Kemacetan di Jakarta semakin parah. Hampir setiap hari di banyak titik di Jakarta terdengar berita kemacetan. Dengarkanlah laporan Radio Elshinta, yang bekerja sama dengan Polda Metro Jaya melaporkan titik titik kemacetan itu. Terutama hari Senen dan Jumat, wah jangan harap bisa nyampe di rumah dalam 2 jam. Meskipun jarak yang anda tempuh hanya 5-10 km.
Lalu apa solusinya? Busway, monorel yang tak kunjung datang, pembatasan usia kenderaan, penambahan ruas jalan, pengaturan jam masuk kantor dan jam masuk sekolah, gerakan bersepeda? SEmuanya tidak memberikan jawaban dan solusi. SEbuah laporan mengatakan akan terjadi kemacetan total pada tahun 2014. Dijelaskan kemacetan total artinya, dimana pun Anda tinggal di wilayah Jakarta maka Anda langsung mengalami macet begitu keluar dari garasi Anda.
Beberapa statistik
*Jumlah kenderaan di Bermotor di Jakarta ada sebanyak 8 juta unit, dimana 2,2 juta adalah mobil roda 4 atau lebih selebihnya sepeda motor.
*Penambahan ruas jalan setiap tahun hanya 1-2 persen, sedangkan penambahan kenderaan bermotor sebanyak hampir 10 persen.
*Kerugian akibat kemacetan di Jakarta sebesar Rp 7 Triliun pertahun, dimana kerugian bahan bakar sebanyak 5,7 T dan kerugian kesehatan sebanyak 1,3 T per tahun. Bahkan menurut Pakar lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Dr Firdaus Ali. MSc, mengatakan estimasi total kerugian karena dampak kemacetan di Jakarta lebih parah lagi mencapai Rp28.1 triliun.
*Jumlah penduduk jAKARTA saat ini sekitar 7,5 juta jiwa, dan kalau digabung dengan Jabodetabek sekitar 23 Juta. JIka ditambah dengan Bandung maka mencapai 30 juta jiwa.
Solusi satu-satunya adalah memindahkan Ibukota Pemerintahan Indonesia ke luar dari Jakarta. Saya usulkan ke Kalimantan Tengah apakah di Palangkaraya seperti Gagasan Bung Karno, atau ke Kota Merdeka seperti yang pernah dilontarkan Pak SBY.
Dibutuhkan keberanian besar dan pemikiran besar untuk memindahkan ibukota pemerintahan Indonesia. Ada tiga partai besar di Indonesia yang belum sekali pun nampak meberikan gagasan besar. Demokrat, PDIP dan Golkar. Apakah mereka tidak pernah terpikir dan terdorong untuk melahirkan gagasan untuk memindahkan ibukota pemerintahan Republik Indonesia? Bagaimana denga Nasional Demokrat?
Sejarah membuktikan bahwa Pemimpin besar lahir karena memiliki gagasan besar. Tanpa gagasan besar berarti semuanya masih kecil, belum berkualitas negarawan. Kita menanti lahirnya negarawan Besar di Republik ini.
Komentar