Salah satu ukuran efektivitas kepemimpinan adalah seberapa mampu dia melahirkan pemimpin berikutnya/penggantinya. Dalam dunia swasta atau Sepakbola ini sangat lajimdan sangat gampang dilihat. Misalnya Pep Guardiola yang melahirkan Tito Vilanova. Ketika Pep Guardiola melatih Barcelona maka Tito Vilanova adalah wakilnya. Dan
ketika Pep Guardiola meninggalkan Barcelona maka Tito lah yang menjadi
penggantinya dan mampu membawa Barcelona menjuarai Liga Spanyol pada
tahun 2012-2013. Pep Guardiola berhasil menempat Tito menjadi penggantinya.
Dalam dunia usaha kita mengenal Robby Djohan yang mampu menghasilkan CEO yang lebih hebat dari dirinya sendiri. Robby Djohan adalah orang yang pernah menjadi atasan dan mentor Emirsyah Satar dan Agus Martowardojo.
Dalam dunia politik adalah Haji Oemar Said
Cokroaminoto yang mendidik Ir Soekarno menjadi tokoh pejuang dan
pergerakan dan kelak menjadi Presiden Republik Indonesia. Lalu
Presiden Soekarno berhasil mendidik dan melatih Megawati Soekarnoputri
menjadi ketua umum partai PDIP dan sempat menjadi presiden.
Abdurrachman Wahid berhasil mendidik dan melatih Yenny Wahid menjadi tokoh nasional dan ketua umum partai PKB dan mempunyai idealisme yanhg sama dengan dirinya sendiri. Diakui
atau tidak sebenarnya yang mendidik dan menjadi guru politik dari
Muhaimin Iskandar sang Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Gus Dur. Meskipun belakangan oleh pragmatisme Muhaimin dia berani berseberangan dan menentang pamannya sendiri Gus Dur almarhum.
Sejumlah orang muda ada di dekat Presiden SBY. Baik di kabinet, duta besar, istana dan Partai Demokrat. Nama
nama seperti Dino Patti Djalal, Daniel Sparingga, Denny Indrayana,
Julian Pasha, Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Nazarruddin, Angelina
Sondakh, Joyo Winoto (mantan ketua BPN), Eddy Baskoro adalah sekelompok anak muda yang berada dilingkaran presiden SBY. Beberapa nama itu bertahan bahkan menunjukkan prestasi yang semakin moncreng. Namun beberapa nama akhirnya gugur dan menjadi tersangka dalam kasus korupsi.
Dino Patti Djalal dan Denny Indrayana bisa berhasil
dibidangnya karena mereka memang sejak awal pun sebelum bergabung ke
lingkaran SBY sudah mempunyai kualitas yang demikian hebat sebagai
diplomat dan ahli hukum. Namun
nama nama seperti Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, Nazarrudin,
Angelina Sondakh benar benar jatuh dan kariernya hampir habis.
Melihat orang orang dekatnya yang muda dan potensial
berjatuhan dan akhirnya menjadi tersangka dan pelaku korupsi, kita
meragukan apakah SBY adalah seorang pemimpim yang punya passion dan komitmen untuk mendidik dan mengembangkan orang (people developer). Dan ketika kita melihat ke Partai Demokrat sekarang, maka hampir habislah orang orang muda. Kelompok tua lah yang sekarang berkuasa, seperti Max Sopacua, Marzukie Alie, Syarifuddi Hasan dan lain lain.
Hilangnya orang orang muda ini juga membuat kita ragu akan kualitas kepemimpinan seorang SBY. Sebab
Pemimpin yang mempunyai kepemimpinan adalah seseorang yang mampu
menemukan suara batin orang orang didekatnya serta memberi inspirasi
terhadap keberhasilan anak buahnya tersebut berdasarkan kebenaran dan
nilai nilai universal. Jadi,
jika kelak Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum terbukti menjadi
pelaku korupsi menyusul Nazarrudin dan Angelina Sondakh maka dapatlah
dikatakan pak SBY gagal dan tidak mampu mengembangkan orang orang di
dekatnya.
Presiden Soeharto dengan segala kekurangan dan kelemahannya harus diakui mampu melahirkan seorang BJ Habibie. Megawati Soekarno Putri mampu melahirkan seorang Puan Maharani yang idealis dengan Jokowi sang rising star. Paling paling SBY hanya bisa mendidik dan mengarahkan Hatta Rajasa. Namun
untuk orang yang terakhir ini kita ragu peranan siapa yang lebih besar
dalam mendidiknya, Susilo Bambang Yudhoyono atau Amien Rais.
Jika kelak Megawati benar benar merelakan dan
merestui Jokowi menjadi calon presiden, maka dalam hal mengkader dan
mengembangkan orang Megawati lebih unggul dibandingkan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Bukti bahwa Megawati lebih mempunyai jiwa
kepemimpinan dan nasionalisme yang lebih tinggi kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sebab Jokowi bukan anak atau mempunyai hubungan
darah atau ipar dari Megawati. Mari kita tunggu sama sama.
Komentar