Featured Post

Pekan Doa 2024 Berngi 3 .

Gambar
  Thema : Kekelengen Teridah Arah Perbahanen Nas : 1 Johanes 3 : 11 -18 Nas Renungen  Mula-mulana nari kin nggo ibegindu berita enda, e me kita arus sikeleng-kelengen. Ula bagi Kain si jadi anak Iblis, agina pe ibunuhna. Ngkai kin maka ibunuh Kain agina? E me erkiteken kai si ibahan Kain salah, janah kai si ibahan agina, rikutken si ngena ate Dibata. Jadi ula mamang atendu o senina-senina, adi nembeh ate bangsa doni enda man bandu. Sieteh kap maka nggo sitadingken kematen janah lawes kita ku kegeluhen; si enda sieteh perbahan keleng ateta seninanta. Kalak si la erkeleng ate, tandana ia tetap denga i teruh kuasa kematen. Kalak si nembah atena seninana, pemunuh kap. Janah ietehndu maka kalak pemunuh la lit i bas ia kegeluhen si tuhu-tuhu si la erkeri-kerin. Arah enda me sieteh kekelengen e: Kristus nggo ngendesken GeluhNa man gunanta. Emaka kita pe arus ngendesken geluhta guna seninanta. Adi lit sekalak bayak idahna seninana kekurangen, tapi la atena mekuah man seninana e, uga banci kala

Inilah Naskah / Skenario Film Layar Lebar "PERIK SIDUA DUA"

 

-Perik Siduadua-

(Cinta Bersemi Dimasa Pandemi)

 

  

 

 Oleh: Hujan Tarigan





Sumber photo : https://www.peakpx.com/




SCENE 1. INT. RUANG MAKAN – ANDALIMAN SPICE – NIGHT

BI TENGAH, NOVA, RASTA dan beberapa pegawai Andaliman Spice sedang terlibat diskusi yang hebat.

BI  TENGAH  sedang  memegang  ponsel,  memeriksa    berkas, sambil sesekali memasukkan makanan ke mulut.

NOVA  sedang membolak-balik layar  ponselnya sambil berinteraksi dengan BI TENGAH dan RASTA.

RASTA sibuk dengan ponselnya. Sesekali tangannya dijulurkan untuk mengambil makanan yang terhidang di atas meja.

 

 

RASTA

Sudah lah. Kita sudah terlalu lama hidup dalam mitos, bahwa lelaki karo itu pemalas dan cendrung mengeksploitasi perempuan. Kam pun tau BI, bahwa ketika mereka berkunjung dan menemukan laki-laki karo menghabiskan separuh waktu siangnya di warung. Mereka menulis itu. Mereka menerbitkannya dan mendistribusikan rekaman mereka kepada kita. Sehingga kita percaya bahwa itulah kenyataan kita. Ini adu domba!

 

 

RASTA jadi begitu semangat sambil matanya terus memandangi layar handphone.

 

 

BI TENGAH

Ya, mungkin yang kam katakan itu benar, Nakku. Mereka memang tak merekam aktifitas dilaki yang sibuk menjajakan hasil panennya di pajak dan tersasar di warung kopi dan memutar keuntungan jualan di meja judi. Dan, bagaimana dengan Kam? Apakah Kam tipikal laki-laki yang percaya dengan catatan mereka, bahwa laki-laki karo memang pemalas?

 

 

NOVA tertawa sambal meletakkan ponselnya ke atas meja makan. Dia memberikan selembar kertas kepada BI TENGAH

 

 

NOVA


Mana ada pemalas yang menghabiskan waktunya memegangi ponsel dan main PUBG, BI...

 

 

BI TENGAH tertawa.

RASTA terdiam. Sambil pelan-pelan, memasukkan dan menyembunyikan ponselnya ke dalam saku celana.

 

 

SHOT

JUMP CUT TO MONTAGE

Suasana malam di seputaran kantor Andaliman Spice di Kota Bandung

 

 

BI TENGAH (O.S)

Pengetahuanmu tentang adat dan tradisi kita cukup bagus, Nakku. Kam kawallah si MAX ini. Usia kalian tak jauh-jauh kali bedanya. Kukira, cara pandang kalian pun tak jauh berbeda ketika merespon sebuah fenomena. Si MAX ini pasti jadi teman yang asik untuk melatih conversation.

