Featured Post

Pekan Doa 2024 Berngi 2.

Gambar
Thema     : Kuinget Kam Ibas Pertotonku Nas : Pilemon 1 : 4 - 7 Nas Renungen  Rusur kukataken bujur man Dibatangku tep-tep kali kam kuinget i bas pertotonku. Sabap nggo kubegi kerna kekelengenndu man anak-anak Dibata ras kiniteken si lit i bas kam nandangi Tuhan Jesus. Ertoto aku gelah arah persadanta kalak si erkiniteken mabai kita ku pengertin si terbagesen kerna kerina pemere si ialoken kita i bas kegeluhenta erkiteken persadanta ras Kristus. O seninangku si kukelengi,  kekelengenndu e erbahanca ateku malem dingen mpegegehi aku! Kerina anak-anak Dibata nggo ermeriah ukur ibahanndu Fakta dan Makna  1. Sabap Enggo Kubegi Kerna kekelengendu man anak anak Dibata ras kiniteken si lit ibas kam Salah sada ke biasaan kalak si tek man Dibata emekap kekelengenna nandangi anak anak Dibata.  Enda me siidah Paulus bas diri Pilemon.  Emaka alu kalimat komunikasi s transparan i peseh Paulus hal enda man Pilemon secara langsung. Kalak singet muji pelayanan kalak si deban, labo erkiteken atena pes

Pendidikan Kepada Anak, Pertanggung Jawaban Kepada Tuhan/ Mazmur 127:3-5 (Pekan Penatalayanan Kedua)

Photo by Vince Fleming on Unsplash


Salah satu penyakit yang melanda masyarakat Indonesia saat ini ialah sibuk dengan urusannya sendiri. Dampak semua ini telah sering disaksikan dan terpapar di berbagai media, baik cetak maupun elektronik; dan getarannya di dunia pendidikan telah pula dirasakan. Contoh kasus seperti anak kurang menghargai guru atau orang tuanya, degradasi moral, tidak ada perhatian terhadap pelajaran, sering menggunakan bahasa yang kurang etis, gemar berbohong, malas, dan lain-lain kerap dialamatkan sebagai dampak buruk dunia pendidikan; dan, dengan demikian, perlu koreksi sekaligus solusi. Dalam kondisi semacam itu maka sering kaum mudalah yang dituduh tidak tahu diri. Mareka dijadikan kambing hitam semua ini. Padahal kalau dikembalikan pada makna pendidikan dalam arti yang sangat luas, bukan mustahil semua itu merupakan akibat pandidikan umum (masyarakat) yang salah dan tidak disadari. Semua itu merupakan hasil dari suatu proses yang panjang dan kompleks.

Berbicara soal proses yang Panjang dan kompleks, berbicara juga soal pendidikan orang tua atau keluarga. Dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat pada umumnya, bagaimana sebenarnya proses pendidikan keluarga saat ini berlangsung? Kemudian, bagaimana seharusnya? Sarana macam apa yang biasa digunakan oleh nenek-moyang pada masa lampau? Apakah mungkin tradisi nenek-moyang itu dikembangkan dalam kaitannya dengan pendidikan keluarga?

Budaya Bali sangat mengutamakan pewarisan nilai-nilai hidup. Apa yang dianggap perbuatan luhur dalam masyarakat Bali? Menggali sumur. Tetapi menggali serratus sumur masih kalah luhur dari membuat empang yang bisa dimanfaatkan seluruh penduduk desa. Tetapi… membuat serratus empang masih kalah luhur dari yadnya, yaitu melakukan persembahan bagi Sang Hyang Widi Wasa. Tetapi … melakukan serratus yadnya masih kalah luhur dari mendidik seorang nak menjadi suputra (= anak yang berkelakukan baik). Itulah perbuatan paling luhur dari segala perbuatan luhu: mewariskan sifat baik kepada anak.

Sejalan dengan refleksi ktia hari ini,  kita diingatkan untuk memperlakukan anak -anak sedini mungkin seperti layaknya sebuah anak panah di tangan seorang pahlawan!. Ditangan pahlawan sebuah anak panah adalah kehidupan! Ia bisa sebagai alat pertahanan, ia bisa membunuh lawan, ia bisa dipakai berburu untuk mencari makanan.  Apabila pola pikir dan cara pandang kita terhadap anak-anak kita seperti ini maka cara kita memperlakukan anak-anak kita akan sangat berbeda.  

Ada sebuah kalimat menarik dalam buku The Old Man and the SEA karangan Ernest Hemingway. Bunyinya: The old man had taught the boy to fish and the boy loved him” (Bapak tua itu telah mengajarkan cara mengail ikan kepada si bocah dan sibocah mencintai dia). Bapak tua itu telah mengajarkan mengail kepada si bocah. Ia memang tidak memberi ikan, Ia pun tidak mewariskan kail. Ia meninggal dalam kemiskinannya. Si Bocah tidak menerima warisan apapun juga. Namun, ia telah mengajarkan cara hidup. Si bocah telah dilimpah hikmah oleh Bapak tua itu.

Dari kesemua cerita ini, tidak lagi pantas untuk kita hanya menyalahkan situasi dan kondisi saat ini, terlebih menjadikan anak-anak kita sebagai kambing hitam. Justru, sangat lebih baik bila orangtua menyadari pentingnya memenuhi anak-anak dengan pengetahuan, pendidikan dan pengenalan akan Tuhan yang baik dan benar sebagai bagian tanggung jawab yang harus dilakukan kepada Allah. Cukup!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023