Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 16 - 22 Maret 2025

Gambar
  Thema : Ciptakan Perdamaian Dengan Sepenuh Hati (Bulatken Ukur Erbahan Perdamaian) Nas Alkitab: Masmur 34:12-15 I. FAKTA Penulis Mazmur 34, yang diyakini adalah Daud, menguraikan beberapa prinsip penting terkait kehidupan yang damai dan penuh berkat: Keinginan akan hidup panjang dan menikmati kebaikan Setiap manusia pada dasarnya memiliki keinginan alami untuk hidup panjang dan menikmati hal-hal yang baik. Ini mencerminkan kebutuhan dasar manusia akan kesejahteraan dan kebahagiaan. Menjaga lidah terhadap yang jahat dan bibir dari ucapan menipu Perkataan memiliki dampak besar dalam kehidupan manusia. Kata-kata yang jahat, menipu, atau memecah belah akan menimbulkan kehancuran baik secara pribadi maupun dalam komunitas. Menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik Perdamaian tidak hanya terjadi secara otomatis, tetapi membutuhkan upaya aktif untuk menghindari kejahatan dan secara sadar melakukan kebaikan. Mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya Perd...

DIA TERLALU LEMBUT UNTUK DILIHAT / MAZMUR 40

Photo by Gaƫtan Werp on Unsplash

Suatu ketika di sebuah padang, terdapat sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun oleh dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu tampak gagah dibandingkan dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itu pun menjadi tempat hidup bagi beberapa burung di sana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka di dalam pohon yang besar itu. Pohon itu pun merasa senang karena ia mendapatkan teman saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk dan membuka bekal makan di bawah naungan dahan-dahannya yang rindang. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon bangga mendengar perkataan tadi.

Waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu dimilikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang di sana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaannya belum berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang.

"Cittt ... cericirit ... cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt ... cericirit ... cittt, suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu ... dua ... tiga ... dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung jenis tertentu tertarik untuk bersarang di sana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering daripada sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang tunas tersenyum. Ah, rupanya, air mata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

Seperti kisah diatas, situasi kita saat ini juga memberikan seribu alasan untuk mengeluh dan bersungut-sungut, tetapi orang yang memercayai Allah akan tetap bersyukur. Itulah yang dialami oleh pemazmur dalam keadaan yang begitu sulit. Ia dikepung malapetaka dan kematian (ay. 13, 15), serta sengsara dan miskin (ay. 18). Akan tetapi, ia memilih untuk tetap memercayai Allah. Ia pun memperoleh kelegaan. Pertama, ia diselamatkan dari kebinasaan yang mengepungnya (ay. 3a). Kedua, ia dikuatkan dalam menghadapi masalah dan dituntun oleh Tuhan (ay. 3b). Ketiga, Tuhan menaruh ucapan syukur dalam mulutnya (ay. 4a). Dan keempat, kehidupannya memberikan dampak sosial yang baik sehingga ada orang-orang yang datang kepada Tuhan (ay. 4b).

Belajar dari kisah Pohon dan melihat teladan yang diberikan oleh pemazmur dalam menghadapi persoalan hidupnya yang begitu sulit, kita juga dapat memilih untuk memercayai Allah dalam keadaan apa pun. 

Ingatlah ini! Saudara dapat melihat hembusan nafas saudara, saat cuaca dingin. Tetapi, tidak dengan cuaca yang panas. Itu bukan karena nafas saudara berhenti saat cuaca panas. Saat cuaca panas, udara sangat panas dan hembusan nafas saudara, terlalu lembut hingga tidak menampakkan diri, sebagaimana hal itu dilawan dengan cuaca yang dingin. Sama halnya dengan cara dan rancangan Tuhan dalam setiap niatan baik saudara ataupun kehidupan saudara. Ia terlalu lembut untuk saudara dapat lihat, tapi DIA ada bersama saudara dengan cara dan rancanganNya. Maka dari itu, tetaplah mempercayakan hidup saudara kepadaNya saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024