Featured Post

Catatan Tambahan Khotbah 30 Maret 2025

Gambar
Thema  Khotbah: Merasakan Penderitaan untuk Mempermuliakan Tuhan (Ngenanami Kiniseraan Guna Mpermuliakan Dibata) Nas: Yohanes 12:27-36 I. Pendahuluan Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan. Namun, respons kita terhadap penderitaan dapat sangat berbeda. Ada yang menyerah, ada yang memberontak, ada pula yang berusaha mencari makna di balik penderitaan tersebut. Yesus Kristus, dalam Yohanes 12:27-36, mengajarkan kepada kita bahwa penderitaan bukanlah tanda kegagalan atau hukuman, melainkan dapat menjadi sarana untuk mempermuliakan Tuhan. Penderitaan yang diterima dengan iman dan ketaatan justru dapat memperlihatkan kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Melalui khotbah ini, kita akan menggali lebih dalam makna teologis dari penderitaan Yesus, relevansinya bagi jemaat saat ini, dan bagaimana kita bisa menghidupi panggilan menjadi "anak-anak terang" di tengah dunia yang gelap. II. Fakta dari Yohanes 12:27-36 Ada empat fakta pentin...

PENYANGKALAN PETRUS Matius 26:69-75

 

David Monje - Unsplash

Tahukah kita, diagnosa suatu penyakit dapat dilakukan hanya dengan melihat bagian dalam mulut seseorang. Bahkan beberapa penyakit dapat diketahui dengan memeriksa keadaan lidah. Tak heran, maka hal pertama yang akan dokter katakan saat memeriksa pasiennya adalah, "Coba, saya lihat lidah Anda." Seringkali diagnosa suatu penyakit dapat dilakukan hanya dengan melihat bagian dalam mulut seseorang. Beberapa penyakit dapat diketahui dengan memeriksa keadaan lidah.

Hal sama juga dapat dilakukan untuk memeriksa kesehatan rohani seseorang.Tutur kata yang diucapkan seseorang akan mencerminkan apa yang ada dalam diri orang itu. Yesus berkata, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati" (Matius 12:34).

Tidak percaya? Mari kita baca lagi peristiwa yang terjadi pada Petrus…

Pada malam Yesus ditangkap, Rasul Petrus menjumpai kesulitan karena ucapan mulutnya. Ketika ia berbicara, beberapa orang mengenali dialeknya dan berkata, "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu" (Matius 26:73). Walaupun Petrus mencoba menyangkal tuduhan mereka, namun tutur katanya menunjukkan dengan jelas siapa dirinya.

Petrus melupakan dirinya sebagai manusia yang rapuh. Ia sulit mengakui ketidakberdayaannya sebagai manusia dengan mengatakan kepada Yesus, “Sekalipun aku harus mati Bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” (bdk. Markus 14:26-31).. Tapi bagaimana kenyataanya? Petrus menyangkal Yesus.

Mengapa? Karena ucapan keyakinan tersebut, justru menunjukan ketinggian hati dari Petrus didepan Yesus.

Hal serupa juga sering terjadi pada diri kita, saat sesuatu yang kita sebut sebagai “keyakinan” berubah menjadi “ketinggian hati”. Padahal, tidak salah mengakui ketidakberdayaan kita pada Tuhan. Justru, mengakui ketidakberdayaan, menghilangkan sifat “sok tahu” akan segalanya. Melalui pengakuan ini, kita akan mengetahui kelemahan dan kerendahan hati kemanusiaan kita. Hal ini adalah dasar untuk mengakui bahwa kita adalah manusia, wajar untuk melakukan kesalahan dan tidak dapat melakukan segala sesuatunya dengan sempurna. Itu juga mengapa kita selalu membutuhkan kasih karunia Tuhan dalam ketidakberdayaan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024