Featured Post
Kiat-Kiat Menjadi Sukses dalam Hidup
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh M. Tempel Tarigan
Ada beberapa hal penting yang masih saya ingat dan pernah
saya terapkan saat masih bekerja.
Sekarang, beberapa hal tersebut, saya pikir-pikir tidak ada salahnya jika
dibagi-bagikan kepada orang lain. Mudah-mudahan, kelak bisa berguna atau
bermanfaat untuk generasi muda.
Beberapa kiat tersebut adalah ....
Oleh karena itu saya berpikir keras, berusaha melihat secara
jernih, apa inti dari masalah yang sesungguhnya dan kemudian mendudukannya
kembali dalam satu bingkai yang utuh, agar bisa mengambil satu kesimpulan yang
dianggap benar.
Tidak Sampai 10 menit, saya kemudian mengambil inisiatif dan
segera mengemukakan pendapat saya, point-point penting apa saja yang menjadi
jalan keluar.
Dan tak lama, kecuali atasan saya, rekan-rekan sekantor
segera berkomentar. Ada yang bilang, “Oh, begitu ya! Kalau begitu, saya juga bisa ....” Ada pula
yang mendadak langsung pura-pura mengerti dan ikut bicara, “ Ya, seperti itu.
Betul, seperti itu! Yang saya maksudkan sama dengan Anda. Cuma susah sekali
saya ngomongnya,” sambil senyum-senyum.
Saya sebenarnya sedikit kesal, kalau cuma ngomong-ngomong
seperti itu, tidak ada gunanya. Toh, sejak tadi, tidak ada seorang pun
berbicara, apalagi mampu menawarkan solusi yang ampuh.
Lalu saya menantang mereka, bagaimana menegakkan sebuah
telur yang bulat agar mampu berdiri tegak dan tidak menggelinding di atas meja?
“Tidak bisa, tentu saja pasti akan menggelinding!” jawab
seorang teman.
“Tidak mungkin. Telur bentuknya bulat. Ini pertanyaan yang
sangat konyol!” seorang teman yang lain mengatakan dengan nada yang sinis.
“Bisa,” saya bilang,” Columbus pernah melakukannya dan saya
langsung mematahkan jawaban mereka.
“Bagaimana caranya?” Atasan saya kemudian bertanya.
Lalu saya menyuruh office boy di kantor untuk keluar
sebentar, membeli sebiji telur. Cukup sebiji telur. Dan tidak lama ia datang mengantarkan pesanan
saya.
“Begini caranya,” saya bilang.
Lalu saya mempraktekkan caranya kepada mereka. Mula-mula
saya memecahkan ujung telur perlahan-lahan, membuang isinya dan kemudian saya
meratakan sekeliling ujung telur yang telah saya pecahkan dan semampu mungkin,
lingkarannya harus sama.
Dan, kini telur telah
berdiri tegak. Tentu saja, bagian yang telah koyak tadi sengaja ditempatkan di
bagian bawah.
“Begini caranya!” saya bilang.
“Oh, kalau begitu saya juga bisa; gampang sekali,” sahut mereka berganti-gantian.
“Kenapa tidak kalian lakukan dari tadi?” saya balik bertanya
....
Kemudian mereka hanya meringis, nyengir dan diam menahan
malu.
Saya tersenyum dan menatap mata mereka satu per satu. Saya
bilang, “kalian tidak pernah menyederhanakan sesuatu. Kalian hanya melihat pada
masalahnya. Itu-itu saja, tetapi tidak berpikir bahwa ada cara lain untuk
menyelesaikan masalah tersebut.”
Memang, sebenarnya apa yang saya lakukan memang terlihat
sangat mudah dan bahkan sepintas adalah out of the box. Tetapi menurut pikiran
saya, dengan bahasa yang paling sederhana: Jika tidak bisa begini, kan bisa
begitu ....
Sederhanakan saja masalahnya, dan jangan dibuat rumit!
Saya menggunakan teori password atau kata kunci dalam
berhubungan dengan orang-orang yang telah lama saya kenal, bahkan dengan
orang-orang yang baru saya kenal.
Contoh yang paling sederhana dalam penerapannya sehari-hari
adalah saat kita bertamu dan bertemu
seseorang dan mengucapkan, Assalamualaikum atau selamat pagi atau ucapan
selamat yang lainnya. Dengan mengucap salam, secara otomatis orang lain akan
melihat kita sebagai orang yang baik dan beradab.
Kemudian kita mengucapkan kata kunci lagi yang paling
sederhana. “Apa kabarmu?” Dan ini otomatis memberikan satu kesan lagi, kita
seorang teman memiliki perhatian.
Dan kemudian kita bertanya, lagi-lagi sesuatu yang sangat
sederhana: “Bagaimana perkembangan si kecil, sudah bisa belajar jalan, ya?” Itu
jika teman yang kita kunjungi memiliki seorang balita yang sedang tumbuh
kembang. Atau boleh saja kita bertanya, “wajahmu sedang cerah, ya .... Pasti
kamu sedang bahagia?”
Ucapan-ucapan sederhana tersebut telah menjadi sebuah kata
kunci paling awal untuk membuka hati
seseorang, bahwa kita memiliki perhatian lebih terhadap orang lain. Kita
memiliki empati.
