Oleh Analgin
Ginting
Motivator Level 5
Sebuash
Kisah dari Abad pertengahan yang sangat mencerahkan. Juga relevan sepanjang masa. Suatu ketika di salah satu biara di perbatasan
Eropah dan Asia, sembilan orang Pastor / biarawan duduk termangu di tempat
duduk nya masing masing. Pastor yang
hari itu bertugas memasak dan menyediakan makanan, melaporkan bahwa bahan makanan tinggal satu minggu lagi. Setelah itu habis.
Mereka termenunng larut dalam imaginasinya masing
masing. Pikiran mereka berada ditengah
tengah antara khawatir, menyesal,
pesimis dan nyaris putus asa. Sumber uang untuk membeli makanan dan
seluruh keperluan biara itu datang dari sumbangan orang tua yang menyekolahkan
anak anaknya di Biara itu . Lama
kelamaan, jumlah yang belajar disitu berkurang sampai habis sama sekali. Tidak ada
murid berarti tidak ada uang, tidak ada
makanan.
Tampak luar
dari biara itu pun sedikit menyeramkan, seolah tak diurus, rumput rumput liar
dan tanaman lain dibiarkan begitu saja,
tidak ada perawatan tidak ada pembersihan. Seolah tak berpenghuni namun ada 9 orang
pastor tua, lemah dan sulit bergerak tersisa di dalamnya. Itulah sebab penduduk sekitar, dan yang dalam
perjalanan pun memilih untuk tidak lagi melewati Biara. karena efek seram dan
putus asa yang dipancarkan.
Ditengah
puncak perenungan masing masing dalam wajah serba kusut, tiba tiba seorang biarawan berseru dengan wajah ceria
optimis dan mulai berkata, “ Aha, aku
ingat sekitar setahun yang lalu ada seseorang yang mengatakan kepadaku, bahwa
tidak berapa jauh di Selatan biara kita,
ada sebuah tempat yang sering didatangi
seorang Ulama untuk bersemedi dan berdoa”.
Perkataan
ini awalnya disambut dingin biarawan yang lain, akan tetapi setelah beberapa saat
seorang diatara mereka berkata, “kita harus mendatangi dan bertanya kepada Sang
Ulama itu, apa yang harus kita lakukan.
Sebab harus ada yang kita lakukan”, timpal nya lagi.
Saya setuju
dan kita harus mengutus salah seorang dari kita yang paling muda, dan paling
kuat untuk mendatangi Sang Ulama itu, sambut biarawan yang lain.
Setelah
beberapa lama berdiskusi beradu
argumentasi, akhirnya mereka sepakat
mengutus seorang biarawan yang paling muda dan paling kuat untuk pergi mencari
dan menemukan Sang Ulama, serta harus memohon petunjuk atau
Inspirasi dari dia. Padahal usia
mereka semua sudah diatas 75 tahun.
Ada
setitik Optimisme mengiringi keberangkatan Sang Biarawan yang diutus.
Setelah
beberapa lama berjalan dan mencari, akhirnya bertemu lah utusan biarawan ini
dengan sang Ulama di sebuah tempat yang indah dan teduh serta nyaman untuk
bersemedi dan berdoa. Mereka berdua
saling memberi salam, saling memperkenalkan diri, dan mengambil tempat untuk berbincang. Biarawan ini lalu
menyampaikan situasi biara yang mereka tempati, lalu bertanya kepada Sang
Ulama, apa yang harus mereka lakukan.
Kaget lah
Sang Ulama mendengar pertanyaan dan permintaan biarawan ini , dan dengan elegan
menjawab, “masa aku memberi nasihat kepada Bapak semua, seharusnya aku
yang lebih muda ini lah bertanya kepada bapak dan semua teman teman Bapak”.
Aku tidak punya jawaban terhadap situasi
Bapak, maafkan daku, katanya merendah sambil sedikit membungkukkan badannya.
Sang
biarawan mendesak, dan berkata bahwa Sang Ulama pasti puny aide, dan
petuah. Lalu dia pun teringat akan pesan
teman temannya yang berkata, “Jangan pulang sebelum dapat jawaban dari Sang
Ulama”. Oleh sebab itu dia tidak mau beranjak, dan bertanya terus dan menerus.
Sang Ulama
pun tetap bersikeras bahwa dia sama sekali tidak punya jawaban, tidak punya
petuah dan tidak punya saran terhadap sembilan orang biarawan ini . Namun dia juga melihat dan kagum akan utusan
biarawan ini yang tetap setia menunggu jawaban, dan memperhatikan dengan penuh
seksama setiap kata yang keluar dari mulut sang ulama.
