Featured Post

Analisis Lengkap Mengenai Ketidaksinambungan Komunikasi antara Pertua & Diaken Emeritus dengan Pertua & Diaken Aktif di GBKP (Klasis Bekasi-Denpasar) dalam Perspektif Akademis dan Teologis

Gambar
 Pembinaan khusus bagi Pertua dan Diaken Emeritus Klasis Bekasi-Denpasar yang dilaksanakan di Kinasih, Depok, pada 7 Februari 2025 mengangkat isu fundamental mengenai peran dan keterlibatan pertua dan diaken emeritus dalam gereja. Salah satu poin yang ditekankan oleh Pdt. Christoper Sinulingga, selaku Kabid Pembinaan Moderamen GBKP, adalah bahwa tidak ada perbedaan dalam hal melayani  antara pertua dan diaken aktif dengan pertua dan diaken emeritus. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan komunikasi dan peran yang cukup signifikan. Pertanyaan kunci yang muncul: 1. Mengapa terjadi kesenjangan komunikasi dan peran antara pertua & diaken emeritus dengan pertua & diaken aktif? 2. Benarkah dalam konsep teologis tidak ada perbedaan antara keduanya? 3. Jika secara konsep tidak ada perbedaan, mengapa dalam praktik muncul perbedaan? 4. Apa tujuan sejati dari pembinaan ini, dan bagaimana penyelesaiannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, analisis...

MALAM TERAKHIR (Yohanes 13:1-17, 31-35)

 

Yesus mengetahui bahwa saat kematian-Nya telah tiba. Pada saat-saa
t terakhir itulah, Yesus mengungkapkan kasih kepada murid-murid-Nya sepenuhnya. Meskti ia tahu niat jahat Yudas Iskariot yang mengikuti dorongan Iblis untuk mengkhianati-Nya. Yesus menunjukkan bahwa kasih Allah tidak dapat dikalahkan oleh kejahatan manusia. Peristiwa salib mengungkapkan di balik segala derita, bukan berarti Yesus kehilangan kuasa dan kasih-Nya, sebaliknya sebagaimana Ia datang dari Bapa dan kini saatnya kepada Bapa (ayat 1-3).

Secara sangat dramatis dan mengejutkan, Yesus menjadi seperti seorang hamba yang membasuh kaki murid-murid-Nya. Dramatis, sebab inilah tanda kasih yang mendalam; pekerjaan seorang budak diambil-Nya. Bahkan para murid belum pernah membasuh kaki Guru mereka, ataupun di antara mereka sendiri. Mengejutkan, hingga reaksi yang muncul adalah pertanyaan bagi Petrus. "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" (ayat 6). Dirinya merasa tidak pantas menerima perlakukan Yesus. Tetapi menolak pelayanan Yesus berarti menolak kasih Yesus. Petrus harus belajar karya kasih Tuhan tidak selamanya dapat dipahami, tetapi menerima dengan percaya adalah sikap iman yang benar. Tindakan pembasuhan kaki, yang dipandang rendah dan hina telah dilakukan Yesus justru menjadi gambaran bagaimana Ia akan direndahkan dalam kematian demi keselamatan umat kepunyaan-Nya. Justru dengan jalan inilah memungkinkan bagi kita untuk memperoleh ‘bagian di dalam Dia’ (ayat 8) dan memperolah ‘pembersihan dari dosa (ayat 10), jika kita memberi diri kita dibasuh oleh-Nya.

Dari sikap Yesus membasuh kaki murid-Nya, kita dapat memahami tentang kasih sejati Allah. Pertama, dalam situasi dimuliakan, Yesus justru merendahkan diri sedalam-dalamnya. Seperti pribadi yang sedang mencintai seseorang yang sakit, maka ia akan melayani dan melakukan pekerjaan yang paling rendah dengan penuh sukacita. Masih banyak orang yang merasa terlalu terhormat untuk melakukan hal-hal rendah, ataupun merasa terlalu tinggi untuk melakukan tugas-tugas yang kasar. Tetapi tindakan Yesus membasuh kaki para murid-Nya menunjukkan pribadi Allah yang mulia atas segala sesuatu tetapi mau bertindak rendah bagi manusia yang dikasihi-Nya.

Kedua, kedekatan kepada Allah juga membawa semakin erat kepada manusia. Sekalipun Yesus yang datang dari Allah dan kembali kepada Allah, tidak membuat dirinya jijik terhadap manusia dengan segala perkara duniawinya. Kemuliaan Allah tidak memisahkan Yesus dari manusia. Tindakan pembasuhan kaki oleh Yesus kepada murid-murid-Nya mengajarkan bahwa tidak ada orang lebih dekat dengan sesamanya, daripada orang yang hidup dekat Allah.

Ketiga, Semakin dilukai, semakin mengasihi. Yesus sejatinya sadar bahwa diri-Nya sebentar lagi akan menerima pengkhianatan dari orang terdekatnya. Dan hal yang wajar bila setiap pengkhianatan menimbulkan luka hati dan kebencian. Namun kasih Yesus menampilkan justru semakin besar hingga meluap. Betapa sering dan mudahnya kita menjadi marah terhadap kesalahan dan menjadi benci terhadap orang yang menyakiti kita. Tetapi Yesus mengajarkan menghadapi luka dan pengkhianatan dengan kerendahan hati dan kasih yang begitu besar.

Akhirnya pembasuhan kaki juga menunjukkan bahwa kemuliaan kasih ditampilkan dalam kerendahan hati. Pelayanan adalah sebuah kehormatan dan kemuliaan. Bila dunia menuntut kebesaran diukur dari berapa banyak orang yang melayani kita. Tetapi Yesus menunjukkan kebesaran diukur dari berapa banyak orang kita layani. Sebab itu, para murid Yesus tidak boleh berpikir bahwa melayani merupakan suatu tindakan bernilai rendah, karena Sang Guru pun telah merendahkan diri untuk melayani mereka (ayat 15). Ingat ucapan Yesus seusai membasuh kaki para murid, “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” (ayat 17).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024