Featured Post
Terkelin Brahmana Bupati Yang Terlalu Lugu
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Catatan : Tulisan ini adalah bagian buku "Terkelin Brahmana Di Antara Sahabat" yang ditulis abanganda Robert Billy Perangin angin"
Saya berkenalan
dengan Terkelin Berahmana sejak tahun 1977. Dan selama 3.5 tahun berikutnya
kami sekolah di SMP Negeri 1 Kabanjahe.
Dan saat usia kami memasuki usia SMA, kami berpisah. Aku dengar dia
bersekolah di SMA RK Kabanjahe dan saya dengan beberapa teman ke SMA Negeri 1
“teruh bulu” Kabanjahe. Selama di SMP
itulah aku dengar bahwa beliau menyandang sebuah nama kehormatan yaitu “Pa
Kentang”. Mengapa saya sebut Pa Kentang
itu nama kehormatan, karena hal itu menunjukkan bahwa dia anak juragan pupuk,
atau orang kaya di Kabanjahe.
Lagi pula, dengan disandangnya nama Pa Kentang sebenarnya
Terkelin Berahmana sudah mempunyai Brand
Personal sejak usia SMP, yang kelak membawa dia lebih terkenal lagi sebagai
wakil bupati terpilih pada tahun 2010. Bersama
Kena Ukur Surbakti yang mempunyai brand personal juga sebagai “karo Jambi” dan
akhirnya menjadi bupati defenitif setelah Karo Jambi tersebut lengser sebagai bupati, (setelah baru sekitar
3 tahun sebagai bupati). Jadilah Pa
Kentang menjadi bupati, melanjutkan periodenya sampai tahun 2015.
Pada saat ramai ramainya demonstrasi untuk
melengserkan Karo Jambi, saya membuat
sebuah tuisan yang tujuannya mempersiapkan Terkelin Berahmana sebagai
Bupati ( https://alginting.blogspot.com/2013/12/inilah-alternatif-selain-melengserkan.html
). Saat itu saya sangat antusias membuat
tulisan tersebut karena menyambut seorang sahabat teman SMP saya menjadi
bupati. Hati siapa yang tidak akan
berbunga bunga jika sahabatnya menjadi penguasa satu kabupaten?
Saat beliau masih menjabat sebagai wakil bupati saya secara kebetulan
bertemu dan satu kereta dari Medan ke Kuala Namu. Dalam bincang bincang kami dia sempat
menyatakan bahwa dirinya sangat sulit bergerak /bekerja sebagai wakil bupati,
karena terlalu didikte oleh Bupati Almarhum Kena Ukur Surbakti. Saya ingat kala
itu Terkelin mengatakan bahwa ruangan kerjanya sebagai wakil bupati dibuat
sedemikian rupa, sehingga siapapun keluar masuk ke ruangan nya dilihat dan
diketahui oleh Bupati Karo Jambi.
“Kai pe la banci kuban impal, janah tamu si
reh e pe harus seijin bupati kerina”
katanya kala itu menuturkan dalam Bahasa karo dalam gerbong Kereta
Bandara yang sangat tenang dan nyaman.
Saya termangu mangu saja mendengar penuturannya, dan berfikir benar lah
seperti itu. Nah pada saat ada
kemungkinan bupati lengser, dan sahabat ku inilah yang akan menjadi bupati, saya berfikir dan percaya bahwa
dia akan melakukan banyak hal untuk Kabupaten Karo. Itulah alasan mengapa saya
sangat antusias membuat tulisan untuk mempersiapkan dan memastikan dia yang
akan menjadi bupati. Tapi apakah beliau
melakukan banyak hal sebagai bupati ?
Dalam Pilkada 2015, kembali saya berada dibelakang beliau, karena pada saat
itu saya berfikir mungkin sisa masa jabatannya sebagai bupati periode
sebelumnya tidak cukup power nya
untuk menyusun program program pembangunan. Okelah kita dukung dia untuk
menjadi bupati sekali lagi, siapa tahu dia akan meng-gas habis pada periode ini
untuk membuat dan mewujudkan program program pembangunan.
