Featured Post
PENYANGKALAN PETRUS Matius 26:69-75
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
David Monje - Unsplash |
Tahukah kita, diagnosa suatu penyakit dapat dilakukan hanya
dengan melihat bagian dalam mulut seseorang. Bahkan beberapa penyakit dapat
diketahui dengan memeriksa keadaan lidah. Tak heran, maka hal pertama yang akan
dokter katakan saat memeriksa pasiennya adalah, "Coba, saya lihat lidah
Anda." Seringkali diagnosa suatu penyakit dapat dilakukan hanya dengan
melihat bagian dalam mulut seseorang. Beberapa penyakit dapat diketahui dengan memeriksa
keadaan lidah.
Hal sama juga dapat dilakukan untuk memeriksa kesehatan
rohani seseorang.Tutur kata yang diucapkan seseorang akan mencerminkan apa yang
ada dalam diri orang itu. Yesus berkata, "Karena yang diucapkan mulut
meluap dari hati" (Matius 12:34).
Tidak percaya? Mari kita baca lagi peristiwa yang terjadi
pada Petrus…
Pada malam Yesus ditangkap, Rasul Petrus menjumpai kesulitan
karena ucapan mulutnya. Ketika ia berbicara, beberapa orang mengenali dialeknya
dan berkata, "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari
bahasamu" (Matius 26:73). Walaupun Petrus mencoba menyangkal tuduhan
mereka, namun tutur katanya menunjukkan dengan jelas siapa dirinya.
Petrus melupakan dirinya sebagai manusia yang rapuh. Ia
sulit mengakui ketidakberdayaannya sebagai manusia dengan mengatakan kepada
Yesus, “Sekalipun aku harus mati Bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal
Engkau.” (bdk. Markus 14:26-31).. Tapi bagaimana kenyataanya? Petrus
menyangkal Yesus.
Mengapa? Karena ucapan keyakinan tersebut, justru menunjukan
ketinggian hati dari Petrus didepan Yesus.
Hal serupa juga sering terjadi pada diri kita, saat sesuatu
yang kita sebut sebagai “keyakinan” berubah menjadi “ketinggian hati”.
Padahal, tidak salah mengakui ketidakberdayaan kita pada Tuhan. Justru, mengakui
ketidakberdayaan, menghilangkan sifat “sok tahu” akan segalanya. Melalui
pengakuan ini, kita akan mengetahui kelemahan dan kerendahan hati kemanusiaan
kita. Hal ini adalah dasar untuk mengakui bahwa kita adalah manusia, wajar
untuk melakukan kesalahan dan tidak dapat melakukan segala sesuatunya dengan
sempurna. Itu juga mengapa kita selalu membutuhkan kasih karunia Tuhan dalam
ketidakberdayaan kita.
Komentar