Bagaimana kelanjutan kasus Bank Century, nampaknya siapapun belum bisa menebak. Sebab lima minggu setelah rekomendasi DPR untuk menonaktifkan Wakil Presiden Budiono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, belum terlihat tanda-tanda bahwa hal itu akan terjadi. Terutama juga setelah Presiden SBY pada pidato tanggapan mengenai rekomendasi DPR itu dengan tegas dan beralasan membela pembantunya tersebut. Dua tokoh yang sejak awal mengusulkan Hak Angket ini yaitu Maruarar Sirait dari F-PDIP dan Bambang Soesatyo dari F-PG belakangan nampaknya melunak. Maruarar seperti dikutip Media Indonesia 23 Maret 2010 hanya mengatakan agar antara Lembaga Presiden dengan DPR harusnya saling menghormati, sedangkan Bambang Soesatyo nampaknya lebih lunak lagi yang menghimbau agar dalam hal ini Presiden lebih bijak.
Gaung yang pada awalnya sangat hiruk pikuk, sempat memberikan keterbukaan yang sangat menarik bagi perkembangan Demokrasi Republik ini akhirnya perlahan tapi pasti kehilangan sengat dan momentumnya. Terutama setelah munculnya Sang News Maker Komjen Pol Susno Duadji dan Gayus H Tambunan. Jika memang nantinya Rekomendasi DPR atas kasus Bank Century benar-benar berhenti sampai disini, maka inilah kemenangan DPR dan Presiden tapi sekaligus juga kekalahan yang amat telak bagi Rakyat Indonesia. Sebab jika demikian maka hiruk pikuk selama sekitar 3 bulan itu akhirnya hanya tontonan dan upaya untuk mempublikasikan Partai Politik dan tokoh-tokoh politiknya, dimana biayanya ditanggung oleh Rakyat melaui pajak yang dibayar. Upaya untuk benar-benar mencari kebenaran dan menghukum yang salah belum bisa diwujudkan. Jadi pelaku kesalahan yang sebenarnya, jika itu memang ada, tetap bisa menikmati kemenangannnya.
Namun terlepas dari berlanjut atau tidak rekomendari DPR ini saya kira ada hal kecil yang bisa kita petik, yaitu dalam bentuk pembelajaran politik sekaligus kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk menilai siapakah tokoh yang paling menonjol yang dimunculkan. Tokoh yang karena usia dan kapablitasnya kelak dapat membawa Indonesia ini ke arah yan lebih baik. Menurut saya ada 3 tokoh muda yang paling menonjol selama kisah Hak Angket Century ini yaitu Maruarar Sirait, Bambang Soesatyo dan Sri Mulyani. Maruarar yang akrab dipanggil Ara dan Bambang Soesatyo dari partai politik dan saat ini ada di DPR dua-duanya laki-laki dan satunya lagi Dr Sri Mulyani Menteri Keuangan, sebelumnya Direktur Eksekutif IMF dan Mantan Ketua BAPENAS serta Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Seorang Wanita ibu dan instri dari anak dan suaminya (hehehe.) Jika kelak hanya ada 3 calon ini mejadi calon Presiden Republik Indonesia siapakah yang kita pilih ? Untuk itu kita perlu menetapkan beberapa kriteria supaya kita bisa memilih calon lebih bijkasana.
Ada beberapa kriteria menurut saya untuk menilai potensi ketiga calon ini yaitu :
1. Idealisme untuk memajukan Indonesia
2. Kemampuan untuk melakukan negosiasi dan lobby-lobby politik
3. Kemampuan untuk menyusun argumentasi dan mempertahankan pendapatnya
4. Kecepatan dan ketepatan mengambil keputusan kritis
5. Keberanian mengambil keputusan yang tidak populer
6. Potensi kepemimpinan dalam menciptakan Visi Baru untuk memajukan Ekonomi
dan daya saing Indonesia
7. Image positif dimata kaum menengah Indonesia.
8. Kemampuan untuk menggalang dukungan dari partai politik
Selanjutnya Kepada ketiga tokoh tadi kita berikan nilai 1 s/d10 dimana 10 adalah nilai tertinggi terhadap masing-masing kriteria. Untuk kriteria pertama Idealisme untuk memajukan Indonesia saya memberikan nilai sama untuk ketiga calon, yaitu 7. Sebab idealisme mereka menurut saya belumlah idealisme seorang negarawan, tapi masih kepada Partainya ataupun Lembaga yang dia pimpin.
