Featured Post

Analisis Lengkap Mengenai Ketidaksinambungan Komunikasi antara Pertua & Diaken Emeritus dengan Pertua & Diaken Aktif di GBKP (Klasis Bekasi-Denpasar) dalam Perspektif Akademis dan Teologis

Gambar
 Pembinaan khusus bagi Pertua dan Diaken Emeritus Klasis Bekasi-Denpasar yang dilaksanakan di Kinasih, Depok, pada 7 Februari 2025 mengangkat isu fundamental mengenai peran dan keterlibatan pertua dan diaken emeritus dalam gereja. Salah satu poin yang ditekankan oleh Pdt. Christoper Sinulingga, selaku Kabid Pembinaan Moderamen GBKP, adalah bahwa tidak ada perbedaan dalam hal melayani  antara pertua dan diaken aktif dengan pertua dan diaken emeritus. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan komunikasi dan peran yang cukup signifikan. Pertanyaan kunci yang muncul: 1. Mengapa terjadi kesenjangan komunikasi dan peran antara pertua & diaken emeritus dengan pertua & diaken aktif? 2. Benarkah dalam konsep teologis tidak ada perbedaan antara keduanya? 3. Jika secara konsep tidak ada perbedaan, mengapa dalam praktik muncul perbedaan? 4. Apa tujuan sejati dari pembinaan ini, dan bagaimana penyelesaiannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, analisis...

Jiwa Besar Pdt Matius Panji Barus MTh



Sebuah moment sangat serius, nyaris emosional terjadi dalam sidang Kerja Sinode pada tahun 2014, sekitar bulan  Agustus/September.  Apa pasal?  Pokok persidangan kala itu adalah tentang status Pdt MP Barus yang saat sidang menjabat sebagai Ketua Moderamen, namun akan mulai pension dalam usia 62 tahun pada bulan Desember 2015, tiga bulan kedepan dari saat SKS dijalankan. 

Implikasi nya adalah semua pendeta yang sudah pension tidak bisa lagi menjabat di structural dalam organisasi / Gereja GBKP .  Sebagian peserta sidang mengatakan bahwa, jabatan diteruskan saja sampai sidang sinode pada bulan April 2015.  Diberilah  kelonggaran dalam 4 bulan selisih waktu tersebut.

Sebagian lagi berpendapat lain, bahwa kita harus mengikuti aturan Tata Gereja.  Jangan lagi ditawar.  Apalagi ini menyangkut pimpinan tertinggi di struktur gereja GBKP.  Disiplin mengikuti aturan itu harus dicontohkan dari atas, kata peserta Sidang SKS yang lain menyusun narasi argumentasinya.

Saya sebagai pimpinan persidangan waktu itu sempat kalut, pikiran mandek, dan hang beberapa saat.  Seorang peserta sidang bahkan bersuara dengan sangat lantang nyaris membentak agar saya sebagai pimpinan persidangan jangan mengulur ulur waktu.   Sementara peserta sidang yang lain termasuk semua pengurus moderamen pun hanyut dalam hening dengan pikiran dan pendapatnya masing masing.


Anak dan Bapak, Pdt Matius Panji Barus dengan Pdt Abram Pehulisa Barus. 

Tiba-tiba  Ketua Moderamen, Pdt MP Barus permisi mau ke belakang.  Sekitar 5 menit beliau di belakang suasana sidang seolah mengalami jalan buntu.  Sekembali dari belakang,  beliau angkat tangan mau berbicara.  Saya sebagai pimpinan mempersilahkan beliau untuk berbicara.  Lalu deangan intonasi suara agak bergetar, Pdt MP Barus berkata : Aku akan mundur pada bulan Desember 2015 dan tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum Moderamen GBKP.

Sidang sempat terdiam beberapa saat, mendengar kata kata Pendeta Barus yang sangat rendah hati ini.  Setelah itu saya mengumumkan bahwa , enggo si begi kerina peserta Sidang Kerja Sinode, bahwa Pdt MP Barus akan mundur pada bulan Desember  2015.  Sambil mengetuk palu di meja  tiga kali. 

Peristiwa itu tidak akan pernah bisa hilang dari ingatan saya, karena ada juga rasa bersalah  koq saya tidak punyai ide yang lain yang lebih bagus dan win win tentang situasi yang sangat unik ini.   Dalam perjalanan waktu banyak juga yang mengapresiasi bahwa itu memang keputusan yang tepat.  Bahkan pengalaman mundur nya Pdt MP Barus  jadi satu kenangan yang manis dalam sejarah perjalanan GBKP, kata beberapa teman yang lain.

Akan banyak nantinya pengalaman serupa yang akan terjadi,  mirip pengalaman Pendeta  Barus mergana yang sangat menguasai sejarah GBKP ini.  Dan jika situasi ambivalensi ini diperhadapkan pada peserta sidang (sidang sinode, sidang kerja sinode, sidang klasis, sidang runggun), maka suara akan terbelah, sebagian setuju sebagian lagi menolak.  Pada saat itulah dibutuhkan jiwa besar, kematangan iman, serta keberanian mengambil sikap dengan menempatkan kepentingan GBKP lebih dari segala sesuatunya.   Pilih lah mundur. Berikan kesempatan kepada pendeta, pertua atau diaken (Presbiter) yang lebih muda.

Pdt MP Barus tetap setia melayani di GBKP. Pengalaman itu hanya segelintir pengalaman hidup dari rangkaian seluruh pengabdian Pendeta Barus yang menguasai Bahasa Ingris dan Bahasa Jerman dengan sangat sangat pasih ini.

Saat ini Pdt MP Barus diberi kepercayaan memimpin Museum GBKP di Suka Makmur.  Nada suaranya tetap seperti dulu, ada guyonan kecil serta antusiasme hidup melayani dalam setiap percakapan kita dengan pendeta  yang memilih Nora Br Ginting menjadi pengawal setia yang sangat disayang dan dihormatinya.  Mereka dikaruniai tiga orang anak laki laki dan perempuan dan tiga tiganya sudah memberi cucu yang sangat cakep, cantik,  cerdas dan cehat cehat.  (gelah C kerina, hahahaha).   Bahkan anak kedua bernama Abram Pehulisa Barus saat ini menjadi pendeta, mengikuti jejak sakral ayahanda tercinta. Salam hormat ku man bandu silihku ras turang kami. Mohon Maaf ibas kerina kekurangan ras kelepakan ibas kebersamaanta pengurus Moderamen GBKP periode 2010 - 2015. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024