Kemarin sudah
saya tulis
bahwa bagi orang yang proaktif sebuah kritikan, hinaan, fitnahan dan
Cyberbully tidak akan mempan. Karena dia tidak akan serta merta
membalas info atau stimulus yang masuk ke dalam dirinya tersebut. Dia
tidak akan bertindak reaktif, hanya mengikuti perasaannya saja.
Sebaliknya dengan tindakan proaktif dia akan mengolah info itu bersama
dengan seluruh sistem nilai, prinsip dan karakter pribadinya. Sekalipun
ada rasa sakit dan panas hatinya, dia seketika bisa langsung melakukan
resolusi internal.
Pagi ini ramai diberitakan mengenai tweeter Farhat Abbas kepada Ahok.
Cukup rasis juga jika dibaca. Mari coba kita simak, saya ambil kutip
dari
sini :
“Ahok
sana sini protes plat pribadi B 2 DKI dijual polisi ke org Umum
katanya! Dasar Ahok plat Aja diributin! Apapun plat nya tetap Cina!“. Farhat Abbas sendiri di media massa sudah mengakui bahwa memang ia yang memposting tweet tersebut.
Lalu diberitakan juga bahwa bagaimana respon Ahok : “Ngapain sih dia
minta maaf, gue juga nggak marah kok,” kata Ahok di balai kota DKI,
Jakarta, Kamis (10/1/2013).
Benar benar Ahok menunjukkan proaktifnya. Dia tidak reaktif mendengar
tweetter Farhat Abbas. Ahok menjadi tuan atas sikapnya, dia menjadi
penentu terhadap responnya. Dan ternyata Ahok memilih, sekali lagi
memilih respon yang cukup positif. Salut dan salam hormat kepada Ahok.
Dalam pikiran Ahok dan semua orang proaktif di dunia, dia mengolah semua
info yang masuk ke dalam dirinya melalui 4 anugrah yang sudah diberikan
Sang Pencipta kepada setiap manusia; yaitu kesadaran diri, imaginasi,
suara hati dan kehendak bebas. Jika ada stimulus, berupa info yang
masuk kedalam diri kita melalui panca indra kita, maka kita memakai
kesadaran diri kita untuk mengolah stimulus tadi. Disadari artinya
dilihat dari semua sudut.
Coba kita langsung jadikan contoh cara berfikir Ahok. Saat dia
mendengar twetter nya Farhat, Ahok memakai kesadaran dirinya. Lalu dia
mengambil dan mendapat beberapa pandangan :
memang benar aku suku Cina,
lalu mengapa? Oh itu hanya iseng iseng, oh si Farhat mungkin sedang
ingin numpang tenar, barangkali dia hanya ingin menguji emosiku, mungkin
dia ingin mendapat perhatianku.
Kemudian Ahok sekarang memakai anugrah kedua imaginasinya. A
ku bisa
diamkan saja, aku bisa balas dengan meminta klarifikasi, aku bisa
minta sekretarisku, ah pasti ada nanti yang membela. Kalau aku
berespon berlebihan maka aku bisa tersandung juga. Kalau tetap aku
diamkan dan seolah tak mendengar apa apa, ya sudah. Atau bisa juga aku
jadikan sebagai alat untuk uji kesabaranku.
Nah ketika Ahok dan semua orang proaktif memakai imaginasinya terhadap
suatu info, maka banyak sekali hal hal yang baru, kreatif dan inovatif
bisa muncul. Memang benar, bahwa kata para ahli, imaginasi adalah
sumber semua kreativitas.
Selanjutnya dia mendengar suara hatinya untuk memilih respon. Biasanya
disini munculnya lah dua pilihan antara yang baik dan buruk. Dan disini
berperan sekali sistem nilai seseorang. Semua, prinsip hidup dan
ajaran yang pernah diterima berperan besar dalam suara hati. Diamkan
(positif) atau respon dengan membalas balik (negatif). Dua kekuatan ini
akan beradu dalam suara hati kita. Ajaran yang ada misalnya “maafkan
musuhmu” atau “jangan kamu merendah dirimu dengan cara menanggapi i
permainan rendah orang lain” akan berperan dalam menentukan pilihan.
Pilihan akhir adalah kehendak bebas. Respon terakhir manusia ditentukan
oleh dirinya sendiri. Dia lah yang menentukan pilihan. Pilihan adalah
kebebasan manusia yang terakhir. Dan Ahok memilih untuk diam dan tidak
marah.
Nah teman teman, respon orang proaktif ditentukan oleh dirinya sendiri.
Tentu dalam hal ini dibawah pertimbangan sistem nilainya, keyakinannya,
imannya dan kedekatannya dengan Sang Pencipta
Mahatma Gandhi pernah berkata kepada orang kulit putih yang tiba tiba memukulnya :
“ Hai kawan, kalau kamu berfikir saya marah karena kamu tiba tiba saja memukul aku, kamu salah. Sebab aku tidak marah.”
Orang boleh menghina Anda, tapi merasa terhina atau tidak Anda lah yang
menentukan. Hanung Bramantyo boleh boleh saja membuat film “Cinta tapi
Beda”, tapi merasa tersinggung atau tidak pilihan Anda lah yang
menentukannya
Komentar