 

 

MATCH CUT TO:

 

 

NOVA

Benar, Pal. Paling tidak, siapa tau kalian bisa mabar di sepanjang perjalanan...

 

 

RASTA bersungut-sungut sambal melorotkan posisi duduknya menjadi lebih malas.

NOVA Kembali menggoda RASTA

 

 

NOVA

PUBG… PUBG….


 

BI TENGAH

Tapi sebelum dia datang, Nova akan pulang duluan, untuk mengantar TUAB Scmidht dan istri berlibur ke Parapat. Aku menyusul, setelah urusan dengan orang India itu selesai.

 

 

RASTA gantian menggoda NOVA

 

 

RASTA

Sayang sekali Nova harus duluan, Bi. Padahal dia ngefans berat sama Shah Rukh Khan itu.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 2. EXT. – LADANG SAYUR KELUARGA NOVA – DAY

IMRAN terduduk lesu memandangi sawah yang hasil panennya tidak sesuai dengan harapan. Tangannya terus memegangi botol kemasan pupuk.

NANDE dan BAPAK juga duduk bermuram durja dengan pikirannya masing- masing.

EBEN berdiri menghadap NANDE dan BAPAK.

 

 

IMRAN (O.S)

Habis sudah. Gagal lagi. Lima ton. Dan harga jeblok lagi. Mau diapakan wortel-wortel ini? Diolah? Modal lagi? Modal lagi. Kapan penderitaan ini berakhir.

 

 

EBEN

Sabar, Kam. Apa sudah Kam coba program bantuan pemerintah tempo hari? Kam pun bang tua, jangan sombong kali. Bantuan itu memang kecil dari tawaran peminjamanmu ke bank. Tapi kukira cukup membantu di masa-masa seperti ini, apalagi semua aplikasi utangmu ditolak bank.


 

IMRAN

Duabelas tahun, kenapa Sinabung belum muak juga menghentikan erupsinya? Apa tak kasihan nini-bulangta terus melihat penderitaan kita?

 

 

EBEN

Sabar, Bang Tua. Aku pun tak bisa berbuat banyak. Kami pun hanya pelayan dan bukan pembuat kebijakan. Kita putar otak lagi. Aku carikan program bantuan lain.

 

 

IMRAN

Tagihan, Nak. Aku dikepung tagihan. Utang! BAPAK dan NANDE pun, panennya hancur. Bantu kami...

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 3: EXT.  TONGGING – SUASANA PERLADANGAN – DAY

MONTAGE

Seputaran Tongging dan Danau Toba. Jalan-jalan dan pasar-pasar buah. Kehidupan orang di warung kopi.

 

 

SCENE 4: EXT.  ROTTERDAM – RUANGAN FLEET – NIGHT

MAX sedang berselancar di dunia maya, mengumpulkan foto-foto dan cerita tentang kehidupan di tepian Danau Toba. Sekali-sekali layar laptopnya berganti ke kertas kerja. Max menulis artikel mengenai pertumbuhan ekonomi di Tanah Karo.

 

 

SCENE 5: EXT.  PERJALANAN BANDUNG – KABIN MOBIL – DAY

Nova sedang duduk di kursi depan sambal memegangi ponsel. Dia membaca sejumlah informasi mengenai tempat-tempat wisata di seputaran Danau Toba. Sekali-sekali dia mengirimkan pesan kepada Rasta yang sedang memainkan game online di ponsel.


 

Tuan Schimdth dan Nyonya Scmidth duduk di kursi tengah dan terus berbicara.

CUT TO

 

 

Salah satu ruangan di Andaliman Spice. Rasta duduk malas di sofa dan terganggu dengan pesan-pesan yang masuk dari NOVA.

 

 

JUMP CUT TO

Kabin mobil, Nova duduk di kursi depan.

 

 

NOVA (O.S)

Selain parapat, wisata Kaldera Toba memiliki banyak sekali spot yang bisa dikunjungi oleh TUAN dan NYONYA SCHMIDT.

 

 

TUAN SCHMIDT

Apakah lokasinya berdekatan? Mungkinkah kita mengunjunginya tempat-tempat itu semua dalam dua hari kedepan?

 

 

NOVA

Bisa, Tuan. Dalam dua hari ke depan kita bisa menyapu bersih semua tempat wisata di seputaran Danau Toba. Bahkan, kita bisa menyisir dataran tinggi karo. Banyak tempat yang akan membuat Tuan dan Nyonya merasa sedang berada di rumah.

