Featured Post

Catatan Tanmbahan PJJ 19–25 Oktober 2025

Gambar
  Tema: Praktekkan Rendah Hati Kepada Orang Lain (Peteruk Ukur Nandangi Kalak Sideban) Nas: Filipi 2:1–4 “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” 1. Pembukaan Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi merupakan seruan yang hangat untuk hidup dalam kasih, kesatuan, dan kerendahan hati. Paulus menulis dari penjara, namun justru menekankan sukacita dan semangat melayani sesama. Dalam bagian ini, Paulus menyoroti bahwa kehidupan Kristen yang sejati tidak ditentukan oleh posisi atau kehormatan, mela...

Pendidikan Kepada Anak, Pertanggung Jawaban Kepada Tuhan/ Mazmur 127:3-5 (Pekan Penatalayanan Kedua)

Photo by Vince Fleming on Unsplash


Salah satu penyakit yang melanda masyarakat Indonesia saat ini ialah sibuk dengan urusannya sendiri. Dampak semua ini telah sering disaksikan dan terpapar di berbagai media, baik cetak maupun elektronik; dan getarannya di dunia pendidikan telah pula dirasakan. Contoh kasus seperti anak kurang menghargai guru atau orang tuanya, degradasi moral, tidak ada perhatian terhadap pelajaran, sering menggunakan bahasa yang kurang etis, gemar berbohong, malas, dan lain-lain kerap dialamatkan sebagai dampak buruk dunia pendidikan; dan, dengan demikian, perlu koreksi sekaligus solusi. Dalam kondisi semacam itu maka sering kaum mudalah yang dituduh tidak tahu diri. Mareka dijadikan kambing hitam semua ini. Padahal kalau dikembalikan pada makna pendidikan dalam arti yang sangat luas, bukan mustahil semua itu merupakan akibat pandidikan umum (masyarakat) yang salah dan tidak disadari. Semua itu merupakan hasil dari suatu proses yang panjang dan kompleks.

Berbicara soal proses yang Panjang dan kompleks, berbicara juga soal pendidikan orang tua atau keluarga. Dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat pada umumnya, bagaimana sebenarnya proses pendidikan keluarga saat ini berlangsung? Kemudian, bagaimana seharusnya? Sarana macam apa yang biasa digunakan oleh nenek-moyang pada masa lampau? Apakah mungkin tradisi nenek-moyang itu dikembangkan dalam kaitannya dengan pendidikan keluarga?

Budaya Bali sangat mengutamakan pewarisan nilai-nilai hidup. Apa yang dianggap perbuatan luhur dalam masyarakat Bali? Menggali sumur. Tetapi menggali serratus sumur masih kalah luhur dari membuat empang yang bisa dimanfaatkan seluruh penduduk desa. Tetapi… membuat serratus empang masih kalah luhur dari yadnya, yaitu melakukan persembahan bagi Sang Hyang Widi Wasa. Tetapi … melakukan serratus yadnya masih kalah luhur dari mendidik seorang nak menjadi suputra (= anak yang berkelakukan baik). Itulah perbuatan paling luhur dari segala perbuatan luhu: mewariskan sifat baik kepada anak.

Sejalan dengan refleksi ktia hari ini,  kita diingatkan untuk memperlakukan anak -anak sedini mungkin seperti layaknya sebuah anak panah di tangan seorang pahlawan!. Ditangan pahlawan sebuah anak panah adalah kehidupan! Ia bisa sebagai alat pertahanan, ia bisa membunuh lawan, ia bisa dipakai berburu untuk mencari makanan.  Apabila pola pikir dan cara pandang kita terhadap anak-anak kita seperti ini maka cara kita memperlakukan anak-anak kita akan sangat berbeda.  

Ada sebuah kalimat menarik dalam buku The Old Man and the SEA karangan Ernest Hemingway. Bunyinya: The old man had taught the boy to fish and the boy loved him” (Bapak tua itu telah mengajarkan cara mengail ikan kepada si bocah dan sibocah mencintai dia). Bapak tua itu telah mengajarkan mengail kepada si bocah. Ia memang tidak memberi ikan, Ia pun tidak mewariskan kail. Ia meninggal dalam kemiskinannya. Si Bocah tidak menerima warisan apapun juga. Namun, ia telah mengajarkan cara hidup. Si bocah telah dilimpah hikmah oleh Bapak tua itu.

Dari kesemua cerita ini, tidak lagi pantas untuk kita hanya menyalahkan situasi dan kondisi saat ini, terlebih menjadikan anak-anak kita sebagai kambing hitam. Justru, sangat lebih baik bila orangtua menyadari pentingnya memenuhi anak-anak dengan pengetahuan, pendidikan dan pengenalan akan Tuhan yang baik dan benar sebagai bagian tanggung jawab yang harus dilakukan kepada Allah. Cukup!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025