Featured Post
MALAM TERAKHIR (Yohanes 13:1-17, 31-35)
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Yesus mengetahui bahwa saat kematian-Nya telah tiba. Pada saat-saa
t terakhir itulah, Yesus mengungkapkan kasih kepada murid-murid-Nya sepenuhnya. Meskti ia tahu niat jahat Yudas Iskariot yang mengikuti dorongan Iblis untuk mengkhianati-Nya. Yesus menunjukkan bahwa kasih Allah tidak dapat dikalahkan oleh kejahatan manusia. Peristiwa salib mengungkapkan di balik segala derita, bukan berarti Yesus kehilangan kuasa dan kasih-Nya, sebaliknya sebagaimana Ia datang dari Bapa dan kini saatnya kepada Bapa (ayat 1-3).
Secara
sangat dramatis dan mengejutkan, Yesus menjadi seperti seorang hamba yang
membasuh kaki murid-murid-Nya. Dramatis, sebab inilah tanda kasih yang
mendalam; pekerjaan seorang budak diambil-Nya. Bahkan para murid belum pernah
membasuh kaki Guru mereka, ataupun di antara mereka sendiri. Mengejutkan,
hingga reaksi yang muncul adalah pertanyaan bagi Petrus. "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" (ayat 6). Dirinya
merasa tidak pantas menerima perlakukan Yesus. Tetapi menolak pelayanan Yesus
berarti menolak kasih Yesus. Petrus harus belajar karya kasih Tuhan tidak
selamanya dapat dipahami, tetapi menerima dengan percaya adalah sikap iman yang
benar. Tindakan pembasuhan kaki, yang dipandang rendah dan hina telah dilakukan
Yesus justru menjadi gambaran bagaimana Ia akan direndahkan dalam kematian demi
keselamatan umat kepunyaan-Nya. Justru dengan jalan inilah memungkinkan bagi
kita untuk memperoleh ‘bagian di dalam Dia’ (ayat 8) dan memperolah
‘pembersihan dari dosa (ayat 10), jika kita memberi diri kita dibasuh oleh-Nya.
Dari
sikap Yesus membasuh kaki murid-Nya, kita dapat memahami tentang kasih sejati
Allah. Pertama, dalam situasi
dimuliakan, Yesus justru merendahkan diri sedalam-dalamnya. Seperti pribadi
yang sedang mencintai seseorang yang sakit, maka ia akan melayani dan melakukan
pekerjaan yang paling rendah dengan penuh sukacita. Masih banyak orang yang
merasa terlalu terhormat untuk melakukan hal-hal rendah, ataupun merasa terlalu
tinggi untuk melakukan tugas-tugas yang kasar. Tetapi tindakan Yesus membasuh
kaki para murid-Nya menunjukkan pribadi Allah yang mulia atas segala sesuatu
tetapi mau bertindak rendah bagi manusia yang dikasihi-Nya.
Kedua, kedekatan kepada Allah juga membawa
semakin erat kepada manusia. Sekalipun Yesus yang datang dari Allah dan kembali
kepada Allah, tidak membuat dirinya jijik terhadap manusia dengan segala
perkara duniawinya. Kemuliaan Allah tidak memisahkan Yesus dari manusia.
Tindakan pembasuhan kaki oleh Yesus kepada murid-murid-Nya mengajarkan bahwa
tidak ada orang lebih dekat dengan sesamanya, daripada orang yang hidup dekat
Allah.
Ketiga, Semakin dilukai, semakin mengasihi. Yesus
sejatinya sadar bahwa diri-Nya sebentar lagi akan menerima pengkhianatan dari
orang terdekatnya. Dan hal yang wajar bila setiap pengkhianatan menimbulkan
luka hati dan kebencian. Namun kasih Yesus menampilkan justru semakin besar
hingga meluap. Betapa sering dan mudahnya kita menjadi marah terhadap kesalahan
dan menjadi benci terhadap orang yang menyakiti kita. Tetapi Yesus mengajarkan
menghadapi luka dan pengkhianatan dengan kerendahan hati dan kasih yang begitu
besar.
Akhirnya
pembasuhan kaki juga menunjukkan bahwa kemuliaan kasih ditampilkan dalam
kerendahan hati. Pelayanan adalah sebuah kehormatan dan kemuliaan. Bila dunia
menuntut kebesaran diukur dari berapa banyak orang yang melayani kita. Tetapi
Yesus menunjukkan kebesaran diukur dari berapa banyak orang kita layani. Sebab
itu, para murid Yesus tidak boleh berpikir bahwa melayani merupakan suatu
tindakan bernilai rendah, karena Sang Guru pun telah merendahkan diri untuk
melayani mereka (ayat 15). Ingat ucapan Yesus seusai membasuh kaki para murid, “Jikalau kamu tahu semua ini, maka
berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” (ayat 17).
Komentar