Saat kampanye menjelang Pilkada tahun 2015, kembali saya
membuat sebuah tulisan dengan judul Menghitung Peluang Bupati berdasarkan
namanya. Dan saya menempatkan nama
Terkelin adalah nama yang paling menggambarkan Karo dengan seluruh latar budaya
dan harapan di dalamnya. Nomor dua saya memilih nama sahabat/seninaku Heben Heser
Ginting. Artinya inilah nama yang paling berpeluang menang sebagai Bupati
Kabupaten Karo untuk lima tahun kedepan yaitu sampai pada tahun 2020. https://alginting.blogspot.com/2015/09/menghitung-peluang-bupati-karo.html
Selain mendukung dalam bentuk tulisan saya juga
mengikuti sebuah pertemuan dengan para tokoh Karo Jakarta di Restaurant Angsa
Dua, sekitar Senayan. Yang ikut pada
saat itu antara lain Jenderal Purn Amir Sembiring, Inget Sembiring, Alexander
Barus PhD, Helman Pandia, Budianto Surbakti,
saya sendiri beberapa tokoh yang lain. Topik pembicaraan kami pada saat
itu hanya satu, “Siapa yang kita dukung menjadi Bupati Karo”
Mencuatlah tiga nama yaitu Ramon Bangun, Sudarto
Sitepu dan Terkelin Berahmana.
Percakapan cukup alot, masing
masing memberikan argumentasinya. Saya dan Budianto Surbakti pada saat itu,
sebagai peserta termuda satu visi untuk
mendukung Terkelin Berahmana. Dan karena
argumentasi yang kami berikan akhirnya disepakatilah
untuk mendukung Terkelin Berahmana.
Beberapa waktu kemudian dilanjutkan lah pertemuan
berikutnya untuk menyusun strategi pemenangan
Terkelin Berahmana. Beberapa
Tokoh yang ikut pada pertemuan di Hotel Mercure, Lebak Bulus Jakarta itu adalah
Ajudan Bupati Terkelin Alm Jhoni Barus dan Arya Sinulingga. Sampai akhirnya terpilihlah Terkelin
Berahmana bersama Cory Sebayang.
Mengantisipasi
keterpilihan Terkelin, supaya dia membuat komitmen untuk menyusun program
pembangunan di Karo, maka kembali saya membuat tulisan yang isinya ini adalah
kesempatan beliau untuk membuat sejarah dan meninggalkan Legacy. https://alginting.blogspot.com/2016/01/surat-terbuka-untuk-terkelin-berahmana.html
Dalam salah satu pertemuan secara Online dengan Bupati
Terkelin Brahmana sekitar Bulan September atau Oktober 2020, keluar kata
katanya mengenai pentingnya meninggalkan legacy,
dan bagi saya itu sebuah kata yang tidak punya makna sama sekali karena yang
mengucapkannya adalah Terkelin Brahmana.
Pembelajaran
Dari Pengalaman Terkelin Brahmana
Sebagaimana saya katakan dibagian awal, alasan saya
sulit sekali membuat tulisan ini mungkin salah satu sebabnya saya kecewa
terhadap Terkelin Berahmana. Namun
karena yang meminta nya adalah abanganda dan senior yang sangat kukagumi dan
kuhormati Bang Billy, saya takut menolak juga.
Ada satu syair lagu yang akhirnya membuat saya mampu menemukan energy
untuk membuat tulisan ini yaitu lagu That’s What Are Friend For yang dikumandangkan oleh Dione Warwick
Keep smiling, keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That's what friends are for
For good times and bad times
I'll be on your side forever more
That's what friends are for
Saya memahami secara
ringkas makna syair lagu itu bahwa teman
itu lebih dari sekedar prestasi kerjanya.
Teman itu dikatakan teman kalau kita sudah sanggup menerimanya apa
adanya, baik saat dia mengecewakan kita juga. Tidak hanya saat saat kita
merasakan ada yang membanggakan yang dia lakukan kepada kita. Oleh sebab itu, saya menjadikan dan
menobatkan Terkelin Brahmana tetap sebagai teman saya sampai kapanpun.
Ini bukan kata kata
kosong, namun sebuah keputusan yang sangat matang dan sangat dewasa karena
berdasar kepada 4 hal yang saya renungkan.
