Manusia membutuhkan “kepentaren” di dalam hidupnya. Sebab dengan “kepentaren” yang kalau
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonsia adalah kebijaksanaan (bukan hanya
kepintaran) manusia dapat memimpin
hidupnya bahkan mengarahkannya kepada kesuksesan hidup.
Hidup dengan sukses di jaman
modern saat ini sangat membutuhkan kebijaksanaan. Sebab tanpa kebijaksanaan maka kesuksesan bisa berubah menjadi malapetaka. Namun jika kesuksesan didapatkan dengan
hikmat dan kebijaksanaan, maka niscaya kesuksesan tersebut akan langgeng serta
nama Tuhan dimuliakan.
Kepentaren yang
terutamadan utama bagi orang Kristen didapat dari Tuhan. Tuhan lah sumber dari semua kebijaksanaan
ataupun segala kepentaren manusia.
Mintalah kepada Tuhan kepentaren maka Tuhan akan memberikannya.
Siapa yang lebih pentar laki laki atau wanita? Ini menjadi pertanyaan yang cukup serius yang perlu kita pertanyakan
kepada keluaga kita masing masing. Sebagai
gambaran adalah jumlah pendeta di GBKP
antara laki laki dan perempuan. Pada
bulan Agustus yang akan datang akan dilakukan pentahbisan pendeta baru di
GBKP. Jumlah yang akan ditahbiskan
menjadi Penedeta sekitar 16 orang. Dari 16 orang tersebut jumlah laki laki hanya
4 orang, dan perempuan 12 orang.
Dari segi jumlah maka jumlah laki laki hanya 25 persen,
sedangkan jumlah perempuan 75 persen.
Komposisi jumlah pendeta baru seperti ini kemungkinan besar akan terjadi
sampai beberapa tahun kedepan. Dan kalau
ini dibiarkan tanpa dilakukan upaya yang serius untu membuatnya berimbang, maka
bukan tidak mungkin suatu saat di GBKP jumlah pendeta perempuan yang aktif 75 persen sedangkan jumlah pendeta laki laki
hanya 25 persen.
- Apakah komposisi seperti ini baik bagi GBKP?
- Perlukah jumlah pendeta laki laki dan perempuan dibuat berimbang,
dengan komposisi fifty fifty, atau 60 : 40 atau 30 Persen perempuan dan 70
persen laki laki?
- Maukah kam mendorong anak laki
lakindu untuk menjadi pendeta?
- Perlukah dikurangi jumlah perempuan yang masuk sekolah
theologi/pendeta?
Iniah beberapa
pertanyaan yang memerlukan jawaban yang “pentar". Kalau kam terdorong untuk memberikan jawaban
yang “pentar”, bukan jawaban yang emosional, maka perlu sekali kam bertanya dan
memohon “kepentaren” kepada Tuhan. Seperti
Raja Salomo yang memohon kepentaren kepada Tuhan seperti tertulis dalam Kitab 1 Raja Raja :
Lalu Salomo berkata:
"Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada
hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan
jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang
besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya
seperti pada hari ini.
Maka sekarang, ya
TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja
menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum
berpengalaman.
Demikianlah hamba-Mu
ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar, yang
tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya.
Maka berikanlah kepada
hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan
dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup
menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini? (1 Raja Raja 3 : 6-9)
Persoalan
persoalan terberat dan terpenting di
dalam kehidupan kita hanya bisa diatasi dengan kepentaren yang bersumber dari
Tuhan. Bujur ras mejuah juah kita
kerina.
Komentar