Kabanjahe Menjelang Sidang Sinode GBKP April 2010
Sebagaimana saya sudah tuliskan pada tulisan-tulisan sebelumnya bahwa Sidang Sinode adalah perhelatan GBKP yang paling besar sekaligus kegiatan prestisius bagi orang karo, maka perjalanan sidang ini perlu diikuti, didoakan dan dirayakan semua orang karo. Oleh sebab itu saya bermaksud melalui blog ini melaporkan pengamatan saya terhadap perjalanan sidang ini, dan juga semua aktivitas orang karo di sekitar yang bisa saya pantau. Saya berusaha setiap hari mengisi tulisan serba-serbi seluruh kegiatan. Semampu saya, dengan suka cita saya akan melaporkannya. Mohon ijin dan doa restu.
Suasana Kabanjahe, pada hari minggu tanggal 11 April 2010.
Saya mengikuti kebaktian di GBKP Simpang 6, Kabanjahe pada jam kedua, 09.00-10.20 WIB. Tidak terlalu banyak yang menghadiri ibadah ini, hanya lebih kurang 70 an orang. Gereja kosong terkesan kosong, mengingat kapasitas yang menampung 400 orang. Tiang pancang masih banyak terpasang dalam upaya finishing gereja yang sudah direnovasi sejak dua tahun lalu. Ketika ibadah selesai, saya sempat bersalaman dengan Ketua Modramen, Pdt Dr Jadiaman Perangin-angin, yang dengan pakaian sederhana dan sangat rapi menghadiri ibadah ini.
Kesan yang paling mendalam yang saya dapat adalah menikmati musik pengiring kebaktian, yang dimainkan dengan sangat baik oleh seorang anak remaja kelas dua SMP bernama Ribka Br Sitepu. Saya terharu, anak sekecil Ribka yang dipanggil Ririn bisa dengan sangat tenang dan apik memainkan keyboard untuk mengiringi semua lagu ibadah dari Kidung Jemaat.
Sehabis kebaktian saya mengajak Ayah saya dan anak adik saya, Abieser Ginting ke ‘Tiga” untuk menikmati masakan khas di Kabajahe, Cap Cay Goreng di salah satu Toko China, di sekitar Tugu Bambu Runcing. Kabanjahe seolah-olah biasa, dan tidak tahu akan dilangsungkannya sidang sinode. Tidak ada sepanduk untuk ucapan selamat bersidang yang saya sempat lihat di pusat kota, pusat GBKP sedunia ini. Saya tidak tahu apakah ini pertanda ada jarak antara kota dan masyarakat Karo dengan Gereja, namun spanduk untuk menemukan satu saya belum sempat lihat.
Yang saya temui justru spanduk besar dan diletakkan sembarangan calon-calon yang akan maju Pilkada pada bulan oktober nanti. Ketika melintasi Taman Makam Pahlawan menuju ke arah Kantor Polisi, kami melihat 3 truk tronton di parkir. Saya sempat melirik dari atas Land Rover tua ayah saya apa yang ditutupi tenda truk ini, ternyttata ketiganya penuh dengan kayu balok yang telah dipotong-potong dalam ukuran 4 meter. Kita berharap Sidang yang akan dibuka pada pukul 15.30 nanti dapat dimulai dengan baik dan memuliakan Nama Tuhan. Selamat Paskah, Selamat Bersidang.
Komentar
Kalau memungkinkan untuk pembangunan gedung-gedung GBKP baru beserta perizinnya di- back up oleh moderamen, disamping klasis; Dengan pengetahuan saya yg terbatas back up dapat dilakukan dengan menggalang dukungan PGI dan gereja2 yg menjadi anggotanya;moderamen juga dapat membentuk/mengembangkan divisi hukum terkait hak2 beribadah, dan memberdayakan potensi2 lain yang ada di jemaat..
Menarik melihat adanya kecenderungan dimana jemaat GBKP kompak/saling menopang ketika masih berupa perpulungen atau runggun dg jumlah jemaat kecil,namun kemudian menjadi terpecah dan "jalan sendiri-sendiri" ketika menjadi besar; ketika gedungnya sudah besar, jemaat sudah banyak, aset lebih dari cukukp dan dana yg dikelola melimpah. Visi menjadi kabur; misi menjadi tidak jelas...
Mungkin ada baiknya dirumuskan jumlah ideal jemaat setiap runggun, tidak perlu besar; tolok ukurnya setiap anggota jemaat mengenal seluruh jemaat yang ada di runggunnya. Demikian halnya dalam pembagian sektor; setiap jabu memahami kondisi jabu lainnya dan saling berempati;
Sepertinya, dalam kehidupan berjemaat, beribadah, musuh utama kita,si Iblis lebih gampang melakukan provokasinya di jemaat yg besar.
Kiranya kemuliaan Tuhan Yesus terpancar melalui Sidang Moderamen GBKP 2010; Kabanjahe seperti KOTA DI ATAS BUKIT. -Tks-