Hasil perenungan yang berbasis kepada apa yang saya baca dan saya tahu,
serta apa yang saya lihat dan alamni bersama beliau. Ijinkan saya
menguraikannya satu persatu.
Yang pertama Terkelin Berahmana adalah seorang yang sangat tulus dalam bersikap. Saya berani mengatakan bahwa beliau adalah
seorang yang tulus, Tulus dalam arti dia mampu dengan cepat dan langsung
mengatakan apa yang ada dalam hatinya, baik yang postif maupun yang bagi banyak orang kurang baik.
Namun kadang kala, saya melihat bahwa Terkelin kurang berani mengatakan tidak
kepada orang lain, apalagi kepada seorang yang dia hormati dan segani.
Banyak perantau Karo
yang sudah sukses dan berhasil jika
memberi saran kepada beliau, maka Terkelin Brahmana hanya merespon dengan kata
kata: , “mantap, mejile, bagus bagus sambil
tersenyum dan mengangguk angguk”.
Namun apa kelanjutannya? Tidak ada hahahahahahha. Bisa saja hal itu terjadi karena Terkelin
kurang memahami ide atau gagasan nya, atau karena pada saat itu dia tidak ingin
mengatakan tidak kepada semua orang yang memberikan saran dan masukan. Ada ketulusan dalam bersikap, ditambah
keluguan dan ketidak mengertian.
Yang kedua adalah Terkelin Brahmana mempunyai takdir atau nasib, atau
garis tangan menjadi Bupati Karo. Saya
lama merenung akan pernyataan ini, yang pernah saya dengar dari senina saya
Lotmin Ginting juga melalui impal saya Josua Ketaren. Dikatakan mau setuju atau tidak setuju ada
keyakinan dalam budaya Karo tentang pengindo.
Terkelin e enggo kin pengindo na
tah retak tanna jadi bupati. Emaka gelah ia jadi bupati e, Karo Jambi adalah
kenderaanna. Jadi labo Terkelin membantu
Karo Jambi jadi Bupati, tapi situhuna Karo Jambi nge membantu Terkelin jadi
bupati.
Untuk mendukung statement ini maka Josua Ketaren pernah
menyampaikan sebuah narasi kepada saya. Sebenarnya bukan Karo Jambi yang pertama
sekali mengajak dan menyebutkan nama Terkelin untuk dicalonkan menjadi wakil
bupati Karo. Banyak kisah yang mengawali, sampai satu titik seolah tertutup
kemungkinan Terkelin Brahmana untuk maju menjadi calon wakil bupati, karena
sponsor pertama itu mundur tanpa meninggalkan pesan dan kesan. Namun bak dewa penolong muncullah nama Karo
Jambi. Jadi, impalku Josua Ketaren dan
seninaku Lotmin Ginting anggota KPUD Karo, dimana kami semua satu angkatan
selama SMP, yakin sekali ada tangan tangan tak terlihat yang menempatkan Terkelin
menjadi bupati terlepas dari kekurangan dan kelemahannya.
Yang ketiga adanya kekurangan
dari ayahanda Terkelin Berahmana. Lemahnya karakter kepemimpinan dalam diri
Terkelin bukanlah kesalahan Terkelin semata. Karakter kepemimpinan dalam diri
seseorang muncul saat dia dalam usia anak anak sampai usia 12 atau 13
tahun. Dalam usia itu, setiap anak
membutuhkan model pemimpin untuk dia tiru, dia pelajari, dia jadikan sebagai
patokan dalam hidupnya. Umumnya
masyarakat Karo menganggap tanggung jawab pengasuhan dan pelatihan karakter
seorang anak adalah nande nya (ibu)
bukan ayah. Jadi akhirnya interaksi
seorang ayah dengan anaknya sangat lemah, sangat sedikit. Padahal figur pemimpin dalam setiap orang itu
ada dalam diri ayahnya. Saya menduga
Terkelin kurang berinteraksi dengan ayahandanya yang kala itu menjadi pengusaha
perpupukan yang sangat berhasil di karo.
