Featured Post

Catatan Tambahan Khotbah 30 Maret 2025

Gambar
Thema  Khotbah: Merasakan Penderitaan untuk Mempermuliakan Tuhan (Ngenanami Kiniseraan Guna Mpermuliakan Dibata) Nas: Yohanes 12:27-36 I. Pendahuluan Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan. Namun, respons kita terhadap penderitaan dapat sangat berbeda. Ada yang menyerah, ada yang memberontak, ada pula yang berusaha mencari makna di balik penderitaan tersebut. Yesus Kristus, dalam Yohanes 12:27-36, mengajarkan kepada kita bahwa penderitaan bukanlah tanda kegagalan atau hukuman, melainkan dapat menjadi sarana untuk mempermuliakan Tuhan. Penderitaan yang diterima dengan iman dan ketaatan justru dapat memperlihatkan kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Melalui khotbah ini, kita akan menggali lebih dalam makna teologis dari penderitaan Yesus, relevansinya bagi jemaat saat ini, dan bagaimana kita bisa menghidupi panggilan menjadi "anak-anak terang" di tengah dunia yang gelap. II. Fakta dari Yohanes 12:27-36 Ada empat fakta pentin...

Angelina Sondakh Dan Miranda Gultom Mempergunakan Kecerdasannya Dengan Bodoh

Sebenarnya apa yang ada di dalam benak pelaku korupsi? Mengapa mereka mau dan berani melakukan perbuatan korupsi atau menerima uang suap, padahal jika tertangkap bisa segera mengakhiri karier positif mereka?

Sebagaimana ramai diberitakan beberapa pelaku korupsi tertangkap dan akhirnya menjadi pesakitan. Mulai sejak Gayus Tambunan, mantan Gubernur Sumut Syamsul Arifin, Bendahara Partai Demokrat Nazaruddin, lalu yang masih baru Hakim Syarifuddin, Miranda Gultom dan terakhir si cantik Angelina Sondakh. Mereka cerdas, terhormat dan mempunyai kehidupan dan karier yang sangat menjanjikan. Namun tiba tiba menjadi tersangka atau sudah mengalami penuntutan bahkan sudah ada yang sedang menjalani hukumannya seperti Gayus dan Syamsul.

Hanya mereka kah pelaku korupsi di Indonesia? Kelihatannya akan banyak lagi yang akan menjadi tersangka dalam waktu waktu akan datang ini. Namun kembali kepada pertanyaan, apa yang mendorong dan membuat mereka melakukan korupsi?

Tiga Hal Penyebab Maraknya Korupsi

Alasan yang pertama menurut pandangan saya adalah karena korupsi itu sudah dianggap hal yang biasa, bukan lagi sesuatu yang perlu ditakutkan apalagi sebuah dosa. Kesadaran bahwa korupsi itu salah, dosa dan bisa menyengsarakan sudah hilang. Mungkin dalam diri semua orang di Indonesia saat ini korupsi adalah suatu tuntutan pekerjaan yang tidak mungkin dielakkan lagi. Oleh sebab itu lakukanlah dan upayakan agar tidak ada yang mengetahuinya. Untuk itu buat jaringan, supaya semua orang yang mungkin mengetahuinya diberi sesuatu dan dia tidak akan membongkar masalah. Kalau soal dosa atau tidak, hah memang masih ada orang 100 % bersih?

Pola pikir seperti ini yang tumbuh subur di bumi Indonesia, sehingga untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi, untuk memenangkan tender suatu proyek, untuk mendapatkan dana dana partai korupsi adalah cara terbaik. Yang penting tidak diketahui oleh KPK. Kalau lembaga yang lain, masih bisa diatasi.


Penyebab kedua adalah tuntutan teman atau jaringan. Karena semua sudah melakukan korupsi, maka kita pun harus ikut korupsi. Kalau dalam lingkungan korupsi kita sendiri yang bersih, maka lambat laun akan dikucilkan oleh teman.

Sebuah kisah disampaikan oleh Nuim Hayat dalam acara Poros Jakarta Melbourne pagi tadi melalui Radio Light FM. Suatu saat rombongan DPR mengunjungi pelabuhan Tanjung Api Api di Sumatra Selatan. Lalu saat rombongan DPR ini mau pulang kembali ke Jakarta semua mendapatkan amplop. Seorang anggota DPR yang mendapatkan amplop menyerahkan amplopnya kepada KPK di Jakarta. Teman temannya yang lain tahu namun tetap menyimpan amplopnya. Beberapa waktu kemudian ada jamuan atau makan bersama semua anggota DPR. Saat anggota yang menyerahkan amplop ke KPK ini tiba di lokasi makan, semua anggota yang lain mengatakan “disini semua makanan sudah haram, kamu jangan makan, nanti kamu berdosa”. Ketika pada periode berikutnya si anggota ini tidak terpilih lagi dia merasakan kegembiraan yang luar biasa karena sudah tidak terlibat dengan situasi dan pertemanan yang pro korupsi.

Alasan ketiga menurut saya adalah karena kurangnya pendidikan untuk melatih keberanian berbeda secara positif. Akhirnya semua ikut ikutan. Dalam lingkungan yang semua ikut ikutan, ada kepuasan jika sebagai pengikut seseorang itu bisa memberikan sesuat yang lebih. Mungkin inilah yang mendorong Angelina Sondakh mau melakukan keterlibatan dan korupsi di Wisma Atlit. Karena kemampuan dan kecantikannya dianggap mudah untuk melakukan korupsi. Teman teman atau mungkin atasannya juga mendorong dan berkata “jangan takut, kita dibelakangmu”. Dia tersanjung dan akhirnya melakukan dengan kode kode yang kreatif. Namun penyebab utamanya adalah karena Angie tidak mempunyai mekanisme untuk berbeda secara positif dan berani mengikuti kata hati dan nuraninya.

Selain hal diatas, masih banyaklah penyebab yang mendorong seseorang melakukan korupsi atau penyuapan. Namun dari tiga hal diatas saya simpulkan bahwa para pelaku korupsi tidak mampu mempurganakan kecerdasannya secara baik dan bijak. Mereka ternyata sangat bodoh mempergunakan semua intelektualitas dan kecerdasannya.

Untuk yang belum melakukan korupsi, mari kita pertahankan supaya tetap tidak melakukan korupsi. Mungkin teman teman atau lingkungan akan mengatakan kita bodoh, atau sok suci dan lain sebagainya. Kita terima saja kalau dikatakan bodoh. Namun kita kan bisa mempergunakan kebodohan kita secara cerdas dan kita selamat. Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024