Featured Post

Catatan Tambahan Khotbah 30 Maret 2025

Gambar
Thema  Khotbah: Merasakan Penderitaan untuk Mempermuliakan Tuhan (Ngenanami Kiniseraan Guna Mpermuliakan Dibata) Nas: Yohanes 12:27-36 I. Pendahuluan Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan. Namun, respons kita terhadap penderitaan dapat sangat berbeda. Ada yang menyerah, ada yang memberontak, ada pula yang berusaha mencari makna di balik penderitaan tersebut. Yesus Kristus, dalam Yohanes 12:27-36, mengajarkan kepada kita bahwa penderitaan bukanlah tanda kegagalan atau hukuman, melainkan dapat menjadi sarana untuk mempermuliakan Tuhan. Penderitaan yang diterima dengan iman dan ketaatan justru dapat memperlihatkan kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Melalui khotbah ini, kita akan menggali lebih dalam makna teologis dari penderitaan Yesus, relevansinya bagi jemaat saat ini, dan bagaimana kita bisa menghidupi panggilan menjadi "anak-anak terang" di tengah dunia yang gelap. II. Fakta dari Yohanes 12:27-36 Ada empat fakta pentin...

"ITING AMERIKA"

Iting adalah panggilan mesra kepada Beru Ginting dari kerabat-kerabatnya. Iting memang singkatan dari “Ginting”. Iting, mama iting panggilan mesra sang kekasih kepada kekasih hatinya yang marganya Ginting. Nande Iting, adalah panggilan mesra kepada Beru Ginting yang perempuan, dari kekasihnya ber marga lain; bisa Sembiring, Perangin-angin, Tarigan, Karo-Karo. Sebab bagi suku Karo pantang pacaran dan berkasih kasihan kalau Marga dan Beru nya sama.

Nande Iting, bisa juga panggilan dari seorang Bapa atau Ibu kepada anak perempuannya yang beru Ginting. Usianya kala itu pasti masih muda, atau masih kanak kanak.
Lain lagi kalau Nini Iting, ini panggilan kepada Nenek Beru Ginting yang usianya sudah lanjut. Yang memanggil adalah cucunya. Panggilan Nini Iting akhirnya disingkat hanya dengan kata “Iting” saja. Iting Amerika adalah panggilan kepada seorang Ibu yang sudah mulai menua yang suka bercerita kepada teman temannya sesama Ibu, maupun kepada anak dan cucu cucunya. Dia dipanggil Iting Amerika karena dia selalu menceritakan pengalamannya tentang perjalanannya ke Amerika. Menarik memang mendengar kisahnya ke Amerika.

Gambar Ilustrasi. Diambil dari rumahkaro.blogspot.com. Nenek ini juga beru Ginting.


Iting Amerika sebenarnya tidak mempunyai anak. Namun ada “anaknya” yang pernah beberapa kali mengundang dia berjalan jalan di Negeri Paman Sam itu. Begini ceritanya.

“Nini Iting” kita ini dimasa mudanya adalah seorang Guru. Dia mengajar di SD RK Xaverius Kabanjahe. Saya sendiripun adalah seorang muridnya. Dulu ketika masih SD, saya punya seorang teman keturunan India di Kabanjahe. Namanya Nermal Singh. Kakak kakaknya banyak, dan semua mempunyai nama Singh dibelakang nama depannya. Ada juga yang bernama Santokh Singh. Mereka pengusaha sapi dan menjual susu di Kabanjahe. Rumah tinggal sekaligus peternakan mereka terletak di di jalan Kota Cane Kabanjahe.

Saya hanya berteman dengan Nermal Singh selama 6 tahun, selama kami sekolah di SD. Memasuki SMP dan terus SMA kami berpisah. Saya tidak tahu kemana dia pergi melanjutkan sekolah. Kira kira 7-8 tahun yang lalu saya pernah bertemu dengan “Nini Iting Amerika” ini yang mengatakan bahwa sekarang Nermal Singh sudah tinggal dan menetap di Amerika. Iting ini tidak mengatakan di kota mana dia tinggal, namun melalui Iting teman saya Nermal Singh menitip salam kepada saya.

Rupanya Nermal Singh inilah yang mengundang Iting ini ke Amerika, karena selama sekolah dulu Iting ini menjadi guru private dan diangkat menjadi Ibu Angkat Nermal Singh. (Anak yang mengangkat ibu angkatnya, atau Ibu yang mengangkat anak angkatnya tidak jelas bagi saya, lagipula saya merasa tidak perlu untuk menanyakannya). Sudah dua atau tiga kali dia diundang ke Amerika, diberi tiket pulang pergi, diberi belanja setiap hari ketika tinggal disana, diajak jalan jalan ke banyak tempat, dan tentu saja diberi oleh oleh ketika dia kembali ke Indonesia.

Karena seorang Mantan Guru, maka Iting Amerika ini hidupnya sangat bersahaja dan terbuka. Nah sisa sisa dollar dari Amerika itu dia pakai untuk merenovasi rumah tempat tinggalnnya yang letaknya berdekatan dengan rumah orang tua saya di Kabanjahe. Mengapa sampai mereka tinggal berdekatan, inipun mengandung kisah yang sangat manusiawi sekali.

Rumah tempat tinggalnya sekarang adalah rumah yang diwariskan oleh suaminya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dulu dia tidak tinggal di komplek ini. Namun karena dia menikah dengan seorang duda pemilik rumah ini, akhirnya dialah yang mewarisi rumahnya, yang dia pelihara dengan baik. Dengan suaminya sang duda ini mereka menikah dalam usia tua. Sebab sang “nini bulang” yang sudah tua menikah dengan Iting Amerika ketika usianya sudah mendekati 70 tahun. Sedang Nini Iting saat itu saya taksir usianya sudah sekitan 50an atau menjelang 60 tahunan.

Setelah mereka menikah, rupanya tidak ada keturunannya. Mungkin karena sudah terlalu tua ya? Ini adalah pernikahan pertama bagi Nini Iting Amerika ini, sedangkan bagi suaminya adalah pernikahan yang kedua setelah dia ditinggal mati oleh istri pertamanya. Dengan istri pertama ini, nini bulang mempunyai 6 orang anak yang sekarang sudah berkeluarga semua. Anak pertama dari nini Bulang ini, adalah teman sepermainan saya dimasa kecil. Dia lebih tua 2 tahun dari saya, namun masa kecil kami adalah masa kecil yang sangat akrab dalam ketulusan anak desa. Kami dulu sering menucuri jagung dan mencuri pisang bersama dengan anak anak yang lain. Oh indahnya masa kanak-kanak di kampung halaman.

Begitulah kisah hidup “Iting Amerika” ini, penuh dengan pengalaman menakjubkan dan lika liku kehidupan. Dia sekarang hidup dengan tenang, bersahaja, ke gereja, ke pesta, bersosialisasi. Malam hari biasanya dia datang ke rumah orang tua saya untuk PJJ atau latihan koor bersama ayah dan ibu saya. Tuhan Yeus memberkati mereka, karena dimasa tua pun mereka tetap bernyanyi dan memuliakan Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024