Dalam bentuk lain sebenarnya kita harus memiliki kreativitas
sendiri dalam menggunakan berbagai macam kata kunci kepada orang lain. Sebisa
mungkin kita tidak boleh menggunakan cara menjilat atau memuji dengan
keterlaluan. Apa yang kita ucapkan haruslah tulus dari dalam hati.
Contohnya jika saya bertemu dengan kolega saya yang
seumuran, tentu saja saya bertanya yang sesuai dan pantas dengan umur kami.
“Bagaimana kabarnya, Pak. Sehat ya? Kok, kelihatan tambah awet muda ....”
Kalimat “sehat dan awet muda” tentu saja sangat disukai
banyak orang. Karena itu adalah harapan-harapan baik yang diinginkan oleh semua orang.
Jangan sekali-sekali menampakkan wajah yang muram saat
bertemu orang lain. Itu bisa diperlihatkan setelah obrolan berjalan selama
beberapa menit berikutnya, saat obrolan semakin intens. Toh tidak ada manusia
yang tidak memiliki kesulitan.
Tapi kesan pertama bukankah sebaiknya berbagi kebahagiaan
dan kegembiraan kepada semua orang? Kesan yang membuka aura positif untuk orang
lain.
Namun untuk lebih menyederhanakan apa yang saya bagikan,
kata kunci yang sebenarnya adalah sebuah seni untuk membuka hati orang lain,
dengan “mengatakan sesuatu” yang disukai orang lain, lewat ucapan-ucapan,
perhatian-perhatian, kalimat-kalimat yang menyenangkan, atau kalimat-kalimat
yang akan membuat percakapan menjadi cair dan mengalir, sehingga orang tersebut dengan senang hati akan membuka
pintu pertemanan lebar-lebar. Selamat datang kawan .... Atau bagi teman-teman
lama kita, ia akan selalu berpikir, kamu seorang teman yang menyenangkan. Teman
yang sungguh baik.
Sebelum Jengis Khan tiba
di daerah yang akan ditaklukkannya, justru nama besar Jengis Khan yang
lebih dahulu tiba. Awas! Jengis Khan
yang hebat, Jengis Khan yang kejam, Jengis Khan si penakluk segera datang ....
Begitulah ketakutan yang dirasakan semua orang menjelang kedatangan Jengis
Khan. Jadi, secara pyswar pasukan Jengis Khan telah menang sebelum bertempur,
sebab lawan telah lebih dahulu merasa ketakutan. Akibatnya, tidak ada
peperangan yang mendapat perlawanan yang cukup berarti.
Awas! Jangan coba-coba menantang saya. Kau pasti hancur.
Contoh ini juga yang digunakan oleh Suharto dengan tindakan
represi-nya sehingga ia bisa mempengaruhi banyak orang dan sanggup berkuasa
selama 33 tahun.
Ini sebenarnya ada di dalam teori militer, namun
sesungguhnya bisa diterapkan ke dalam kehidupan biasa, hanya diambil
nilai-nilai positifnya saja. Karena kalau mental dan kepribadian telah
terlatih, secara otomatis itu akan terlihat dalam “bahasa tubuh” yang
ditunjukkan seseorang. Istilahnya punya kharisma yang menempel di fisik. Bisa
dicontohkan, pada saya dalam skala kecil, di mana saja saya muncul, orang
langsung merasa segan, hormat dan percaya, bahwa saya mampu mengemban amanah,
bahwa saya bisa membuat kemajuan.
Dalam penerapannya, teori bayang-bayang dapat digunakan
dalam hal-hal yang positif: Bagaimana supaya kita memiliki pesona, seperti daya
tarik magnit yang kuat atau seperti madu dan
bunga yang menarik perhatian lebah-lebah.
Bukti keberhasilannya ada pada teori Sampai sebelum
Berangkat dan Diberi tanpa Diminta, yang di dalam kehidupan saya yang
sesungguhnya sering saya rasakan.
Sebagai contoh, anggukan Suharto, dalam bahasa tubuhnya.
Jika ia mengangguk, anak buahnya langsung bergerak tanpa perlu diperintah.
Entah tindakan yang dilakukan benar atau
tidak, yang jelas hanya lewat gerak-geriknya saja, mereka telah mengerti apa
yang harus dilakukan.
Tapi untuk mencapai semua itu dibutuhkan latihan dan
character building atau membangun mental. Itu bukan satu ketrampilan yang bisa
didapatkan hanya dalam satu malam. Atau bisa juga didapat melalui reputasi yang
kita bangun. Kebanyakan orang cenderung lebih percaya kepada orang yang memang
telah terbukti bisa dipercaya. Kebanyakan orang lebih percaya kepada orang yang
memiliki kemampuan dan pernah dibuktikan. Kebanyakan orang percaya pada orang
yang mampu meyakinkan.
Semua hal tersebut bukanlah kemampuan alami yang datang
begitu saja. Kita terus-menerus membangun karakter diri dan secara
perlahan-lahan kita akan tumbuh sebagai pribadi yang mapan.
Tetapi ada satu hal lagi yang juga tak kalah penting, yaitu
dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, akan membuat aura kita bersinar, akan
meningkatkan kepercayaan diri, dan membuka pintu rejeki
Komentar