Beberapa disertasi yang
mengambil thema pendidikan karakter, menyimpulkan hampir semua pemimpin besar
adalah dia (laki laki dan perempuan) yang dekat sekali dengan ayah nya saat
mereka dalam usia pembangunan karakternya.
Jadi seorang pemimpin akan bertumbuh menjadi pemimpin yang tangguh jika
dalam usia kecilnya dia dekat dan sering berkomunikasi dengan ayahnya.
Jadi menurut saya, jika
ada yang menganggap sebagai pemimpin atau sebagai bupati Terkelin dianggap kurang berani
melakukan gebrakan gebrakan seperi Presiden Jokowi atau Luhut Binsar Panjaitan,
atau bahkan tidak seperti Selamat Ginting atau Tampak Sebayang, maka itu adalah
kegagalan dari ayahnya sendiri membangun
karakter kepemimpinan Terkelin.
Terkelin adalah produk
dari system keluarga karo itu sendiri. Bukan salah Terkelin melulu jika dia
lemah dalam karakter kepemimpinan. Lalu
jika Masyarakat Karo ingin memperbaiki kualitas pemimpin anak anak nya, maka
perlu sekali dari sekarang diubah pendekatan dalam rumah tangga. Ayah harus berperan sangat aktif dalam proses
penumbuhan karakter anak anaknya yang laki laki dan perempuan.
Saya melihat ada contoh
dimana seorang ayah jika dekat dengan anaknya dalam usia penumbuhan karakter
maka anaknya akan menjadi pemimpin.
Pendeta Dr Anggapen Ginting Soeka
bisa menjadi contoh. Bahwa kedekatan dia
dengan anak sulungnys maupun dua anak wanitanya serta anak bungsungnya benar
benar menghasilkan kepemimpinan yang sangat kuat.
Pertua Brigjen Purn dr
Alex Kaliaga Ginting Soeka, seorang Jenderal, dan Presiden Direktur Kimia Farma
Indonesia benar benar seorang pemimpin yang sangat tangguh. Demikian juga dua adik perempuan nya yang
menjadi dokter yang sangat berhasil.
Bahkan seorang diantaranya menjadi direktur di salah satu Rumah Sakit
swasta terbesar di Indonesia.
Yang keempat adalah Terkelin Brahmana adalah produk system politik
Pilkada karo. Pilkada Karo sangat unik dan
berbeda dengan tempat tempat lain.
Banyak sekali kekuatan yang ikut berperan. Sangat Transaksional. Jadi keterpilihan seorang bupati seperti
Terkelin pun tidak akan bebas untuk menentukan programnya tanpa harus “membayar
jasa” semua kelompok yang sudah ikut memenangkan dia.
Kelompok kelompok ini
bisa dari luar, para pengusaha, preman, partai pendukung dengan seluruh
koalisinya, organisasi masa. Bisa juga dari
dalam seperti pejabat pejabat yang ada di Pemerintahan Kabupaten Karo. Nah
dalam menentukan program kerja maka dapat dilihat bahwa Terkelin Brahmana dan
Cory Sebayang sebagai wakil bupati harus lah mempertimbangkan banyak hal.
Jadi jika dilihat bahwa
semasa kepemimpinan Terkelin Brahmana dalam periode 2015 sd 2020 beberapa kali
ada SILPA, dan program pembangunan sangat minim, maka penyebabnya bukan melulu kelemahan kepemimpinan Terkelin
Brahmana.
Lama saya merenungkan
keempat factor diatas, sehingga sampai lah saya pada kesimpulan bahwa sekalipun
saya dan banyak orang sangat kecewa kepada Terkelin Berahmana, namun juga saya
harus mengucapkan banyak terima kasih.
Sebab Terkelin sudah mampu menjaga keberlangsungan pemerintahan
Kabupaten Karo, dengan seluruh kekurangan dan keberhasilan keberhasilannya. Rumah Sakit Umum Kabanjahe kembali ke GBKP ada
dimasa Kepemimpinan Terkelin Brahmana.
Mungkin kalau dikumpulkan lagi sampai detail, masih banyaklah
keberhasilan keberhasilan kecil yang ditorehkan oleh Terkelin Brahmana. Bujur ras mejuah juah kita kerina.
Komentar