Featured Post

Perlunya Pembinaan Partisipatif dan Regeneratif di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi

Gambar
  Pt. Em Analgin Ginting M.Min.  Pendahuluan Pembinaan jemaat merupakan salah satu tugas hakiki gereja yang tidak dapat dipisahkan dari panggilan teologisnya sebagai ekklesia—umat Allah yang dipanggil, dibentuk, dan diutus ke tengah dunia (Ef. 4:11–13). Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang pembelajaran iman, karakter, dan kepemimpinan. Oleh karena itu, pembinaan yang berkelanjutan, partisipatif, dan regeneratif menjadi indikator penting kesehatan sebuah gereja lokal. Dalam konteks Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), pembinaan memiliki makna yang lebih luas karena terkait erat dengan sistem pelayanan presbiterial-sinodal yang menekankan kepemimpinan kolektif-kolegial (runggu). Artikel ini hendak memperdalam, melengkapi, dan mengontekstualisasikan tulisan awal mengenai perlunya pembinaan di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi, dengan tetap mempertahankan esensi pengalaman empiris yang telah dituliskan, sekaligus memperkaya dengan muatan teologis dan refleksi aktual....

Catatan Tambahan PJJ 17–23 Agustus 2025

 

Thema: Tuhan Memberikan Berkat-Nya Kepada Semua Orang Yang Taat Kepada-Nya

(Pasu-pasu Tuhan Man Kalak Si Malang Man Bana)

Nas: Masmur 128:1–6


Pendahuluan

Masmur 128 termasuk dalam kumpulan Nyanyian Ziarah (Shir Hama’alot), yang biasa dinyanyikan umat Israel ketika mereka berziarah ke Yerusalem. Mazmur ini menggambarkan hubungan erat antara takut akan Tuhan, ketaatan pada jalan-Nya, dan kebahagiaan hidup sehari-hari. Kebahagiaan yang sejati tidak hanya diukur dari harta, tetapi juga dari relasi keluarga, keturunan, dan damai sejahtera dalam komunitas umat Allah.



Fakta

1. Mazmur ini diawali dengan ucapan berbahagia (‘ashre = “diberkatilah/berbahagialah”) kepada setiap orang yang takut akan Tuhan (ay. 1).

2. Kebahagiaan dinyatakan melalui hasil kerja tangan yang dinikmati dengan sukacita (ay. 2).

3. Gambaran istri sebagai pohon anggur yang subur dan anak-anak sebagai tunas pohon zaitun menunjukkan berkat keluarga yang produktif dan harmonis (ay. 3).

4. Puncak berkat adalah berkat dari Sion, pusat ibadah umat Tuhan, yang meliputi kesejahteraan Yerusalem dan keberlanjutan keturunan (ay. 5–6).

5. Berkat Tuhan tidak hanya bersifat individual, tetapi juga komunal: “Damai sejahtera atas Israel” (ay. 6).

Arti dan Makna Teologis

Kebahagiaan hidup di dunia adalah didapat karena takut kepada Tuhan.

Tuhan menyatakan kebahagiaan kepada orang yang takut kepada-Nya melalui hasil pekerjaannya dan melalui istri dan anak-anaknya.

Kebahagiaan yang diberikan Tuhan kepada laki-laki yang takut kepada Tuhan adalah kebahagiaan yang ada di Yerusalem.

Implementasi / Penerapan

1. Takut akan Tuhan sebagai dasar hidup beriman. Jemaat diajak untuk melihat bahwa berkat Tuhan tidak terlepas dari sikap takut akan Tuhan. Takut di sini bukan rasa takut negatif, tetapi sikap hormat, tunduk, dan mengutamakan kehendak-Nya dalam seluruh aspek kehidupan.

2. Kehidupan keluarga sebagai cerminan berkat. Relasi harmonis suami, istri, dan anak-anak bukanlah hasil usaha manusia semata, tetapi anugerah Tuhan yang patut dipelihara dengan kasih, kesetiaan, dan doa.

3. Pekerjaan sebagai sarana berkat. Jemaat dipanggil untuk bekerja dengan rajin dan jujur, sebab melalui jerih lelah yang diberkati Tuhan, kebahagiaan sejati dapat dirasakan.

4. Kebahagiaan komunal. Berkat Tuhan tidak berhenti pada individu atau keluarga, melainkan meluas bagi seluruh jemaat dan masyarakat. Jemaat diajak untuk menjadi saluran damai sejahtera, terutama dalam konteks hidup bersama di tengah dunia yang penuh ketegangan.

Power Statement

Takut akan Tuhan adalah sumber berkat sejati: pekerjaan diberkati, keluarga hidup subur, dan damai sejahtera melingkupi jemaat. Berkat Tuhan bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk generasi mendatang dan seluruh komunitas umat-Nya.

Catatan Kaki & Referensi

Walter Brueggemann, The Message of the Psalms: A Theological Commentary (Minneapolis: Augsburg, 1984), hlm. 144–146.

James L. Mays, Psalms (Interpretation Commentary Series; Louisville: John Knox Press, 1994), hlm. 403–405.

John Goldingay, Psalms: Volume 3, Psalms 90–150 (Grand Rapids: Baker Academic, 2008), hlm. 503–507.

C. Hassell Bullock, Encountering the Book of Psalms: A Literary and Theological Introduction (Grand Rapids: Baker Academic, 2001), hlm. 223–225.

Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Alkitab Indonesia (Jakarta: LAI, 2016).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025