Satu persatu partai politik rontok berguguran dilanda
kasus korupsi. Setelah banyak kader Partai Demokrat terkena kasus,
kini PKS pun masuk kedalam barisan. Tidak tanggung tanggung sang ketua
umum sendiri, atau Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) yang langsung
terkena bidikan KPK dan sekarang ditetapkan menjadi tersangka. Sempat
mencuat beberapa waktu yang lalu bahwa ketua umum Partai Kebangkitan
Bangsa dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar masuk
daftar terduga kasus korupsi di kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Namun sekarang kasusnya seolah hilang dari peredaran.
Sejumlah kader atau petinggi partai pernah terkena kasus korupsi di
negeri ini. Rekan Kompasianer Pakde Kartono menuliskan nama nama itu
dalam postingannya yang saat ini masuk ke dalam trending article. Bisa
dibaca
disini.
Dari daftar ini bisa dilihat bahwa tidak ada partai yang benar benar
bersih, hanya dua partai dari 10 partai peserta Pemilu tahun 2014 yang
belum pernah kadernya terkena kasus korupsi yaitu Gerindra dan Hanura.
Sedangkan Nasdem belum masuk dihitung karena merupakan partai terbaru.
Bagai petir di siang bolong, begitulah berita penangkapan LHI dalam
kasus suap impor daging, yang jumlahnya bisa mencapai angka Rp 40
Milyard. Mengejutkan karena selama ini PKS dikenal sebagai partai yang
terangan terangan memplokamirkan diri sebagai partai agamis, dan
menjunjung moralitas yang tinggi bagi semua kader kadernya.
Yang lebih
mengejutkan lagi adalah tertangkapnya seorang perempuan muda cantik dan
seksi bersama dengan orang kepercayaan LHI yaitu Ahmad Fathanah.
Untuk kasus esek esek ini, bebera waktu yang lalu PKS pernah menjadi
sorotan karena seorang kadernya tertangkap basah sedang menonton video
porno saat mengikuti persidangan. Saat itu PKS dapat membersihkan diri,
karena sang kader yang bernama Arifianto mengakui kesalahannya bahkan
bersedia mengundurkan diri.
Kasus sekarang ini, tertangkapnya sang Presiden PKS sebagai tersangka
kasus korupsi/suap impor daging dengan angka yang cukup tinggi sekitar
Rp 40 M, membuat PKS akan sulit membersihkan diri. Upaya kearah itu
sudah langsung dilakukan dengan mengatakan bahwa kasus korupsi LHI
adalah masalah pribadinya. Sekjen PKS sendiri Anis Matta yang
mengatakan bahwa kasus ini adalah bukan masalah partai, tapi masalah
pribadi Sang Presiden PKS.
Benarkah ini masalah pribadi LHI? Mengapa hampir semua Partai mempunyai
kasus korupsi? Ini adalah dua pertanyaan yang perlu diketahui, karena
bukan tidak mungkin diwaktu yang akan datang publik semakin dikejutkan
lagi dengan banyaknya kader atau petinggi partai yang terkena kasus
korupsi.
Partai politik Indonesia jelaslah memerlukan dana untuk menjalankan roda
partainya. Itulah sebabnya jika ada orang kaya atau pengusaha
bergabung kepada satu partai, maka partai tersebut pasti akan kuat dan
maju. Partai Nasdem bisa maju menjadi peserta pemilu sebagai satu
satunya partai baru diyakini orang tidak terlepas dari tangan pengusaha
media kelas atas, Hari Tanoe. Saat ini harry Tanoe sendiri sudah keluar
dari Nasdem, namun ada fenomena menarik bahwa hampir semua partai
secara terang terangan menyatakan bersedia menerima Hari Tanoe bergabung
ke partainya. Tentu salah satu sebabnya adalah karena hari Tanoe
mempunyai banyak uang, sebagai pengusaha yang sangat sukses.
Partai politik memerlukan uang untuk berjalannya program partainya.
Apalagi menjelang Pemilu pada tahun 2014, maka diperlukan uang yang
tidak sedikit. Dalam salah satu seminar yang diikuti Penulis pada bulan
Oktober 2012 di Hotel Santika Jakarta, ekonom dan mantan menteri Prof
Dr Emil Salim menyebutkan angka Rp 10 Triliun per tahun dana yang
dibutuhkan oleh satu partai politik untuk operasional partainya. Angka
Rp 10 Triliun ini dari mana sumbernya? Menurut Prof Emil Salim tidak
lain dan tidak bukan adalah dari APBN dengan mempergunakan segala macam
strategi.
Anas Urbaningrum, Muhaimin Iskandar dan Luthfi Hasan Ishak adalah nama
nama Ketua Umum Partai. Sebagai ketua umum, maka mereka lah yang paling
bertanggung jawab untuk mencari dana dana partainya. Tidak tanggung
tanggung Rp 10 triliun per tahun, menurut hitung hitungan dari pakar
yang sangat dipercaya Prof Emil Salim.
Tentu untuk mendapatkan dana ini dipakai lah seluruh strategi, ilmu
silat dan jurus dewa mabuk atau apa saja untuk menyelamatkan partainya.
Dan jika tercium oleh pihak penegak hukum, diupayakan semaksimal
mungin agar kasusnya tidak melebar. Jika tidak dapat dielakkan maka
partai harus tetap diselamatkan. Jadikan kasusnya sebagai kasus
pribadi, sehingga partai tetap dapat berjalan.
Saya yakin itulah yang terjadi saat ini dengan Partai PKS. Dana 40
Milyard rupiah menurut dugaan saya tidak akan dipakai sendiri oleh Sang
Presiden Partai. Namun dana itu adalah “sumbangan suci” yang pada
gilirannya diperuntukkan bagi keberlangsungan partai.
Semua partai memerlukan uang tidak hanya untuk operasional. Bahkan
untuk memenangkan Pemilu dibutuhkan uang segar yang lebih besar lagi.
Mungkin ini jugalah alasan kasus Bank Century terkaitkan dengan Partai
Pemenang Pemilu pada tahun 2009 kemarin.
Sepuluh Triliun per tahun, bukan dana yang kecil. Syukur bahwa partai
peserta Pemilu 2014 hanya 10 partai. Sehingga dana yang mereka butuhkan
sampai tahun 2014 yaitu 2 tahun dari sekarang hanyalah 2 x 10 partai x
Rp 10 T sebesar Rp 200 T. Bagaimana kalau Partai peserta pemilu ada
18 partai atau 30 partai?
Masih gelap, pemberantasan korupsi di Indonesia. Mengingat banyaknya
partai politik dan banyaknya dana yang mereka butuhkan. Apalagi kalau
ketua umum partai mempunyai kedudukan seperti Menteri atau kepala
lembaga tinggi negara. Jadi itulah sebabnya partai partai berlomba
lomba menempatkan kadernya di jabatan penting negara, termasuk di
BUMN. Kalau tertangkap, korbankan dirinya demi keberlangsungan
partai.
Komentar