Featured Post

Mentalitas Berkekurangan Para Pendeta

Gambar
Oleh: Analgin Ginting Pengantar Dalam beberapa tahun terakhir, muncul fenomena yang memprihatinkan dalam kehidupan sebagian pendeta di berbagai denominasi gereja. Muncul perilaku yang menunjukkan adanya krisis spiritual dan ketidakseimbangan antara panggilan dan gaya hidup. Kita menyaksikan pendeta yang tetap merokok sembari menyusun rasionalisasi teologisnya, pendeta yang menolak penugasan pelayanan ke jemaat tertentu, bahkan jemaat yang menolak kehadiran pendeta karena reputasi atau gaya kepemimpinannya. Tidak jarang, pendeta juga ikut terlibat dalam investasi bodong, atau menyimpulkan diskusi Alkitab secara dangkal tanpa kedalaman refleksi rohani. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah menjadi pendeta adalah panggilan kudus atau sekadar pilihan profesi dan gaya hidup religius? Pertanyaan ini menyentuh inti persoalan spiritualitas pendeta masa kini. Banyak pendeta yang tampak kehilangan daya spiritual yang sejati karena mentalitas berkekurangan (scarcity mentality) yang...

Partai Demokrat Pecah, PDIP Semakin Solid

Perpecahan di Partai Demokrat semakin membesar. Terbukti dengan tidak satunya pendapat tentang diadukannya dua staisiun TV Swasta kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Sebagaimana banyak diberitakan bahwa 9 orang kader PD sudah mengadukan TV One dan Metro TV kepada KPI, namun belakangan banyak kader yang lain misalnya Wakil Sekretaris Jenderal, Ramadhan Pohan yang menyesalkan hal tersebut.

Bahkan belakangan muncul kabar bahwa kesembilan kader yang mengadukan akan dipanggil oleh Komisi Pengawas Partai Demokrat. Berita yang lain adalah telah dipecatnya Angelina Sondakh sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Lalu munculnya pengakuan beberapa kader bahwa mereka menerima Blakc Berry dan uang saat Kongres Partai di Bandung beberapa waktu yang lalu.


Inilah beberapa fakta yang membuktikan pecahnya PD. Partai ini sekarang dicap sebagai partainya para koruptor, juga telihat sebagai partai yang sangat rapuh dan tidak punya etika dan budaya partai. Semua kadernya jalan sendiri sendiri, semua punya pendapat, semua punya tindakan yang makin lama makin divergen.

Apa sebabnya? Salah satunya adalah karena tidak jelasnya Visi dari Sang Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina, yaitu Anas Urbaningrum serta Susilo Bambang Yudhoyono. Ada sebuah ayat dalam Perjanjian Lama yang mengatakan “Where there is no vision, the people perish: but he that keepeth the law, happy is he” . Jika tidak ada Visi maka liar lah rakyat.

Tidak ada visi yang jelas di Partai Demokrat. Sang Ketua Umum nya sendiri sedang dalam kondisi “sakit”. Kedudukannya banyak dirongrong antara lain karena tuduhan mantan bendahara PD yang sekarang jadi tersangka kasus korupsi. Lalu ketua dewan pembina yaitu Presiden SBY sendiri pun saat ini nampaknya kebingungan untuk mengembalikan citra partai. Tidak ada kata kata tegas proaktif yang muncul dari dirinya. Hanya kata kata reaktif terhadap situasi yang berkembang. Presiden SBY pernah berkomentar “tidak cerdas” tentang rencana pemindahan Angelina Sondakh ke Komisi Hukum di DPR. Sedangkan sebuah statement yang benar benar baru dan menyejukkan belum terdengar saat ini.

Apa yang terjad di Partai Demokrat kebalikannya terjadi di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Kalau di PD tidak ada visi dari sang ketua umum, justru di PDIP ada visi yang dikumandangkan oleh Megawati Soekarno Putri. Mega mengajak seluruh Kader PDIP untuk mengobarkan Dedication Of Life kepada Indonesia Raya. Meskipun perwujudannya masih jauh namun ajakan ini adalah sebuah visi yang kongkrit.

Sebagaimana diberitakan oleh detiknews, bahwa Mega menyampaikan ajakan itu dalam pembinaan kader PDIP di Jogja. "Marilah kita kobarkan dedication of life kita, demi Indonesia Raya," tegas Mega dihadapan 500 an kader PDIP yang sedang mengikuti pendidikan di Jogja”

Berkaitan soal visi yang sangat penting untuk partai, nampaknya Megawati lebih unggul dibandingkan Anas Urbaningrum dan SBY. Tidak heran kalau PDIP dapat konsisten sebaga partai yang solid sampai saat ini. Mereka bahkan berani beroposisi terhadap partai yang berkuasa. Partai Demokrat yang berkuasa memang mengajak beberapa partai untuk berkoalisi dalam membentuk kabinet. Sedangkan PDIP menolak bergabung dan fokus di DPR memperjuangkan kepentingan rakyat.

Wibawa Megawati serta kharismanya sebagai Putri Proklamator RI ternyata adalah satu faktor yang sangat kuat dalam menyatukan Partainya. Namun PDIP bukannya tidak punya kelemahan. Beberapa kadernya terlibat juga dalam kasus korupsi. Namun kejelasan Visi yang berusaha ditanamkan dalam diri para kadernya nampaknya dapat mengalahkan Partai Demokrat dalam waktu waktu mendatang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025