Featured Post

Pekan Doa 2024 Berngi 3 .

Gambar
  Thema : Kekelengen Teridah Arah Perbahanen Nas : 1 Johanes 3 : 11 -18 Nas Renungen  Mula-mulana nari kin nggo ibegindu berita enda, e me kita arus sikeleng-kelengen. Ula bagi Kain si jadi anak Iblis, agina pe ibunuhna. Ngkai kin maka ibunuh Kain agina? E me erkiteken kai si ibahan Kain salah, janah kai si ibahan agina, rikutken si ngena ate Dibata. Jadi ula mamang atendu o senina-senina, adi nembeh ate bangsa doni enda man bandu. Sieteh kap maka nggo sitadingken kematen janah lawes kita ku kegeluhen; si enda sieteh perbahan keleng ateta seninanta. Kalak si la erkeleng ate, tandana ia tetap denga i teruh kuasa kematen. Kalak si nembah atena seninana, pemunuh kap. Janah ietehndu maka kalak pemunuh la lit i bas ia kegeluhen si tuhu-tuhu si la erkeri-kerin. Arah enda me sieteh kekelengen e: Kristus nggo ngendesken GeluhNa man gunanta. Emaka kita pe arus ngendesken geluhta guna seninanta. Adi lit sekalak bayak idahna seninana kekurangen, tapi la atena mekuah man seninana e, uga banci kala

Kabupaten Karo Memerlukan Produksi Kata


Oleh Analgin Ginting

Motivator Level 5

Sebuash Kisah dari Abad pertengahan yang sangat mencerahkan.  Juga relevan sepanjang masa.  Suatu ketika di salah satu biara di perbatasan Eropah dan Asia, sembilan orang Pastor / biarawan duduk termangu di tempat duduk nya masing masing.  Pastor yang hari itu bertugas memasak dan menyediakan makanan, melaporkan bahwa bahan  makanan tinggal satu minggu lagi.  Setelah itu habis.

Mereka  termenunng larut dalam imaginasinya masing masing.  Pikiran mereka berada ditengah tengah antara khawatir,  menyesal, pesimis  dan nyaris putus asa.   Sumber uang untuk membeli makanan dan seluruh keperluan biara itu datang dari sumbangan orang tua yang menyekolahkan anak anaknya di Biara itu .  Lama kelamaan, jumlah yang belajar disitu berkurang sampai habis sama sekali. Tidak ada murid berarti  tidak ada uang, tidak ada makanan.

Tampak luar dari biara itu pun sedikit menyeramkan, seolah tak diurus, rumput rumput liar dan tanaman lain dibiarkan begitu saja,  tidak ada perawatan tidak ada pembersihan.  Seolah tak berpenghuni namun ada 9 orang pastor tua, lemah dan sulit bergerak tersisa di dalamnya.  Itulah sebab penduduk sekitar, dan yang dalam perjalanan pun memilih untuk tidak lagi melewati Biara. karena efek seram dan putus asa yang dipancarkan.

Ditengah puncak perenungan masing masing dalam wajah serba kusut, tiba tiba seorang  biarawan berseru dengan wajah ceria optimis  dan mulai berkata, “ Aha, aku ingat sekitar setahun yang lalu ada seseorang yang mengatakan kepadaku, bahwa tidak berapa jauh di Selatan  biara kita, ada sebuah  tempat yang sering didatangi seorang Ulama untuk bersemedi dan berdoa”.  

Perkataan ini awalnya disambut dingin biarawan yang lain, akan tetapi setelah beberapa saat seorang diatara mereka berkata, “kita harus mendatangi dan bertanya kepada Sang Ulama itu, apa yang harus kita lakukan.  Sebab harus ada yang kita lakukan”, timpal nya lagi.

Saya setuju dan kita harus mengutus salah seorang dari kita yang paling muda, dan paling kuat untuk mendatangi Sang Ulama itu, sambut biarawan yang lain.

Setelah beberapa lama berdiskusi  beradu argumentasi, akhirnya  mereka sepakat mengutus seorang biarawan yang paling muda dan paling kuat untuk pergi mencari dan menemukan  Sang Ulama, serta harus memohon petunjuk atau Inspirasi dari dia.  Padahal usia mereka semua sudah diatas 75 tahun.

Ada setitik Optimisme mengiringi keberangkatan Sang Biarawan yang diutus.
Setelah beberapa lama berjalan dan mencari, akhirnya bertemu lah utusan biarawan ini dengan sang Ulama di sebuah tempat yang indah dan teduh serta nyaman untuk bersemedi dan berdoa.   Mereka berdua saling memberi salam, saling memperkenalkan diri, dan mengambil tempat  untuk berbincang. Biarawan ini lalu menyampaikan situasi biara yang mereka tempati, lalu bertanya kepada Sang Ulama, apa yang harus mereka lakukan.



Kaget lah Sang Ulama mendengar pertanyaan dan permintaan biarawan ini , dan dengan elegan menjawab,  “masa aku memberi  nasihat kepada Bapak semua, seharusnya aku yang lebih muda ini lah bertanya kepada bapak dan semua teman teman Bapak”.  