Untuk krteria kedua yaitu kemampuan untuk melakukan negosiasi dan Lobby-lobby politik saya kira nilai tertinggi adalan Bambang Soesatyo yaitu 9, lalu Ara nilai 8 dan Sri Mulyani dengan nilai 7.
Berikutnya kemampuan untuk menyusun argumentasi mempertahankan pendapatnya saya yakin nilai tertinggi dimiliki oleh Sri Mulyani yaitu 10, sedangkan Ara 8 dan Bambang Soesatyo 7.
Kriteria keempat yaitu kecepatan dan ketepatan mengambil keputusan Kritis kembali dimenangkan oleh Sri Mulyani yaitu dengan nilai 9 sedangkan Ara dan Bambang saya kira sama nilainya yaitu 7. Buktinya adalah kecepatan Sri Mulyani menonaktfkan beberapa atasan Gayus Tambunan bahkan sampai level Direktur.
Empat kriteria berikutnya adalah keberanian mengambil keputusan tidak populer nampaknya dimenangkan oleh dua anggota DPR, terutama jerih payah mereka mengusulkan Hak Angket Century. Namun sebenarnya hal itu mungkin bukan ide murni individu mereka, akan tetapi adalah ide Fraksi nya di DPR. Sedangkan pengalaman Sri Mulyani dalam rapat KKSK terlihat bahwa peranan individunya sangat menonjol. Jadi dalam kriteria keempat ini saya berikan nilai 8 untuk Bambang dan Ara, juga nilai 8 untuk Sri Mulyani.
Kriteria keenam jelas dimenangkan oleh Sri Mulyani sebab Nilai Tukar Rupiah yang terus menguat terhadap Dollar Amerika dan kemajuan Pasar Saham Indonesia adalah bukti tak terbantahkan. Saya beri nilai 9 untuk sri Mulyani dan masing-masing 6 untuk Bambang dan Ara Sirait.
Image positif dimata kaum menengah Indonesia penting untuk diperhitungkan sebab merekalah pengambil keputusan terpenting dalam khususnya sektor swasta, serta akses dan kemampuan kaum menengah ini untuk mempergunakan media dalam membentuk opini. Dalam hal ini saya lihat Sri Mulyani unggul tipis yaitu nilai 8, sedangkan Ara 7 dan Bambang 6.
Kriteria terakhir yaitu kemampuan untuk menggalang dukungan dari Partai Politik jelas dimenangkan oleh Bambang dan Ara dengan nilai 9, sedangkan Sri Mulyani mendapat nilai 6. Hal ini karena sampai sekarang Sri Mulyani belum memutuskan untuk berafiliasi dengan satu pun Partai Politik. Tapi bisa saja Partai Demokrat meminang Sri Mulyani mengingat kedekatanya dengan Presiden SBY. Jika hal itu terjadi, maka nilainya pasti naik dalam mendapatkan dukungan Partai Politik ini.
Nah, setelah kita total maka Maruarar Sirait mendapat nilai 60 sedangkan Bambang Soesatyo memperoleh nilai 59 sedangkan Sri Mulyani medapatkan nilai tertinggi yaitu 64. Dengan demikian dari kasus Bank Cetury ini, jika kita memilih tokoh muda yang kepemimpinannya paling menonjol dan paling berpotensi untuk jadi Presiden pada tahun 2014 adalah Dr Sri Mulyani Indrawati. Mungkin Maruarar Sirait pada saat itu adalah ketua DPR dan Bambang soesatyo jadi ketua MPR. Jika ini terjadi, kita harap bertiga mereka bisa membawa Indonesia ini lebih maju, dan menjadi penguasa ekonomi terkuat di dunia nomor 3 setelah China dan India.
Komentar