Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Gambar
Thema: Pengurus yang Dipercaya ( Pengurus Si Terteki ) Nas: 1 Korintus 4:1–5 “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.” Pengantar Menjadi seorang pengurus dalam pelayanan jemaat adalah sebuah kehormatan besar sekaligus amanah ilahi yang penuh tanggung jawab. Dalam nasihat Rasul Pau...

Mari Berguru Kepada Ahok

Kemarin sudah saya tulis bahwa bagi orang yang proaktif sebuah kritikan, hinaan, fitnahan dan Cyberbully tidak akan mempan.  Karena dia tidak akan serta merta membalas info atau stimulus yang masuk ke dalam dirinya tersebut.  Dia tidak akan bertindak reaktif, hanya mengikuti perasaannya saja.  Sebaliknya dengan tindakan proaktif dia akan  mengolah info itu bersama dengan seluruh sistem nilai, prinsip dan karakter pribadinya.  Sekalipun ada rasa sakit dan panas hatinya, dia seketika bisa langsung melakukan resolusi internal.


Pagi ini ramai diberitakan  mengenai tweeter Farhat Abbas kepada Ahok.  Cukup rasis juga jika dibaca.  Mari coba kita simak, saya ambil kutip dari sini : “Ahok sana sini protes plat pribadi B 2 DKI dijual polisi ke org Umum katanya! Dasar Ahok plat Aja diributin! Apapun plat nya tetap Cina!“. Farhat Abbas sendiri di media massa sudah mengakui bahwa memang ia yang memposting tweet tersebut.


Lalu diberitakan juga bahwa bagaimana respon Ahok : “Ngapain sih dia minta maaf, gue juga nggak marah kok,” kata Ahok di balai kota DKI, Jakarta, Kamis (10/1/2013).


Benar benar Ahok menunjukkan proaktifnya.  Dia tidak reaktif  mendengar tweetter Farhat Abbas.  Ahok menjadi tuan atas sikapnya, dia menjadi penentu terhadap responnya.  Dan ternyata Ahok memilih, sekali lagi memilih respon yang cukup positif.  Salut dan salam hormat kepada Ahok.



Dalam pikiran Ahok dan semua orang proaktif di dunia, dia mengolah semua info yang masuk ke dalam dirinya melalui 4 anugrah yang sudah diberikan Sang Pencipta kepada setiap manusia; yaitu kesadaran diri, imaginasi, suara hati dan kehendak bebas.  Jika ada stimulus, berupa info yang masuk kedalam diri kita melalui panca indra kita, maka kita memakai kesadaran diri kita untuk mengolah stimulus tadi.  Disadari artinya dilihat dari semua sudut.


Coba kita langsung  jadikan contoh cara berfikir Ahok. Saat dia mendengar twetter nya Farhat, Ahok memakai kesadaran dirinya.  Lalu dia mengambil dan mendapat beberapa pandangan : memang benar aku suku Cina, lalu mengapa?  Oh itu hanya iseng iseng, oh si Farhat mungkin sedang ingin numpang tenar, barangkali dia hanya ingin menguji emosiku, mungkin dia ingin mendapat perhatianku.


Kemudian Ahok sekarang memakai anugrah kedua imaginasinya.  Aku bisa diamkan saja, aku bisa balas dengan meminta klarifikasi, aku bisa minta  sekretarisku, ah pasti ada nanti yang membela.  Kalau aku berespon berlebihan maka aku bisa tersandung juga.  Kalau tetap aku diamkan dan seolah tak mendengar apa apa, ya sudah.  Atau bisa juga aku jadikan sebagai alat untuk uji kesabaranku. 


Nah ketika Ahok  dan semua orang proaktif memakai imaginasinya terhadap suatu info, maka banyak sekali hal hal yang baru, kreatif dan inovatif bisa muncul.  Memang benar, bahwa kata para ahli, imaginasi adalah sumber semua kreativitas.


Selanjutnya dia mendengar suara hatinya untuk memilih respon. Biasanya disini munculnya lah dua pilihan antara yang baik dan buruk.  Dan disini berperan sekali sistem nilai seseorang.  Semua, prinsip hidup dan ajaran yang pernah diterima berperan besar dalam suara hati.  Diamkan (positif) atau respon dengan membalas balik (negatif).  Dua kekuatan ini akan beradu dalam suara hati kita.  Ajaran yang ada misalnya “maafkan musuhmu”  atau “jangan kamu merendah dirimu dengan cara menanggapi i permainan rendah orang lain” akan berperan dalam menentukan pilihan.


Pilihan akhir adalah kehendak bebas.  Respon terakhir manusia ditentukan oleh dirinya sendiri.  Dia lah yang menentukan pilihan.  Pilihan adalah kebebasan manusia yang terakhir.  Dan Ahok memilih untuk diam dan tidak marah.


Nah teman teman, respon orang proaktif ditentukan oleh dirinya sendiri.  Tentu dalam hal ini dibawah pertimbangan sistem nilainya, keyakinannya, imannya dan kedekatannya dengan Sang Pencipta


Mahatma Gandhi pernah berkata kepada orang kulit putih yang tiba tiba memukulnya :
“ Hai kawan, kalau kamu berfikir saya marah karena kamu tiba tiba saja memukul aku, kamu salah.  Sebab aku tidak marah.”


Orang boleh menghina Anda, tapi merasa terhina atau tidak Anda lah yang menentukan.  Hanung Bramantyo boleh boleh saja membuat film “Cinta tapi Beda”, tapi merasa tersinggung atau tidak pilihan Anda lah yang menentukannya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025