Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 29 Juni - 05 Juli 2025

 Thema:

Hidup Bersama Dengan Saudara Secara Berkelanjutan (Tetap Nggeluh Ras Senina)

NasYosua 22:1–9

Pengantar

Dalam dunia yang semakin individualistik, pesan Alkitab tentang kesetiaan terhadap sesama saudara—baik secara biologis maupun spiritual—menjadi relevan dan mendesak. Yosua 22 menampilkan narasi historis dan teologis yang sangat kuat tentang kesetiaan lintas batas wilayah, suku, dan kepentingan. Ketika suku Ruben, Gad, dan setengah Manasye telah menyelesaikan tanggung jawab mereka, mereka diizinkan kembali, bukan hanya dengan berkat materi, tetapi juga dengan peneguhan rohani agar tetap setia kepada Tuhan. Ini adalah pelajaran mendalam bagi gereja masa kini tentang kolaborasi, komitmen, dan kesinambungan iman dalam hidup bersama.



Fakta

1.  Yosua memanggil suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye untuk mengakui kesetiaan mereka dalam mematuhi perintah Musa dan perintah Yosua. Mereka tidak meninggalkan saudara-saudara mereka dalam waktu yang lama, tetapi tetap berperang dan menjaga solidaritas antarsuku. 

2.  Setelah tanah Kanaan aman, Yosua mengizinkan mereka kembali ke daerah mereka di seberang Yordan, sambil memberi perintah untuk tetap setia kepada Tuhan—mengasihi-Nya, mengikuti jalan-Nya, berpegang pada perintah-Nya, dan beribadah dengan segenap hati dan jiwa. 

3.  Yosua pun memberkati mereka dan melepas mereka pergi dengan berkat materiil dan instruksi spiritual.

Arti dan Makna Teologis

Kisah ini menampilkan kesetiaan lintas kewilayahan sebagai wujud ketaatan iman. Ketiga suku ini bukan hanya tunduk pada perintah Musa secara struktural, tetapi juga memperlihatkan komitmen spiritual terhadap kesatuan umat Allah. Ini menegaskan bahwa iman bukan hanya relasi vertikal dengan Allah, tetapi juga komitmen horizontal dengan sesama.

Setia kepada Tuhan dan sesama adalah nilai utama yang ditonjolkan. Kesetiaan itu menghasilkan keamanan, berkat, dan sukacita. Ini selaras dengan ajaran Yesus dalam Matius 22:37–39 bahwa hukum terutama adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama.

Selain itu, pesan profetik dalam teks ini adalah bahwa tempat bukanlah penentu utama berkat, melainkan kesetiaan kepada Tuhan. Dalam konteks diaspora umat atau perpindahan sosial dan geografis, prinsip ini menegaskan bahwa kehadiran Tuhan melampaui batas geografis.

Kebahagiaan sejati tidak ditentukan oleh lokasi atau kepemilikan, melainkan oleh relasi dengan Allah yang diwujudkan dalam ketaatan dan kesetiaan.”
—John Calvin, Institutes of the Christian Religion, III.6.6

Implementasi

  1. Bagi Jemaat GBKP dan Umat Kristen Modern
    Kita sering terpecah oleh suku, kelas sosial, zona geografis, bahkan orientasi pelayanan. Yosua 22 mengajak kita untuk kembali memelihara persaudaraan spiritual, meski berbeda konteks dan tempat tinggal. Ini relevan untuk gereja diaspora maupun komunitas lintas regional.

  2. Dalam Pelayanan Gereja dan Keluarga
    Ketika kita hidup dalam berkat dan kedamaian, kita dipanggil untuk tidak melupakan tanggung jawab terhadap sesama. Pelayanan bukan selesai ketika kita "telah diberkati", melainkan ketika kita juga membawa berkat itu kepada orang lain.

  3. Spiritualitas Setia di Tengah Perubahan
    Dunia berubah. Lokasi berubah. Profesi dan peran berubah. Namun kesetiaan kepada Tuhan dan hidup bersama saudara dalam kasih—harus tetap menjadi dasar hidup orang percaya.

Power Statement

“Kesetiaan kepada Tuhan dan kasih kepada saudara adalah warisan iman yang melampaui batas waktu dan tempat. Tetaplah setia, sebab dalam kesetiaanlah berkat dan damai sejati dinyatakan.”

“Bukan tempat yang menjadikan kita diberkati, tapi hati yang setia kepada Tuhan—itulah tempat Tuhan berdiam.”

“Hidup bersama saudara secara berkelanjutan adalah kesaksian iman kita kepada dunia bahwa Tuhan hadir dalam komunitas yang saling setia.”

Catatan Kaki dan Referensi

  1. John Calvin, Institutes of the Christian Religion, III.6.6. Terjemahan Indonesia: Institutio, Buku III, Bab 6, bagian 6.
  2. Craig S. Keener, The IVP Bible Background Commentary: Old Testament (Downers Grove: IVP Academic, 1996).
  3. Walter Brueggemann, The Land: Place as Gift, Promise, and Challenge in Biblical Faith (Fortress Press, 2002).
  4. Raymond Brown, The Message of Deuteronomy (IVP, 1993).
  5. William L. Lane, “Community Ethics in the Old Testament,” Journal of Biblical Literature, vol. 103, no. 2 (1984): 231–245.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)