Featured Post

Berngi 6 Catatan Tambahan Pekan Keluarga 2024

Gambar
  Renungen: Masmur 128: 1-6 Tema : Jabu Si Dem Alu Kesangapen   128:1 Sangap kal kalak si malang man TUHAN , si nggeluh ngikutken kerina perentahNa. 128:2 Ipanna me ulihna latih, sangap nggeluh, mehuli sikerajangenna. 128:3 Ndeharana bali ras anggur si meramis buahna i bas rumahna, dingen anak-anakna bali ras tunas batang saitun i sekelewet mejana. 128:4 Bage me pasu-pasu TUHAN , man kalak si malang man baNa. 128:5 TUHANlah si masu-masu kam i Sion nari, mbera idahndu kesangapen Jerusalem kidekah umur geluhndu. 128:6 Cawirlah kam metua, maka sempat idahndu kempu-kempundu. Damelah sikerajangen Israel ! FAKTA , ARTI DAN MAKNA 1.      Sangap kal kalak si malang man TUHAN , si nggeluh ngikutken kerina perentahNa.   Ipanna me ulihna latih, sangap nggeluh, mehuli sikerajangenna. Ndeharana bali ras anggur si meramis buahna i bas rumahna, dingen anak-anakna bali ras tunas batang saitun i sekelewet mejana . Kerina kal kita ersura sura ra...

Kamu, Sahabatku / Johanes 15:13-17 (Pekan Penatalayanan Pertama)

 

Setiap manusia, tidak terkecuali anak, membutuhkan sahabat dalam hidupnya. Anak membutuhkan sahabat untuk bermain, berinteraksi dan berbagi cerita tentang pengalaman sehari-hari. Sahabat bisa membuat anak lebih terbuka karena posisi mereka sejajar, bisa saling mengisi, sekalipun sering diselingi pertengkaran. Karena itu, sahabat penting untuk anak karena membuat mereka banyak belajar dan merasa senang.

Bersahabat dengan anak, merupakan salah satu bentuk pola pengasuhanyang dapat diterapkan orangtua dalam pendidikan anak. Dalam kesehariannya, anak-anak tidak hanya membutuhkan orangtua sebagai teladan, tetapi juga membutuhkan sosok sahabat yang bisa menjadi partner dalam dunianya sehingga ia merasa senang, ceria dan nyaman dengan diri dan lingkungannya.

Sebagai sosok yang terdekat dengan anak, orangtua harus bisa berperan dan memposisikan diri sebagai sahabat mereka. Sebagai sahabat, semestinya orangtua akan bisa menjadi teman yang menyenangkan buat anak, membantu menyelesaikan masalah, mengingatkan kalau berbuat salah atau hanya sekadar tempat menumpahkan keluh-kesah, bertukar pengalaman dan sebagainya.

Mengapa Perlu Bersahabat dengan Anak?

Teman tidak selamanya dapat memberikan nasihat yang terbaik buat anak, apalagi jika mereka masih anak-anak atau remaja. Teman yang dipilih anak ada kalanya bukan teman yang baik, kadang malah menjerumuskan anak. Bersahabat dengan anak, membuat kita sebagai orangtua akan semakin mudah memahami sifat dan karakter anak, kekurangan dan kelebihannya serta kebiasaan baik dan buruk anak. Dengan begitu kita bisa mengoptimalkan potensinya dan memperbaiki kekurangan anak. Bersahabat dengan anak juga akan meringankan orangtua karena biasanya ia akan bercerita kepada kita tentang apa saja yang dialami.

Semestinya orangtua adalah sosok pertama yang didatangi jika anak mengalami masalah. Maka dari itu, mulailah bersahabat dengan anak sejak dini. Jangan tunggu sampai anak besar. Berapapun waktu yang tersisa di sela-sela kesibukan orangtua harus dimanfaatkan dengan benar. Semakin dini hubungan terjalin, semakin baik bagi perkembangan hubungan dan mental anak.

Belajar dari Alkitab, Musa mengerti bagaimana rasanya menjadi sahabat Allah -- yaitu menjalin relasi yang melebihi hubungan pertemanan biasa. Tuhan kerap berbicara kepada Musa "dengan berhadapan muka seperti seorang manusia berbicara kepada temannya" (Keluaran 33:11). Abraham, bapa bangsa-bangsa, juga disebut sebagai sahabat Allah (2Tawarikh 20:7). Dalam bacaan Alkitab hari ini, Yesus, teladan tertinggi dari persahabatan yang penuh kasih, menyebut murid-murid-Nya sebagai sahabat (Yohanes 15:13,15). Dia berkata dengan sungguh-sungguh: "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu" (ayat 14).

Dan apakah perintah-Nya bagi kita? Yaitu agar kita mengasihi-Nya dengan segenap hati dan mengasihi sesama

Photo by :Sebastián León Prado / unsplash

(termasuk anak-anak) seperti kita mengasihi diri sendiri (Markus 12:30,31). Begitulah cara kita menjadi sahabat Allah

Saya juga teringat, dalam bukunya yang berjudul The Best Is Yet To Be (Yang Terbaik Belum Datang), Henry Durbanville bercerita tentang seorang gadis kecil di London yang mendapat penghargaan dalam suatu pameran bunga. Yang diikutsertakannya adalah bunga yang ditanam di sebuah teko retak, yang selama ini ditaruh di depan jendela loteng rumahnya yang kumuh. Ketika ditanya bagaimana caranya ia merawat bunga seindah itu di lingkungan yang tampaknya tak memungkinkan sehingga bunga itu dapat tumbuh indah, ia berkata bahwa ia selalu memindah-mindahkan posisi bunga itu agar selalu terkena sinar matahari.

Kemudian Durbanville mengingatkan para pembacanya pada perkataan Yesus, "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu" (Yohanes 15:9). Dari sini kita dapat menarik pelajaran bahwa kita harus terus menjaga diri agar tetap berada dalam kehangatan kasih Kristus.

Kita tinggal dalam kasih Kristus tatkala kita menunjukkan kasih kepada sesama. Yesus memperjelas hal ini dengan kata-kata-Nya, "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku .... Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (ayat 10,12-13).

Kita dapat merasakan kehangatan kasih Kristus bila kita menaati perintah-Nya untuk mengasihi dan melayani sesama. Begitulah caranya kita dapat tinggal dalam kehangatan kasih-Nya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024

Catatan Tambahan PJJ 18 - 24 Februari 2024