 

 

TUAN SCHMIDT

Kamu yakin?

 

 

NOVA

Saya lahir di dekat Danau Toba, saya kenal betul jalan-jalan yang ada di sana daripada Googlemaps.


 

TUAN SCHMIDT menutup googlemaps yang sedang dibukanya di ponsel. Dia melihat tajam ke arah Nova.

 

 

NOVA

Huttasialagan, Dokan, Desa Lingga, Kawasan Sipitu Huta. Saya yakin, kujungan ke sana, akan menjadi bahan pembicaraan Tuan dan Nyonya sekalian selama lima tahun ke depan...

 

 

TUAN SCHMIDT

Aku suka optimism nona muda ini.

 

 

NYONYA SCHMIDT

Tapi dia terlalu banyak bicara. Sepanjang jalan. Aku butuh istirahat.

 

 

NOVA

Kopi. Kopi di Dokan bisa menebus kelelahan di perjalanan

 

 

NYONYA SCHMIDT

Luwak? Tai musang? Weeks FADE OUT

FADE IN

 

 

SCENE 6: INT. KAMAR TIDUR - DOKAN – NIGHT

ESTABLISH

Nova duduk di depan cermin. Dia tengah bersiap bertemu dengan TUAN dan NYONYA SCHMIDT di taman penginapan. Tangannya masih membalas banyak pesan yang masuk serta mencari artikel mengenai tempat wisata yang akan dikunjungi esok.


NANDE (O.S)

Pulang lah nak. Dokan dan Tongging tinggal selangkah lagi. Lihat lah kami di sini, di sana pun kau tak jelas.

 

 

NOVA

NDE, aku sedang menjalankan pekerjaan dari BI TENGAH. Dia memberiku banyak kesempatan untuk belajar dan menguasai ilmu yang tak kudapat di sekolahku.

 

 

NANDE

Iya. tapi itu bukan pekerjaan. Menjadi asisten itu bukan perkejaan. Kita punya ladang, kita punya kentang, kita punya kol. Itu pekerjaan kita, itu masa depan kita. itu yang jelas dari takdir kita.

 

 

NOVA

Tapi NDE…

 

 

NANDE

Sudahlah, kami di sini menguatirkan masa depanmu. Lingkunganmu di sana pun tak sehat. Tak ada diberu yang berkumpul dengan banyak lelaki di sekelilingnya.

 

 

CUT TO

 

 

BI TENGAH sedang melangkah menuju kamar tempat Nova menginap

 

 

NANDE (O.S)

Impalmu, Si LISTON. Sebentar lagi dia pulang untuk menghadiri kerja tahun. Kalau hanya belajar ilmu ekonomi, Liston, Impalmu bisa mengajarkan lebih dari yang kau mau. Bakatnya sudah teruji. Nanti kita akan membicarakan kelanjutan rencana pernikahan kalian…


 

CUT TO

 

 

NOVA

Sehat-sehat Kam NDE. Besok aku pulang.

 

 

Pintu diketuk dari luar. NOVA melompat dari duduknya dan menepis air matanya

 

 

CUT TO

 

 

NOVA membuka pintu. Terlihat BI TENGAH berdiri diambang pintu. NOVA menundukkan wajah, kemudian memeluk BI TENGAH.

 

BI TENGAH

Edaku?

 

 

NOVA mengangguk pelan.

 

 

BI TENGAH

Pulanglah besok. Bawakan oleh-olehku untuknya. Aku tak sempat singgah. Setelah kesepakatan ditandatangani, aku segera kembali ke Bandung, besok siang juga.

 

 

INSERT bingkisan kecil di dalam kotak yang diberikan BI TENGAH kepada NOVA

 

 

NOVA semakin mengeraskan tangisannya.

 

 

NOVA


Bang LISTON…

 

 

BI TENGAH ikut menangis

 

 

BI TENGAH

Sudah. Aku sudah di sini. Urusannya kuambil alih. SHOT

ESTABLISH CUT TO

 

SCENE 7: EXT.  PERJALANAN TONGGING – DAY

ESTABLISH

Pemandangan alam Tongging. Tampak dari kejauhan puncak Sinabung yang terus mengeluarkan debu vulkanik, serta di sisi lain keindahan Danau Toba.

