Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 28 April – 4 Mei 2024

Gambar
  Thema :  Ersada Ukur Ras Ersada Sura Sura 1 Korinti 1 : 10 – 17   Bahasa Karo  O senina-senina, kupindo man bandu i bas gelar Tuhanta Jesus Kristus: ersadalah katandu kerina, gelah ula sempat jadi perpecahen i tengah-tengahndu. Ersadalah ukurndu janah ersadalah sura-surandu. Maksudku eme: maka sekalak-sekalak kam nggo erpihak-pihak. Lit si ngatakenca, "Aku arah Paulus, " lit ka si ngatakenca, "Aku arah Apolos, " deba nina, "Aku arah Petrus, " janah lit pe si ngatakenca, "Aku arah Kristus." Sabap piga-piga kalak i bas jabu Klue nari ngatakenca man bangku maka i tengah-tengahndu lit turah perjengilen. Ibagi-bagiken kin Kristus man bandu? Paulus kin si mate i kayu persilang man gunandu? I bas gelar Paulus kin kam iperidiken? Kukataken bujur man Dibata sabap sekalak pe kam la aku mperidikenca, seakatan Krispus ras Gayus. Dage sekalak pe kam la banci ngatakenca maka kam nai iperidiken gelah jadi ajar-ajarku. Lupa aku! Istepanus ras isi jabuna pe nai

Kita Tidak Kalah Lawan Malaysia, Namun Kita Tidak Mampu Menang

Menurut saya kita tidak kalah dalam pertandingan Final, saya juga yakin bukan karena kita tidak beruntung. Bukan karena dewi fortuna tidak memihak kepada Tim Garuda Muda. Sebab sepanjang pertandingan serangan silih berganti, kualitas permainan pun seimbang. Agregasi penguasaan bola apalagi, Indonesia 58 % dan Malaysia 42 %. Serangan yang benar benar mengancam gawang untuk menjadikan gol bahkan lebih banyak dilakukan Indonesia. Ada satu gol yang sempat dicetak Ferdinan Sinaga pada masa pertambahan waktu yang dianulir karena belakangan wasit menilai Okto Maniani sudah Of Side. Wasit sangat terlambat, karena Ferdinan sempat berlari untuk melakukan selebrasi atas gol yang dicetaknya.

Namun mengapa kita kalah pada adu finalty? Bukankah adu finalty sifat keberuntungan atau untung untungan nya lebih besar? Mengapa Gunawan Dwi Cahyo pencetak gol pertama ke gawang Malaysia pada menit ke 5, gagal mencetak dari titik finalty? Mengapa Ferdinan Sinaga yang sangat bagus tendangan kaki kirinya gagal mencetak gol dari titik finalty? Mengapa tendangan kelima pemain Malaysia yang dicetak oleh Kapten Kesebelasannya Baddrol, masuk ke gawang padahal sudah bisa di blok oleh kaki Kurnia Meiga. Mengapa bola itu tidak mantul keluar, namun masuk ke dalam gawang?




Mengapa Andik Vermansyah sangat dibawah performa terbaiknya? Mengapa Patrich Wanggai harus diganti pada titik titik krusial? Bukankah semua drama final ini adalah sebuah kesialan dan keberuntungan bagi Tim Malaysia? Mengapa kita tidak mampu memenangkan pertandingan di depan ratusan ribu penonton di stadion ditambah puluhan juta diseluruh Indonesia? Mengapa kita tidak mampu memenangkan persaingan lawan Malaysia? Kita tidak kalah, hanya kita juga tidak mampu menang. Hal ini yang perlu kita analisa. Bukan kita kalah lawan Malaysia, namun kita tidak mampu memang lawan Malaysia. Kita yang tidak mampu mencetak gol dari titik finalty, sedangkan Malaysia mampu memaksimalkan kesempatan. Menurut saya ada beberapa hal :

1. Secara mental Malaysia lebih siap menang, dan lebih siap kalah dalam pertandingan tadi malam. Mereka lebih santai bermainnya meskipun kelelahan juga melanda seluruh pemainnya.

2. Mereka lebih mempunyai mental sebagai juara oleh karena pengalaman bertanding mereka yang lebih lama. Mereka pernah bermain melawan Chelsea dan kalah hanya 0-1.

3. Persiapan Tim Harimau Malaya Muda untuk Sea Games ini lebih kurang 2 tahun, sedangkan Garuda Muda hanya 3 bulan. Jelaslah bahwa mereka lebih siap segalanya dibanding dengan kita. Buktinya, kelelahan Patrich Wanggai dan Andik Vermansyah pada pertandingan final adalah karena kurangnya persiapan dan latih tanding yang kita lakukan. Ibarat pacuan kuda, kuda pemenang dan kuda pecundang bedanya hanya sedikit. Kuda pemenang kepalanya mendongak pada garis finis, sehingga beberapa milli meter lebih duluan mencapai finis dibanding dengan kuda pecundang yang kepalanya menunduk saat finis. Jadi seolah tidak beda antara kuda pemenang dengan kuda pecundang. Seolah tidak ada beda antara Tim Garuda dengan Malaysia, selisihnya hanya gol finalty yang masuk setelah terblok.

4. Tidak ada yang instan dalam sepakbola. Sekali lagi tidak ada yang instan. Dua pelajaran sekaligus untuk Sepak Bola Indonesia. Tim Senior hancur berantakan dalam penyisihan Piala Dunia karena singkatnya waktu persiapan serta tidak padunnya Pelatih dengan Pemainnya. Dan Tim Garuda Muda tidak mampu memenangkan pertandingan final lawan Malaysia pada ujung harapang kebanggaan danharga diri Bangsa Indonesia.

5. Banyak kekisruhan dalam sepakbola kita, tidak ada grand design pembinaan sepakbola. Sehingga kemenangan kita pun hanya kemenangan karena keberuntungan. Spanyol pernah sangat dipermalukan di Eropah, namun pembinaan puluhan tahun yang mereka lakukan bisa membuat mereka merajai sepakbola dunia.

Rahmad Darmawan dan seluruh Tim Pelatih, serta seluruh pemain Garuda Muda sudah menunjukkan penampilan maksimal mereka. Bahkan Okto Maniani terpilih sebagai pemain terbaik dalam perhelatan Sea Games ini. Ini adalah sebuah hadiah sekaligus pengakuan bahwa sebenarnya bakat bakat sepakbola ada di Indonesia, ada di Papua, ada di Surabaya, ada di jakarta, ada di Malang, ada di Medan, ada di Palembang dan seluruh tempat di Indonesia.

Kita tidak perlu terlarut dalam kesedihan, kita bisa menjadi juara Sea Games, kita bisa menjadi Juara Asia, bahkan melaju ke Piala Dunia, asal ada kejujuran dalam olah raga dan ada kecerdasan dalam menentukan pola latihan dan pembinaan jangka panjang. Tidak perlu merasa kecewa dengan kekalahan lawan Malaysia, bahkan dengan berjiwa besar kita perlu belajar dari Malaysia khususnya dalam kecintaan dan ketulusan mereka kepada sepak bola. Terima kasih.

Komentar

desryna nathasya mengatakan…
setuju,team GARUDA memang tidak memberikan medali emas tapi mereka sudah bermain sekuat tenaga. maju terus GARUDAKU
Analgin Ginting mengatakan…
Terima kasih Desyrna atas komentarnya. Benar mari kita dukung terus GARUDA MUDA supaya semakin tinggi prestasinya. Bravo.

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023