Hasil survey calon presiden yang marak dilakukan
beberapa lembaga menempatkan 3 nama yang paling sering muncul; Jokowi,
Prabowo dan Aburizal Bakrie. Kalau Aburizal Bakrie dan Prabowo memang sudah lama berkeinginan untuk maju menjadi calon Presiden. Sedangkan Jokowi meskipun namanya selalu yang teratas dalam survey calon presiden, sampai saat ini belum secara tegas menyatakan akan maju atau tidak menjadi calon Presiden di Pemilu tahun 2014 mendatang.
Meskipun publik menanti ketegasan Jokowi apakah maju atau tidak dalam Pemilu Presiden tahun 2014, namun Jokowi tetap santai menanggapinya. Memang pencalonan Jokowi akan sangat ditentukan oleh keputusan partai pendukungnya yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dan keputusan Partai PDIP sangat ditentukan oleh Ketua Umumnya Megawati Soekarnoputri.
Jokowi Dan Megawati Soekarnoputri
Akan ada dua tanda tanda yang dapat dijadikan
sebagai acuan apakah Jokowi akan maju atau tidak menjadi calon Presiden
RI tahun 2014 yang akan datang. Kedua
tanda tanda itu adalah sinyal positif atau pernyataan langsung dari
Megawati dan perjalanan Jokowi ke Luar Negeri, khususnya ke Eropah atau
Amerika Serikat. Yang mana dari
dua tanda tanda ini yang akan muncul duluan, apakah kunjungan ke luar
negeri atau pernyataan Megawati masih belum bisa diprediksi dengan
tepat.
Apa alasan menempatkan dua hal diatas sebagai tanda
tanda pencalonan Jokowi menurut hemat penulis adalah sesuai dengan
perkembangan politik nasional dan internasional.
Sinyal atau pernyataan langsung dari Megawati belum akan diperoleh publik dalam waktu dekat ini. Karena Megawati nampaknya sangat hati hati untuk mempertimbangkan keputusan terbaik. Sebab Megawati pun nampaknya masih berkeinginan untuk maju mancalonkan diri menjadi calon presiden. Jadi pilihannya adalah dua, mau mencalonkan diri lagi atau memilih calon lain dari kader PDIP. Sebab amanah partai melalui kongres PDIP yang pernah dilakukan mengatakan seperti itu.
Akan tetapi kali ini Megawati akan lebih hati hati dan bijaksana dalam membuat keputusan. Megawati belajar dari dua kali kekalahannya terhadap SBY dalam dua pilpres sebelumnya, bahwa sulit menjadi presiden tanpa dukungan kelompok sangat berpengaruh dari luar negeri. Kemenangan SBY pada Pilpres tahun 2004 dan 2009 diyakini karena besarnya dukungan dari kelompok berpengaruh dari luar (negeri).
Dan itulah alasan saya menempatkan kunjungan Jokowi
ke luar negeri sebagai tanda kedua pencalonan Jokowi sebagai calon
Presiden tahun 2014 nanti. Sebab
kunjungan ke luar negeri akan dipakai sebagai kesempatan untuk bertemu
dan bernegosiasi dengan kelompok sangat berpengaruh ini. Jika
Jokowi sudah pernah ke luar negeri dan bertemu secara rahasia dengan
kelompok berpengaruh ini, maka kemungkinan besar Jokowi akan dicalonkan
dan diupayakan untuk memenangkan Pilpres tahun 2014.
Ada 3 orang Presiden Republik Indonesia dalam kurun waktu 1998 sampai 2004 (6 tahun) yaitu BJ Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri. Dan hanya satu orang Presiden yaitu Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden dalam kurun waktu 10 tahun (2004-2014). Sulit sekali untuk tidak mengatakan bahwa SBY tidak didukung oleh kelompok berpengaruh dari luar negeri.
Indonesia adalah salah satu negara terbesar potensi
ekonominya karena terutama kekayaan alamnya yang sangat berlimpah,
sehingga pihak manapun dari luar negeri akan sangat tergiur untuk
menancapkan pengaruhnya melalui presiden kepala pemerintahan Republik
Indonesia. Salah satu kelompok berpengaruh itu adalah kelompok Bilderberg yang didirikan tahun 1954. Tercatat
kelompok inilah yang sudah memprediksi (dan mendekati serta
mempengaruhi) Bill Clinton, Tony Blair dan Angela Merkel akan menjadi
presiden, perdana menteri dan kanselir beberapa tahun sebelum mereka
terpilih.
Ada dua orang yang selalu hadir dalam kelompok Bilderberg ini yaitu Henry Kissinger dan George Soros. Dan
dalam banyak publikasi diberitakan bahwa George Soros sangat dekat
dengan Hary Tanoesoedibjo yang sudah mendeklarisasikan diri menjadi
calon wakil presiden bersama Wiranto. Pendeklarisasian ini unik, karena bukan Wiranto memilih Hary Tanoesoedibjo sebagai wakil presidennya. Akan tetapi Hary Tanoe lah yang memilih Wiranto menjadi calon presidennya.
Jadi kemungkinan besar jika Jokowi tidak maju
sebagai presiden, maka Hary Tanoesoedibjo lah yang akan didukung oleh
kelompok berpengaruh dari luar negeri untuk menjadi calon wakil presiden
untuk selanjutnya dia didukung penuh menjadi calon presiden pada pilpres lima tahun kemudian. Jika
tahun 2019 Jokowi baru maju menjadi calon presiden, maka peluangnya
akan sulit sebab pada saat itu saingannya kemungkinan besar adalah Hary
Tanoesudibjo. Momentum Jokowi jadi presiden dengan demikian adalah tahun 2014 atau tidak sama sekali.
Komentar