Featured Post

Refleksi dari Acara Pisah Sambut Pendeta Runggun GBKP: Suatu Evaluasi Teologis dan Strategis

Gambar
  Pendahuluan Acara pisah sambut pendeta di GBKP Runggun Graha Harapan pada hari Minggu, 14 September 2025, berlangsung dengan penuh sukacita. Panitia merancang acara tersebut sedemikian rupa sehingga setiap sektor PJJ dan kategorial tingkat runggun dapat menyampaikan kata perpisahan kepada Pdt. Erlikasna br. Purba MTh sekaligus menyambut pendeta baru Pdt Walden Masmur Ginting Munte MTh . Hampir semua sektor memberikan cenderamata sebagai bentuk apresiasi. Momen tersebut juga dipenuhi suasana kekeluargaan dengan dokumentasi foto bersama, yang kini menjadi ciri khas budaya digital jemaat. Namun, di balik kemeriahan itu, muncul pertanyaan reflektif: Bagaimanakah ukuran keberhasilan pelayanan seorang pendeta selama lima tahun di satu runggun? Pertanyaan ini penting karena menyentuh inti dari pelayanan pastoral, yakni dampaknya terhadap pertumbuhan teologi dan spiritualitas jemaat.   Substansi: Ukuran Keberhasilan Pelayanan Keberhasilan pelayanan seorang pendeta tidak cukup hanya ...

Dalam Hal Ini Megawati Terbukti Lebih Unggul Dibandingkan Presiden SBY

Salah satu ukuran efektivitas kepemimpinan adalah seberapa mampu dia melahirkan pemimpin berikutnya/penggantinya. Dalam dunia swasta atau Sepakbola ini sangat lajimdan sangat gampang dilihat. Misalnya Pep Guardiola yang melahirkan Tito Vilanova. Ketika Pep Guardiola melatih Barcelona maka Tito Vilanova adalah wakilnya. Dan ketika Pep Guardiola meninggalkan Barcelona maka Tito lah yang menjadi penggantinya dan mampu membawa Barcelona menjuarai Liga Spanyol pada tahun 2012-2013. Pep Guardiola berhasil menempat Tito menjadi penggantinya.


Dalam dunia usaha kita mengenal Robby Djohan yang mampu menghasilkan CEO yang lebih hebat dari dirinya sendiri. Robby Djohan adalah orang yang pernah menjadi atasan dan mentor Emirsyah Satar dan Agus Martowardojo.


Dalam dunia politik adalah Haji Oemar Said Cokroaminoto yang mendidik Ir Soekarno menjadi tokoh pejuang dan pergerakan dan kelak menjadi Presiden Republik Indonesia. Lalu Presiden Soekarno berhasil mendidik dan melatih Megawati Soekarnoputri menjadi ketua umum partai PDIP dan sempat menjadi presiden.


Abdurrachman Wahid berhasil mendidik dan melatih Yenny Wahid menjadi tokoh nasional dan ketua umum partai PKB dan mempunyai idealisme yanhg sama dengan dirinya sendiri. Diakui atau tidak sebenarnya yang mendidik dan menjadi guru politik dari Muhaimin Iskandar sang Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Gus Dur. Meskipun belakangan oleh pragmatisme Muhaimin dia berani berseberangan dan menentang pamannya sendiri Gus Dur almarhum.


Sejumlah orang muda ada di dekat Presiden SBY. Baik di kabinet, duta besar, istana dan Partai Demokrat. Nama nama seperti Dino Patti Djalal, Daniel Sparingga, Denny Indrayana, Julian Pasha, Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Nazarruddin, Angelina Sondakh, Joyo Winoto (mantan ketua BPN), Eddy Baskoro adalah sekelompok anak muda yang berada dilingkaran presiden SBY. Beberapa nama itu bertahan bahkan menunjukkan prestasi yang semakin  moncreng. Namun  beberapa nama akhirnya gugur dan menjadi tersangka dalam kasus korupsi.


Dino Patti Djalal dan Denny Indrayana bisa berhasil dibidangnya karena mereka memang sejak awal pun sebelum bergabung ke lingkaran SBY  sudah mempunyai kualitas yang demikian hebat sebagai diplomat dan ahli hukum. Namun nama nama seperti Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, Nazarrudin, Angelina Sondakh benar benar jatuh dan kariernya hampir habis.


Melihat orang orang dekatnya yang muda dan potensial berjatuhan dan akhirnya menjadi tersangka dan pelaku korupsi, kita meragukan apakah SBY adalah seorang pemimpim yang punya passion dan komitmen untuk mendidik dan mengembangkan orang (people developer). Dan ketika kita melihat ke Partai Demokrat sekarang, maka hampir habislah orang orang muda. Kelompok tua lah yang sekarang berkuasa, seperti Max Sopacua, Marzukie Alie, Syarifuddi Hasan dan lain lain.


Hilangnya orang orang muda ini juga membuat kita ragu akan kualitas kepemimpinan seorang SBY. Sebab Pemimpin yang mempunyai kepemimpinan adalah seseorang yang mampu menemukan suara batin orang orang didekatnya serta memberi inspirasi terhadap keberhasilan anak buahnya tersebut berdasarkan kebenaran dan nilai nilai universal. Jadi, jika kelak Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum terbukti menjadi pelaku korupsi menyusul Nazarrudin dan Angelina Sondakh maka dapatlah dikatakan pak SBY gagal dan tidak mampu mengembangkan orang orang di dekatnya.


Presiden Soeharto dengan segala kekurangan dan kelemahannya harus diakui mampu melahirkan seorang BJ Habibie. Megawati Soekarno Putri mampu melahirkan seorang Puan Maharani yang idealis dengan Jokowi sang rising star. Paling paling SBY hanya bisa mendidik dan mengarahkan Hatta Rajasa. Namun untuk orang yang terakhir ini kita ragu peranan siapa yang lebih besar dalam mendidiknya, Susilo Bambang Yudhoyono atau Amien Rais.


Jika kelak Megawati benar benar merelakan dan merestui Jokowi menjadi calon presiden, maka dalam hal mengkader dan mengembangkan orang Megawati lebih unggul dibandingkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.  Bukti bahwa Megawati lebih mempunyai jiwa kepemimpinan dan nasionalisme yang lebih tinggi  kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Sebab Jokowi bukan anak atau mempunyai hubungan darah atau ipar dari Megawati.  Mari kita tunggu sama sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025