Sebuah moment sangat serius, nyaris emosional terjadi dalam
sidang Kerja Sinode pada tahun 2014, sekitar bulan Agustus/September. Apa pasal?
Pokok persidangan kala itu adalah tentang status Pdt MP Barus yang saat sidang
menjabat sebagai Ketua Moderamen, namun akan mulai pension dalam usia 62 tahun
pada bulan Desember 2015, tiga bulan kedepan dari saat SKS dijalankan.
Implikasi nya adalah semua pendeta yang sudah pension tidak
bisa lagi menjabat di structural dalam organisasi / Gereja GBKP . Sebagian peserta sidang mengatakan bahwa,
jabatan diteruskan saja sampai sidang sinode pada bulan April 2015. Diberilah kelonggaran dalam 4 bulan selisih waktu
tersebut.
Sebagian lagi berpendapat lain, bahwa kita harus
mengikuti aturan Tata Gereja. Jangan lagi
ditawar. Apalagi ini menyangkut pimpinan
tertinggi di struktur gereja GBKP. Disiplin mengikuti aturan itu harus
dicontohkan dari atas, kata peserta Sidang SKS yang lain menyusun narasi
argumentasinya.
Saya sebagai pimpinan persidangan waktu itu sempat
kalut, pikiran mandek, dan hang beberapa
saat. Seorang peserta sidang bahkan
bersuara dengan sangat lantang nyaris membentak agar saya sebagai pimpinan
persidangan jangan mengulur ulur waktu.
Sementara peserta sidang yang lain termasuk semua pengurus moderamen pun
hanyut dalam hening dengan pikiran dan pendapatnya masing masing.
Anak dan Bapak, Pdt Matius Panji Barus dengan Pdt Abram Pehulisa Barus.
Tiba-tiba Ketua
Moderamen, Pdt MP Barus permisi mau ke belakang. Sekitar 5 menit beliau di belakang suasana
sidang seolah mengalami jalan buntu.
Sekembali dari belakang, beliau
angkat tangan mau berbicara. Saya
sebagai pimpinan mempersilahkan beliau untuk berbicara. Lalu deangan intonasi suara agak bergetar,
Pdt MP Barus berkata : Aku akan mundur
pada bulan Desember 2015 dan tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum Moderamen
GBKP.
Sidang sempat terdiam beberapa saat, mendengar kata
kata Pendeta Barus yang sangat rendah hati ini.
Setelah itu saya mengumumkan bahwa , enggo
si begi kerina peserta Sidang Kerja Sinode, bahwa Pdt MP Barus akan mundur pada
bulan Desember 2015. Sambil mengetuk
palu di meja tiga kali.
Peristiwa itu tidak akan pernah bisa hilang dari
ingatan saya, karena ada juga rasa bersalah
koq saya tidak punyai ide yang lain yang lebih bagus dan win win tentang situasi yang sangat unik
ini. Dalam perjalanan waktu banyak juga
yang mengapresiasi bahwa itu memang keputusan yang tepat. Bahkan pengalaman mundur nya Pdt MP Barus jadi satu kenangan yang manis dalam sejarah perjalanan GBKP, kata
beberapa teman yang lain.
Akan banyak nantinya pengalaman serupa yang akan
terjadi, mirip pengalaman Pendeta Barus mergana yang sangat menguasai sejarah
GBKP ini. Dan jika situasi ambivalensi ini diperhadapkan pada
peserta sidang (sidang sinode, sidang kerja sinode, sidang klasis, sidang runggun), maka suara akan terbelah, sebagian setuju sebagian lagi menolak. Pada saat itulah dibutuhkan
jiwa besar, kematangan iman, serta keberanian mengambil sikap dengan
menempatkan kepentingan GBKP lebih dari segala sesuatunya. Pilih lah mundur. Berikan kesempatan kepada
pendeta, pertua atau diaken (Presbiter) yang lebih muda.
Pdt MP Barus tetap setia melayani di GBKP. Pengalaman itu
hanya segelintir pengalaman hidup dari rangkaian seluruh pengabdian Pendeta
Barus yang menguasai Bahasa Ingris dan Bahasa Jerman dengan sangat sangat pasih
ini.
Saat ini Pdt MP Barus diberi kepercayaan memimpin
Museum GBKP di Suka Makmur. Nada
suaranya tetap seperti dulu, ada guyonan kecil serta antusiasme hidup melayani
dalam setiap percakapan kita dengan pendeta yang memilih Nora Br Ginting menjadi pengawal
setia yang sangat disayang dan dihormatinya.
Mereka dikaruniai tiga orang anak laki laki dan perempuan dan tiga
tiganya sudah memberi cucu yang sangat cakep, cantik, cerdas dan cehat cehat. (gelah C kerina, hahahaha). Bahkan
anak kedua bernama Abram Pehulisa Barus saat ini menjadi pendeta, mengikuti
jejak sakral ayahanda tercinta. Salam
hormat ku man bandu silihku ras turang kami. Mohon Maaf ibas kerina kekurangan ras kelepakan ibas kebersamaanta pengurus Moderamen GBKP periode 2010 - 2015.
Komentar