Featured Post
Kamu, Sahabatku / Johanes 15:13-17 (Pekan Penatalayanan Pertama)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Setiap manusia, tidak
terkecuali anak, membutuhkan sahabat dalam hidupnya. Anak membutuhkan sahabat
untuk bermain, berinteraksi dan berbagi cerita tentang pengalaman
sehari-hari. Sahabat bisa membuat anak lebih terbuka karena posisi mereka
sejajar, bisa saling mengisi, sekalipun sering diselingi pertengkaran. Karena
itu, sahabat penting untuk anak karena membuat mereka banyak belajar dan merasa
senang.
Bersahabat dengan
anak, merupakan salah satu bentuk pola pengasuhanyang dapat diterapkan
orangtua dalam pendidikan anak. Dalam kesehariannya, anak-anak tidak hanya
membutuhkan orangtua sebagai teladan, tetapi juga membutuhkan sosok
sahabat yang bisa menjadi partner dalam dunianya sehingga ia merasa senang,
ceria dan nyaman dengan diri dan lingkungannya.
Sebagai sosok yang
terdekat dengan anak, orangtua harus bisa berperan dan memposisikan diri
sebagai sahabat mereka. Sebagai sahabat, semestinya orangtua akan bisa menjadi
teman yang menyenangkan buat anak, membantu menyelesaikan masalah,
mengingatkan kalau berbuat salah atau hanya sekadar tempat menumpahkan
keluh-kesah, bertukar pengalaman dan sebagainya.
Mengapa Perlu
Bersahabat dengan Anak?
Teman tidak selamanya
dapat memberikan nasihat yang terbaik buat anak, apalagi jika mereka masih
anak-anak atau remaja. Teman yang dipilih anak ada kalanya bukan teman
yang baik, kadang malah menjerumuskan anak. Bersahabat dengan anak,
membuat kita sebagai orangtua akan semakin mudah memahami sifat dan
karakter anak, kekurangan dan kelebihannya serta kebiasaan baik dan buruk
anak. Dengan begitu kita bisa mengoptimalkan potensinya dan memperbaiki
kekurangan anak. Bersahabat dengan anak juga akan meringankan orangtua karena
biasanya ia akan bercerita kepada kita tentang apa saja yang dialami.
Semestinya orangtua
adalah sosok pertama yang didatangi jika anak mengalami masalah. Maka dari itu,
mulailah bersahabat dengan anak sejak dini. Jangan tunggu sampai anak besar.
Berapapun waktu yang tersisa di sela-sela kesibukan orangtua harus dimanfaatkan
dengan benar. Semakin dini hubungan terjalin, semakin baik bagi
perkembangan hubungan dan mental anak.
Belajar dari Alkitab, Musa
mengerti bagaimana rasanya menjadi sahabat Allah -- yaitu menjalin relasi yang
melebihi hubungan pertemanan biasa. Tuhan kerap berbicara kepada Musa
"dengan berhadapan muka seperti seorang manusia berbicara kepada
temannya" (Keluaran 33:11). Abraham, bapa bangsa-bangsa, juga disebut
sebagai sahabat Allah (2Tawarikh 20:7). Dalam bacaan Alkitab hari ini, Yesus,
teladan tertinggi dari persahabatan yang penuh kasih, menyebut murid-murid-Nya
sebagai sahabat (Yohanes 15:13,15). Dia berkata dengan sungguh-sungguh:
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu"
(ayat 14).
Dan apakah perintah-Nya
bagi kita? Yaitu agar kita mengasihi-Nya dengan segenap hati dan mengasihi sesamaPhoto by :Sebastián León Prado / unsplash
(termasuk anak-anak) seperti kita mengasihi diri sendiri (Markus 12:30,31).
Begitulah cara kita menjadi sahabat Allah
Saya juga teringat, dalam
bukunya yang berjudul The Best Is Yet To Be (Yang Terbaik Belum Datang), Henry
Durbanville bercerita tentang seorang gadis kecil di London yang mendapat
penghargaan dalam suatu pameran bunga. Yang diikutsertakannya adalah bunga yang
ditanam di sebuah teko retak, yang selama ini ditaruh di depan jendela loteng
rumahnya yang kumuh. Ketika ditanya bagaimana caranya ia merawat bunga seindah
itu di lingkungan yang tampaknya tak memungkinkan sehingga bunga itu dapat
tumbuh indah, ia berkata bahwa ia selalu memindah-mindahkan posisi bunga itu
agar selalu terkena sinar matahari.
Kemudian Durbanville
mengingatkan para pembacanya pada perkataan Yesus, "Seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam
kasih-Ku itu" (Yohanes 15:9). Dari sini kita dapat menarik pelajaran bahwa
kita harus terus menjaga diri agar tetap berada dalam kehangatan kasih Kristus.
Kita tinggal dalam
kasih Kristus tatkala kita menunjukkan kasih kepada sesama. Yesus memperjelas
hal ini dengan kata-kata-Nya, "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu
akan tinggal di dalam kasih-Ku .... Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu
saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih
besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya" (ayat 10,12-13).
Kita dapat merasakan
kehangatan kasih Kristus bila kita menaati perintah-Nya untuk mengasihi dan
melayani sesama. Begitulah caranya kita dapat tinggal dalam kehangatan
kasih-Nya!
Komentar