Aku tidak punya jawaban terhadap situasi Bapak, maafkan daku, katanya merendah sambil sedikit membungkukkan badannya.

Sang biarawan mendesak, dan berkata bahwa Sang Ulama pasti puny aide, dan petuah.  Lalu dia pun teringat akan pesan teman temannya yang berkata, “Jangan pulang sebelum dapat jawaban dari Sang Ulama”. Oleh sebab itu dia tidak mau beranjak, dan bertanya terus dan menerus.

Sang Ulama pun tetap bersikeras bahwa dia sama sekali tidak punya jawaban, tidak punya petuah dan tidak punya saran terhadap sembilan orang biarawan ini .  Namun dia juga melihat dan kagum akan utusan biarawan ini yang tetap setia menunggu jawaban, dan memperhatikan dengan penuh seksama setiap kata yang keluar dari mulut sang ulama.

Saudaraku biarawan, kata Sang Ulama dengan penuh lemah lembut, setelah sekian belas jam mereka berdiskusi  dan berdoa masing masing, “Aku tidak puny ide dan gagasan sama sekali, kecuali sebuah keyakinan”, katanya sambil memandang wajah Sang Biarawan.

Apa keyakinan  Bapak, kata biarawan ini dengan sangat antusias.
 “Aku  punya keyakinan bahwa salah seorang dari kalian masih mungkin menjadi Paus di Roma”, kata sang Ulama sambil matanya menatap tajam ke arah atas ke langit.  

Mendengar perkataan ini, Sang biarawan ibarat disiram air super segar, segera berbinar wajahnya.  Dan segera dia menjabat tangan serta menggoyangnya berkali kali, sambil berkata terima kasih, terima kasih dengan wajah yang sangat ceria, sehingga wajahnya kelihatan lebih muda dari sebelumnya.



Dia pamit, untuk berpisah , dan tak lupa membungkukkan badannya   tanda hormat , dan segera berlalu dari hadapan Sang ULama.

Rupanya delapan  orang temannya, sudah menanti nanti dari tadi, ingin segera mendengar apa yang harus mereka lakukan, untuk mendapatkan murid kembali, untuk mendapatkan bantuan kembali dari orang tua murid yang belajar di Biara mereka.  Mereka menanti di ruangan tempat mereka berdiskusi di Biara itu.

Begitulah, sesampainya sang utusan biarawan tadi di padepokannya, segera mereka menyambar dengan pertanyaan nya dalam  gaya bertanyanya masing masing.

Tidak ada jawaban dari Sang Ulama itu, katanya sedikit bersandiwara dengan mimik  dibuat  sedih.
 Berjam jam aku bertanya, dia tidak memberi  jawaban, bahkan balik berkata bahwa dia yang perlu bertanya kepada kita semua, timpalnya menambahkan

Saya pun hampir putus asa, sampai sautu  ketika dia menyampaikan keyakinannya tentang kita,  katanya kemudian.  Segera wajah 8  orang ini berseri seri kembali, dan dengan matanya dan hatinya menanti penjelasan lanjutan.

Dia berkata begini katanya mengendalikan emosi semua biarawan lain,  “Aku  punya keyakinan bahwa salah seorang dari kalian masih mungkin menjadi Paus di Roma”,

Sungguh ajaib kata kata ini. Segera membawa sembilan orang biarawan ini kedalam imaginasi suci yang mengandung optimisme luar biasa.  Segera terjadi perubahan, segera terjadi tanda tanda kehidupan.  Mengapa ?

Karena setiap orang berfikir, mungkin aku yang akan menjadi paus. Kalau aku mejadi Paus, aku butuh teman dekat yang bisa membantuku, seseorang yang sangat  kupercaya.  Seseorag yang selamanya setia kepada ku, dan tidak akan menentang kebijakan yang akan kulakukan.

Yang lain berfikir ,  kalau dia  atau dia, atau yang lain diangkat menjadi Paus, apakah aku diajak  atau tidak menjadi pembantunya.  Kalau aku tetap disini, tidak diajak maka kesulitan tetap akan kulalui dalam kesepian yang mencekam, dan membosankan ,  pikirnya pula.

Lalu muncul lah sesuatu yang sangat tidak terduga, setiap orang biarawan ini berusaha bekerja dan berbuat sebaik mungkin di depan teman temannya yang lain. Sebab pikirnya, aku perlu menunjukkan kerajinanku dan etos kerjaku, supaya  teman teman ku ini mempromosikan dan  memilih aku jadi paus.

Yang lain berfikir, “aku perlu menunjukkan kerajinan dan etos kerjaku, serta keceriaan ku supaya aku diajak temanku itu jika kelak  dirinya terpilih jadi Paus.

Begitulah setiap hari mereka berbuat, bekerja dengan antusias , membersihkan semua yang perlu dibersihkan, sambil bernyanyi bersuka cita, menunjukkan pekerjaannya di depan teman temannya. 