Saudaraku
biarawan, kata Sang Ulama dengan penuh lemah lembut, setelah sekian belas jam
mereka berdiskusi dan berdoa masing
masing, “Aku tidak puny ide dan gagasan sama sekali, kecuali sebuah keyakinan”,
katanya sambil memandang wajah Sang Biarawan.
Apa
keyakinan Bapak, kata biarawan ini
dengan sangat antusias.
“Aku
punya keyakinan bahwa salah seorang dari kalian masih mungkin menjadi
Paus di Roma”, kata sang Ulama sambil matanya menatap tajam ke arah atas ke langit.
Mendengar
perkataan ini, Sang biarawan ibarat disiram air super segar, segera berbinar
wajahnya. Dan segera dia menjabat tangan
serta menggoyangnya berkali kali, sambil berkata terima kasih, terima kasih
dengan wajah yang sangat ceria, sehingga wajahnya kelihatan lebih muda dari
sebelumnya.
Dia pamit,
untuk berpisah , dan tak lupa membungkukkan badannya tanda
hormat , dan segera berlalu dari hadapan Sang ULama.
Rupanya delapan
orang temannya, sudah menanti nanti dari
tadi, ingin segera mendengar apa yang harus mereka lakukan, untuk mendapatkan
murid kembali, untuk mendapatkan bantuan kembali dari orang tua murid yang
belajar di Biara mereka. Mereka menanti
di ruangan tempat mereka berdiskusi di Biara itu.
Begitulah,
sesampainya sang utusan biarawan tadi di padepokannya, segera mereka menyambar
dengan pertanyaan nya dalam gaya
bertanyanya masing masing.
Tidak ada
jawaban dari Sang Ulama itu, katanya sedikit bersandiwara dengan mimik dibuat sedih.
Berjam jam aku bertanya, dia tidak
memberi jawaban, bahkan balik berkata
bahwa dia yang perlu bertanya kepada kita semua, timpalnya menambahkan .
Saya pun
hampir putus asa, sampai sautu ketika
dia menyampaikan keyakinannya tentang kita, katanya kemudian. Segera wajah 8 orang ini berseri seri
kembali, dan dengan matanya dan hatinya menanti penjelasan lanjutan.
Dia berkata
begini katanya mengendalikan emosi semua biarawan lain, “Aku punya keyakinan bahwa salah seorang dari
kalian masih mungkin menjadi Paus di Roma”,
Sungguh
ajaib kata kata ini. Segera membawa sembilan orang biarawan ini kedalam
imaginasi suci yang mengandung optimisme luar biasa. Segera terjadi perubahan, segera terjadi
tanda tanda kehidupan. Mengapa ?
Karena
setiap orang berfikir, mungkin aku yang akan menjadi paus. Kalau aku mejadi
Paus, aku butuh teman dekat yang bisa membantuku, seseorang yang sangat kupercaya.
Seseorag yang selamanya setia kepada ku, dan tidak akan menentang
kebijakan yang akan kulakukan.
Yang lain
berfikir , kalau dia atau dia, atau yang lain diangkat menjadi
Paus, apakah aku diajak atau tidak
menjadi pembantunya. Kalau aku tetap
disini, tidak diajak maka kesulitan tetap akan kulalui dalam kesepian yang
mencekam, dan membosankan , pikirnya
pula.
Lalu muncul
lah sesuatu yang sangat tidak terduga, setiap orang biarawan ini berusaha
bekerja dan berbuat sebaik mungkin di depan teman temannya yang lain. Sebab
pikirnya, aku perlu menunjukkan kerajinanku dan etos kerjaku, supaya teman teman ku ini mempromosikan dan memilih aku jadi paus.
Yang lain
berfikir, “aku perlu menunjukkan kerajinan dan etos kerjaku, serta keceriaan
ku supaya aku diajak temanku itu jika kelak dirinya terpilih jadi Paus.
Begitulah
setiap hari mereka berbuat, bekerja dengan antusias , membersihkan semua yang
perlu dibersihkan, sambil bernyanyi bersuka cita, menunjukkan pekerjaannya di
depan teman temannya.
Tanda tanda
kehidupan mulai terlihat, nyanyian pujian ceria pun terdengar, sehingga setiap
ada orang yang lewat di depan biara mereka, terheran dan ingin sejenak melihat
ke dalam. Lama kelamaan ada orang tua
yang menitipkan anak nya untuk belajar, karena ketika semua biarawan ini saling
memperhatikan dan saling berbuat baik di depan teman temannya, maka daya tarik
biara itu semakin memikat.
