weller, dan Frederick Robbins, yang pada tahun 1949 mengembangkan teknik pembiakan sel pada permukaan kaca; sel kemudian dapat terinfeksi virus yang menyebabkan polio (virus polio) dan penyakit lainnya. (Sampai saat ini, virus polio hanya dapat tumbuh di otak simpanse atau tulang belakang monyet.)

 Membudidayakan sel pada permukaan kaca membuka jalan bagi identifikasi penyakit yang disebabkan oleh virus,  melalui pengaruhnya terhadap sel (efek sitopatogenik) dan dengan adanya antibodi di dalam darah.  Kultur sel kemudian mengarah pada pengembangan dan produksi vaksin (sediaan yang digunakan untuk memperoleh kekebalan terhadap penyakit) seperti vaksin virus polio.

Para ilmuwan segera dapat mendeteksi jumlah virus bakteri dalam wadah kultur dengan mengukur kemampuan mereka untuk memecah (lyse) bakteri yang berdampingan di area bakteri (halaman) yang dilapisi dengan zat agar-agar lembam yang disebut agar — aksi virus yang dapat menghasilkan kliring, atau "plakat". Ilmuwan Amerika Renato Dulbecco pada tahun 1952 menerapkan teknik ini untuk mengukur jumlah virus hewan yang dapat menghasilkan plak pada lapisan sel hewan yang berdampingan dan dilapisi dengan agar-agar.

Pada tahun 1940-an, perkembangan mikroskop elektron memungkinkan partikel virus individu dapat  dilihat untuk pertama kalinya, yang mengarah pada klasifikasi virus dan memberikan wawasan tentang strukturnya.

Kemajuan yang telah dibuat dalam kimia, fisika, dan biologi molekuler sejak 1960-an telah merevolusi studi tentang virus.  Misalnya, elektroforesis pada substrat gel memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang protein dan komposisi asam nukleat virus. Prosedur imunologi yang lebih canggih, termasuk penggunaan antibodi monoklonal yang diarahkan ke situs antigenik spesifik pada protein, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang struktur dan fungsi protein virus.  Kemajuan yang dibuat dalam fisika kristal yang dapat dipelajari dengan difraksi sinar-X memberikan resolusi tinggi yang diperlukan untuk menemukan struktur dasar virus kecil.  Penerapan pengetahuan baru tentang biologi sel dan biokimia membantu menentukan bagaimana virus menggunakan sel inangnya untuk mensintesis asam nukleat dan protein virus.

 

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kimia, fisika, biologi molekuler memampukan para penieliti

·  Memukan bagaimana virus bakteri jinak dapat digunakan untuk  meningkatkan kinerja baterai penyimpanan litium-oksigen

·   Mempelajari bagaimana virus bakteri jinak dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja baterai penyimpanan litium-oksigen.


Revolusi yang terjadi di bidang biologi molekuler memungkinkan informasi genetik yang dikodekan dalam asam nukleat virus — yang memungkinkan virus mereproduksi, mensintesis protein unik, dan mengubah fungsi seluler — dipelajari.

Faktanya, kesederhanaan kimia dan fisik virus telah menjadikannya alat eksperimental yang tajam untuk menyelidiki peristiwa molekuler yang terlibat dalam proses kehidupan tertentu. Signifikansi ekologis potensial mereka terwujud pada awal abad ke-21, setelah penemuan virus raksasa di lingkungan akuatik di berbagai belahan dunia.

 

(Selanjutnya akan disampaikan  sifat dasar virus: apa itu, bagaimana mereka menyebabkan infeksi, dan bagaimana mereka pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit atau menyebabkan kematian sel inangnya)

 Sumber : https://www.britannica.com/science/virus


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023