Tanda tanda kehidupan mulai terlihat, nyanyian pujian ceria pun terdengar, sehingga setiap ada orang yang lewat di depan biara mereka, terheran dan ingin sejenak melihat ke dalam.  Lama kelamaan ada orang tua yang menitipkan anak nya untuk belajar, karena ketika semua biarawan ini saling memperhatikan dan saling berbuat baik di depan teman temannya, maka daya tarik biara itu semakin memikat.



Betapa, sebuah kalimat atau  sebuah perkataan dapat merubah total keadaan buruk dan keterpurukan. Awal dari  perubahan besar dan mendasar adalah sebuah kalimat ditambah keyakinan.

Keadaan Kabupaten Karo saat ini barangkali mirip keadaan biara itu sebelumnya. Pesimis, tidak terurus, menyeramkan, semua penduduknya dan pemimpinnya larut dalam pikiran negatifnya masing masing.  Produksi  kata kata yang negatif muncul bertubi tubi, medsos dan semua alat komunikasi serta tempat berkomunikasi hanya  berisi saling menyalahkan dan saling menghujat.

Lalu tidak ada kata positif dan keyakinan positif yang ditaburkan.  Sekalipun ada kata atau publikasi dari pemimpin, segera dilihat negatifnya. Narkoba, judi, korupsi, dan babi sakit  yang paling banyak  muncul dalam percakapan percakapan maya maupun darat.  Bagaimana keluar dari situasi ini?

Menurut hemat saya Kabupaten Karo membutuhkan dua hal yang dibangun dari kesadaran diri masing masing pihak siapapun dia.

Yang pertama adalah ada produksi  kata kata positif dari Si Pemimpin lalu diucapkan dalam momen momen yang pas. Di Radio, di Medsos, di  Jambur, di Rumah Ibadah bahkan di kede kopi atau cafe cafe yang sangat bertumbuh subur di Berastagi dan Kabanjahe serta seluruh kota dan desa di Kabupaten Karo. 

Kata kata positif yang menimbulkan optmisme dan keyakinan  ini  harus ditebar terus menerus oleh orang orang yang pas. Orang yang pas  maksudnya adalah orang yang menyampaikan  kata (Logos) dengan  jelas dan mudah dicerna,  mengandung muatan yang menimbulkan  emosi  positif (Pathos),  orang yang terpercaya / Trusted People karena bekas nya atau track record nya (Ethos) .   Kita akui, kecuali dalam lingkungan terbatas di gereja, mesjid atau vihara maka di tempat lain kata kata yang mengandung Logos, Pathos dan Etos ini sudah sangat jarang ditebar dan dikumandangkan.

Syarat kedua ada dalam diri masyarakat, bagaimana agar semua kata kata positif tadi tidak dicampur aduk dengan berita berita hoax dan pikiran pesimis. Kata kata positif yang didengar  harus dipisah  dengan kata kata guyonan, kata kata anggap remeh, kata kata  yang negative.  

Kata kata positif yang didengar harus segera dipraktekkan, harus segara  dilakukan, harus segera  dijadikan komitmen untuk menuju perbaikan. Tidak ditunda tunda, tidak nanti atau besok atau minggu depan, tapi sekarang.

Dalam situasi yang serba pesimis  dan banyak hoax dan kepalsuan saat ini, maka kata kata positif ini lah yang menjadi awal perubahan, seperti yang dialami oleh sembilan orang pastor/biarawan tua yang sudah hampir putus asa. Namun  akhirnya berawal  dari satu kalimat hasil perubahannya sangat significant dan berdampak sangat meyakinkan.

KESIMPULAN

Ke depan Kabupaten Karo memerlukan  pemimpin yang mampu dan fasilh memproduksi kata kata yang  positif dan membangkitkan inspirasi untuk segera bertindak .  Seseorang yang positif dan kuat dalam  Logos, Pathos dan Etos nya, supaya masyarakat percaya dan mau menerima, merenungkan  dan melakukan.  Kata kata yang keluar dari tokoh tokoh agama yang dikenal luas masyarakat , ketua moderamen, ketua synode, para alim ulama dan tokoh tokoh yang lain. 

Disamping produksi kata  kata itu, maka harus ada kelompok masyarakat yang mendengar dan mau untuk menerapkan nya segera.  Kelompok kelompok yang jauh dari hoax dan kalimat yang mengandug kebohongan.     Tidak perlu banyak anggotanya, namun punya  niat untuk segera melakukannya.  Kelompok yang optimis sekali akan kemenangan jika dilakukan prosesnya dengan sungguh sungguh,. Seperti kelompok kelompok pendukung  Lyodra Br Ginting sebagai pemenang Indonesian Idol 2020. 

Saya  sangat yakin, jika produksi kata postif  ini bisa kita tingkatkan  maka akan segera muncul pergerakan pergerakan di tengah masyarakan Karo  yang akan membawa kepada situasi yang lebih produktif , nyaman, manusiawi dan damai sejahtera.  Bujur melala ras mejuah juah kita kerina.


Artikel Sudah terbit di 
Majalah Katantaras Edisi Maret 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023