Betapa, sebuah
kalimat atau sebuah perkataan dapat merubah total keadaan buruk dan keterpurukan. Awal dari perubahan besar dan mendasar adalah sebuah kalimat
ditambah keyakinan.
Keadaan
Kabupaten Karo saat ini barangkali mirip keadaan biara itu sebelumnya. Pesimis,
tidak terurus, menyeramkan, semua penduduknya dan pemimpinnya larut dalam
pikiran negatifnya masing masing.
Produksi kata kata yang negatif
muncul bertubi tubi, medsos dan semua alat komunikasi serta tempat
berkomunikasi hanya berisi saling
menyalahkan dan saling menghujat.
Lalu tidak
ada kata positif dan keyakinan positif yang ditaburkan. Sekalipun ada kata atau publikasi dari
pemimpin, segera dilihat negatifnya. Narkoba, judi, korupsi, dan babi
sakit yang paling banyak muncul dalam percakapan percakapan maya
maupun darat. Bagaimana keluar dari
situasi ini?
Menurut
hemat saya Kabupaten Karo membutuhkan dua hal yang dibangun dari kesadaran diri
masing masing pihak siapapun dia.
Yang
pertama adalah ada produksi kata kata
positif dari Si Pemimpin lalu diucapkan dalam momen momen yang pas. Di Radio,
di Medsos, di Jambur, di Rumah Ibadah
bahkan di kede kopi atau cafe cafe yang sangat bertumbuh subur di Berastagi dan
Kabanjahe serta seluruh kota dan desa di Kabupaten Karo.
Kata kata positif yang menimbulkan optmisme
dan keyakinan ini harus ditebar terus menerus oleh orang orang
yang pas. Orang yang pas maksudnya adalah
orang yang menyampaikan kata (Logos)
dengan jelas dan mudah dicerna, mengandung muatan yang menimbulkan emosi
positif (Pathos), orang yang terpercaya / Trusted People karena
bekas nya atau track record nya (Ethos) .
Kita akui, kecuali dalam lingkungan terbatas di gereja, mesjid atau
vihara maka di tempat lain kata kata yang mengandung Logos, Pathos dan Etos ini
sudah sangat jarang ditebar dan dikumandangkan.
Syarat
kedua ada dalam diri masyarakat, bagaimana agar semua kata kata positif tadi
tidak dicampur aduk dengan berita berita hoax dan pikiran pesimis. Kata kata
positif yang didengar harus dipisah dengan kata kata guyonan, kata kata anggap
remeh, kata kata yang negative.
Kata kata positif yang didengar harus segera
dipraktekkan, harus segara dilakukan,
harus segera dijadikan komitmen untuk
menuju perbaikan. Tidak ditunda tunda, tidak nanti atau besok atau minggu
depan, tapi sekarang.
Dalam
situasi yang serba pesimis dan banyak
hoax dan kepalsuan saat ini, maka kata kata positif ini lah yang menjadi awal
perubahan, seperti yang dialami oleh sembilan orang pastor/biarawan tua yang
sudah hampir putus asa. Namun akhirnya
berawal dari satu kalimat hasil
perubahannya sangat significant dan berdampak sangat meyakinkan.
KESIMPULAN
Ke depan
Kabupaten Karo memerlukan pemimpin yang
mampu dan fasilh memproduksi kata kata yang
positif dan membangkitkan inspirasi untuk segera bertindak . Seseorang yang positif dan kuat dalam Logos,
Pathos dan Etos nya, supaya masyarakat percaya dan mau menerima,
merenungkan dan melakukan. Kata kata yang keluar dari tokoh tokoh agama
yang dikenal luas masyarakat , ketua moderamen, ketua synode, para alim ulama
dan tokoh tokoh yang lain.
Disamping
produksi kata kata itu, maka harus ada
kelompok masyarakat yang mendengar dan mau untuk menerapkan nya segera. Kelompok kelompok yang jauh dari hoax dan
kalimat yang mengandug kebohongan. Tidak perlu banyak anggotanya, namun
punya niat untuk segera
melakukannya. Kelompok yang optimis
sekali akan kemenangan jika dilakukan prosesnya dengan sungguh sungguh,.
Seperti kelompok kelompok pendukung Lyodra Br Ginting sebagai pemenang Indonesian
Idol 2020.
Saya sangat yakin, jika produksi kata postif ini bisa kita tingkatkan maka akan segera muncul pergerakan pergerakan
di tengah masyarakan Karo yang akan
membawa kepada situasi yang lebih produktif , nyaman, manusiawi dan damai sejahtera.
Bujur
melala ras mejuah juah kita kerina.
Artikel Sudah terbit di
Majalah Katantaras Edisi Maret 2020
Komentar