Catatan Tambahan PJJ 16 - 22 Maret 2025

![]() |
Photo by Fabrizio Verrecchia - Unsplash |
Apakah Anda mempunyai
jam dinding atau jam tangan yang ada jarum detiknya? Perhatikan dan ikuti jarum
itu berdetik selama satu menit. Dengan detik-detik itu kita menghitung waktu.
Waktu adalah bagian terpenting dalam hidup kita. Setelah jangka waktu 75 tahun,
semua jam di dunia ini telah berdetik sebanyak hampir 2,5 miliar kali.
Bernard Berenson,
seorang kritikus seni bertaraf internasional, mempunyai semangat hidup yang
tinggi. Bahkan dalam keadaan sakit ia tetap menghargai waktu yang ada. Sesaat
sebelum meninggal dunia pada usia 94 tahun, ia berkata kepada seorang temannya,
"Saya ingin berdiri di ujung jalan dengan topi di tangan, dan meminta
setiap pejalan kaki yang lewat agar menjatuhkan setiap menit yang tidak mereka
gunakan ke dalamnya." Melihat sikapnya itu, hendaknya kita sadar betapa
pentingnya kita belajar menghargai waktu!
Tentu saja kita tak
ingin menjadi orang yang terlalu `diburu waktu' sehingga menjadi gila kerja,
tidak mengacuhkan keluarga, tak pernah bersantai bersama teman-teman, atau
terlalu sibuk untuk sekadar mencium wanginya bunga mawar atau mengagumi
indahnya matahari terbenam. Sebab, “waktu” itu penguasa yang kejam, yang
menekan kita di bawah kendalinya. Sedikit demi sedikit waktu membuat kita
merasa dan kelihatan lebih tua, dengan terus-menerus mendorong kita menuju hari
kematian kita. Waktulah yang menentukan kapan kita menanam atau menuai, kapan
kita tertawa atau menangis, kapan kita menyimpan atau membuang sesuatu (Pengkhotbah
3:1-8). Dan kadangkala kita seperti pion-pion yang tak berdaya dalam permainan
alam semesta ini.
Namun ketika kita
menyadari bahwa Allah yang menetapkan waktu dan mengendalikan segalanya adalah
Sahabat kita, maka semuanya menjadi berbeda. Bahan refleksi kita berkata bahwa
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya" (Pengkhotbah 3:11).
Dengan demikian kita dapat mempercayai Allah untuk merajut maksud-maksud-Nya
yang penuh kasih bagi kita, hingga menjadi karya yang indah sepanjang masa. Ada
kalanya maksud-Nya yang indah itu dapat terlihat dengan jelas, namun adakalanya
pula rancangan-Nya tetap menjadi misteri karena keterbatasan kita sebagai
manusia.
Terakhir, saya teringat
dengan A.B. Simpson,
seorang teolog yang pernah berkata, "Saya percaya jerih payah dan doa yang
dipanjatkan 20 tahun yang lalu tidak akan berlalu begitu saja. Memang mungkin
kita tidak dapat melihat langsung hasil karya dan pengorbanan kita sekarang
ini, tetapi pada suatu saat semuanya akan nyata dalam keindahan dan kemuliaan.”
Kasih yang saudara berikan, pengampunan yang saudara
tunjukkan, kesabaran dan ketekunan yang dikaruniakan dalam hidup saudara akan
menghasilkan buah yang lebat. Orang yang saudara tuntun kepada Kristus mungkin
menolak diperdamaikan dengan Allah. Hatinya mungkin terlihat sedemikian
kerasnya sehingga doa dan usaha saudara terasa sia-sia belaka. Namun
sesungguhnya semua itu tidak akan sia-sia, melainkan akan berhasil pada suatu
saat-mungkin sesudah Anda sendiri melupakannya. Atau malah seperti yang
ayah saya ajarkan, ketika banyak para revolusioner yang diingat dan dikenang
bukan semasa hidupnya. Tetapi setelah ia pergi dari tempat tersebut ataupun
ketika ia telah benar-benar meninggalkan dunia ini.
Karena itu (lagi), "Biarlah Allah yang menentukan
waktunya! Mungkin segala sesuatu berjalan begitu lambat, tetapi yakinlah bahwa segala
sesuatu itu pasti ada hasilnya. Ada masa menabur dan musim semi terlebih
dahulu sebelum tiba saatnya musim menuai dan musim gugur." Dengan kata
lain, seseorang bukan cuman menunggu dan terpaku pada waktu Tuhan. Tetapi juga
tetap bekerja dan menaruh harapnnya kepada Tuhan. Jangan sampai Tuhan sudah
bekerja, manusianya yang malah berpangku tangan dan menunggu Tuhan mengubahkan
keadaannya.
Tetaplah menabur! Pada waktu-Nya, dan sesuai dengan
kehendak-Nya, Allah akan mengirimkan hasil panennya
Komentar