Ada dua strategi Aburizal Bakrie (ARB) yang menurut saya sudah usang, dan sudah terlambat. Dan saya yakin kedua strategi itu tidak akan pernah berhasil, sebaliknya bisa membuat peluangnya menuju presiden semakin kecil. Selain
usang kedua strategi ini juga dapat dijadikan sebagai gambaran betapa
kuatnya strategi pragmatisme yang dilakukan oleh tim Aburizal Bakrie ataupun Partai Golkar secara keseluruhan.
Diberitakan dalam Koran Tempo edisi Senen, 22 Juli 2013 Aburizal jajaki kemungkinan gandeng Jokowi. Ade
Komaruddin yang menjadi sumber Koran Tempo mengatakan sedang menjajaki
kemungkinan menggandeng gubernur DKI Jakarta Jokowi menjadi calon wakil
Presiden. Ada ada saja. Elektabilitas Jokowi yang diatas 25 persen sedang dijajaki oleh Aburizal Bakrie yang elektabilitasnya hanya sekitar 9 persen menjadi wakil presiden.
Jokowi yang menurut beberapa hasil survey selalu
menjadi yang terkuat sebagai calon presiden sedang dijajaki menjadi
wakil presiden oleh seseorang yang peluangnya jadi presiden lebih
rendah. Sangat aneh bukan? Namun dalam dunia politik rupanya tidak ada yang aneh. Segala
kemungkinan dan segala cara dilakukan untuk memenangkan tim nya,
termasuk dengan menggandeng orang yang lebih kuat dan lebih populer.
Komunikasi politik dengan PDIP sudah dilakukan kata Ade Komaruddin (salah satu ketua DPP Golkar) menambahkan. Komunikasi dan deal deal politik akan dilakukan oleh Golkar untuk meminang Jokowi menjadi wakil Presiden. Menurut saya, Jokowi tidak akan pernah bersedia, dan PDIP pun tidak akan pernah menyetujuinya. Jadi bolah dikatakan upaya ini akan sia sia, dan strateginya sudah usang. ARB Presiden, Jokowi Wakil, Salah! Jokowi Presiden, Mr X Jadi Wakil Presiden Benar !
Stretegi yang kedua Partai Golkar untuk memenangkan
Aburizal Bakrie adalah menyiapkan dana sebesar Rp 800 Milyard untuk
melunasi pembayaran korban semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo. Strategi ini dikatakan oleh Agung Laksono Wakil Ketua Umum Golkar. Pembayaran akan dilakukan untuk menghindari Kasus Lapindo ini digunakan lawan politik untuk menjatuhkan Aburizal Bakrie.
Oh, berarti partai Golkar mengetahui dan sadar
bahwa kasus Lapindo yang sudah ditetapkan sebagai bencana (alam) secara
nasional ternyata sudah menjatuhkan image partai Golkar khususnya
Aburizal Bakrie. Lalu sekarang dilakukan pelunasan hingga Rp 800 M, untuk mengembalikan citra yang sudah jatuh? Secara
kemanusiaan pembayaran yang Rp 800 Milyard ini perlu kita dorong untuk
segera dilunasi oleh Aburizal Bakrie, namun secara politik hal ini
justru semakin menurunkan citranya . Ini yang saya sebut sebagai strategi usang yang kedua. Rakyat tidak akan serta merta percaya kepada komitmen luhur ARB.
Bahkan bisa kebalikannya yang terjadi, sebab uang
yang Rp 800 Milyard itu bisa saja dipersepsikan sebagai alat untuk
menutup mulut penduduk korban Lapindo. Hanya dibayarkan karena ada motif politiknya?
Dua strategi yang mau diterapkan benar benar menempatkan Golkar sebagai partai yang sangt pragmatis. Kebijakan apapun mereka tempuh asal menguntungkan bagi partai. Idealisme partai Golkar sebagai partai nasionalis ternyata sangat rendah, dan kalah terhadap keinginan untuk berkuasa.
Jokowi mau ditempatkan sebagai calon wakil presiden oleh Golkar. Amien Rais bahkan berkata sebaliknya, Hatta Rajasa maun ditempatkan sebagai Wakil Presiden mendampingi Jokowi. Jelas tawaran Amien Rais lebih masuk akal. Namun yang lebih masuk akal lagi adalah jika Jokowi dipasangkan dengan Dahlan Iskan atau Mahfud MD.
Komentar