Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Mei 2025

Gambar
  Thema: Kerina Arus Metenget / Semua Harus Perhatian Nas: Yakobus 1:19–25 Pengantar Dalam dunia yang semakin cepat dan bising ini, kita mudah tergoda untuk bereaksi spontan, berbicara tergesa-gesa, dan marah tanpa kendali. Padahal, iman Kristen mengajak kita untuk menjadi pribadi yang peka, sabar, dan reflektif. Yakobus, saudara Tuhan Yesus sendiri, menegaskan bahwa hidup beriman bukan hanya soal mendengar firman Tuhan, tetapi lebih dalam lagi, soal menghidupi firman itu dalam tindakan nyata. Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia, dan kemarahan manusia tidak membawa kebenaran Allah. Fakta Rasul Yakobus mengingatkan agar setiap orang cepat mendengar, dan lambat berkata-kata serta lambat untuk marah. Sebab amarah tidak mengerjakan Firman Tuhan. Orang Kristen harus membuang segala sesuatu yang kotor dan jahat dan menerima Firman Tuhan dengan lemah lembut. Orang yang meneliti hukum yang benar dan bertekun di dalamnya, dan melakukannya dengan sungguh-sungguh maka ia akan berbahag...

Pendidikan Kepada Anak, Pertanggung Jawaban Kepada Tuhan/ Mazmur 127:3-5 (Pekan Penatalayanan Kedua)

Photo by Vince Fleming on Unsplash


Salah satu penyakit yang melanda masyarakat Indonesia saat ini ialah sibuk dengan urusannya sendiri. Dampak semua ini telah sering disaksikan dan terpapar di berbagai media, baik cetak maupun elektronik; dan getarannya di dunia pendidikan telah pula dirasakan. Contoh kasus seperti anak kurang menghargai guru atau orang tuanya, degradasi moral, tidak ada perhatian terhadap pelajaran, sering menggunakan bahasa yang kurang etis, gemar berbohong, malas, dan lain-lain kerap dialamatkan sebagai dampak buruk dunia pendidikan; dan, dengan demikian, perlu koreksi sekaligus solusi. Dalam kondisi semacam itu maka sering kaum mudalah yang dituduh tidak tahu diri. Mareka dijadikan kambing hitam semua ini. Padahal kalau dikembalikan pada makna pendidikan dalam arti yang sangat luas, bukan mustahil semua itu merupakan akibat pandidikan umum (masyarakat) yang salah dan tidak disadari. Semua itu merupakan hasil dari suatu proses yang panjang dan kompleks.

Berbicara soal proses yang Panjang dan kompleks, berbicara juga soal pendidikan orang tua atau keluarga. Dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat pada umumnya, bagaimana sebenarnya proses pendidikan keluarga saat ini berlangsung? Kemudian, bagaimana seharusnya? Sarana macam apa yang biasa digunakan oleh nenek-moyang pada masa lampau? Apakah mungkin tradisi nenek-moyang itu dikembangkan dalam kaitannya dengan pendidikan keluarga?

Budaya Bali sangat mengutamakan pewarisan nilai-nilai hidup. Apa yang dianggap perbuatan luhur dalam masyarakat Bali? Menggali sumur. Tetapi menggali serratus sumur masih kalah luhur dari membuat empang yang bisa dimanfaatkan seluruh penduduk desa. Tetapi… membuat serratus empang masih kalah luhur dari yadnya, yaitu melakukan persembahan bagi Sang Hyang Widi Wasa. Tetapi … melakukan serratus yadnya masih kalah luhur dari mendidik seorang nak menjadi suputra (= anak yang berkelakukan baik). Itulah perbuatan paling luhur dari segala perbuatan luhu: mewariskan sifat baik kepada anak.

Sejalan dengan refleksi ktia hari ini,  kita diingatkan untuk memperlakukan anak -anak sedini mungkin seperti layaknya sebuah anak panah di tangan seorang pahlawan!. Ditangan pahlawan sebuah anak panah adalah kehidupan! Ia bisa sebagai alat pertahanan, ia bisa membunuh lawan, ia bisa dipakai berburu untuk mencari makanan.  Apabila pola pikir dan cara pandang kita terhadap anak-anak kita seperti ini maka cara kita memperlakukan anak-anak kita akan sangat berbeda.  

Ada sebuah kalimat menarik dalam buku The Old Man and the SEA karangan Ernest Hemingway. Bunyinya: The old man had taught the boy to fish and the boy loved him” (Bapak tua itu telah mengajarkan cara mengail ikan kepada si bocah dan sibocah mencintai dia). Bapak tua itu telah mengajarkan mengail kepada si bocah. Ia memang tidak memberi ikan, Ia pun tidak mewariskan kail. Ia meninggal dalam kemiskinannya. Si Bocah tidak menerima warisan apapun juga. Namun, ia telah mengajarkan cara hidup. Si bocah telah dilimpah hikmah oleh Bapak tua itu.

Dari kesemua cerita ini, tidak lagi pantas untuk kita hanya menyalahkan situasi dan kondisi saat ini, terlebih menjadikan anak-anak kita sebagai kambing hitam. Justru, sangat lebih baik bila orangtua menyadari pentingnya memenuhi anak-anak dengan pengetahuan, pendidikan dan pengenalan akan Tuhan yang baik dan benar sebagai bagian tanggung jawab yang harus dilakukan kepada Allah. Cukup!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025