NOVA sedang duduk di kursi tengah kabin mobil. Matanya sembab dan dilempar ke luar. NOVA terus menatap kosong ke arah bukit-bukit dan pepohonan.

 

 

NANDE (O.S)

Batalkanlah niatmu untuk meneruskan masa depan di Bandung. Aku tau, Eda ku itu pasti menjaga dan merawatmu. Dia tak mungkin membiarkanmu masuk ke dalam pergaulan yang salah. Tapi kau sudah diambang 30. Siapa yang tak waswas dengan itu? Lagi pula LISTON itu semakin tumbuh menjadi laki-laki yang matang. Kalian akan menjadi pasangan sempurna bila menikah nanti. LISTON menguasai perencanaan. Kau akan menjadi ahli ekonomi. Hari-hari kalian kedepan pasti akan diisi dengan pembicaraan tentang uang.

 

 

NOVA (O.S)

Tapi ini bukan soal membicarakan uang, NDE…


NANDE (O.S)

Kalau bukan itu, lalu apa? Suka? Cinta? Kalian akan membicarakan itu semua pada akhirnya.

 

 

NOVA (O.S)

Aku mau keliling dunia

 

 

NANDE (O.S)

Perempuan karo berdiri di samping suaminya. Kemanapun LISTON, kau akan bersamanya.

 

 

NOVA (O.S)

Keliling dunia tidak sebagai istri, tapi sebagai seorang NOVA

 

 

NANDE (O.S)

Sebagai apapunlah yang kau mau… Asal dengan LISTON… CUT TO

 

SCENE 6: EXT.  PERJALANAN TONGGING – DAY

ESTABLISH

Sebuah mobil sedang menyusuri tebing Danau Toba. Sekali-sekali mobil itu menghilang di balik bukit.

Di dalam mobil duduk RASTA memegang setir dan RAJA di sampingnya.

 

 

RAJA

Kau cium dulu bau ini. Udara, tanah air kita.

 

 

RASTA


Pinus? Bau pinus, maksudmu? Biar makin mirip di film-film, mestinya kau buka jendelamu. Kemudian kau keluarkan kepalamu sambal mengangkat tangan ke langit dan teriak “MAK, AKU PULANG!”

 

 

Mobil oleng ke kiri, karena Rasta melepas setirnya. Keduanya tertawa.

 

 

RAJA

Gila kau. Hampir saja kita jadi santapan ikan pra-pora. Lagian ini bukan di dalam film. Karena kalau di film, memang hanya bau pinus yang tercium. Kalau kubuka jendela mobil lebih lebar dan kau sedikit lebih lambat seperti bekicot, maka yang tercium hanya bau amis.

 

 

RASTA Tersentak dan langsung menghentikan tawanya. Sorot matanya berubah tajam terlihat di kaca spion mobil depan.

 

 

RAJA

Kau lihat itu, Nak. Kerambah. Lalap kerambah. Tak kunikmati perjalanan ini karena kerambah.

 

 

RASTA

Maka jangan kau lihat tepinya. Lihat tengahnya.

 

 

RAJA

Mana bisa tak melihat tepinya. Keindahan danau ini akan semakin paripurna bila cakrawala mata kita bisa menatap bentangan hamparan hijau. Warna surga sesungguhnya.

 

 

RASTA

Surga orang asing, maksudmu.


RAJA

No. Surga diciptakan Tuhan untuk siapapun. Tak ada yang salah dengan itu. Tata Kelola. Ini semua membutuhkan tenaga ahli yang bisa meramu dan mengakomodir kepentingan semuanya. Tata Kelola ya. Bukan Tukang olah. K-e-l-o-l-a.

 

 

JUMP CUT TO

 

 

Mobil bergerak, meluncur di tepi danau. JUMP CUT TO

ESTABLISH

 

 

SCENE 8: INT.  PENGINAPAN BI TENGAH - DOKAN – DAY

BI TENGAH berjalan bangkit dari meja makan menuju dapur. RAJA dan Rasta duduk masih duduk di meja makan dan sibuk merapikan sisa makanan dan berkas-berkas.

 

 

BI TENGAH

Dia hanya dua hari dan kemudian pulang ke Tongging.

 

 

RAJA

Impal kel nya juga ya, yang bisa menaklukkan hatinya. Akhirnya NOVA memakai akal warasnya. Dan untuk RASTA, carilah impal lain yang bisa dinikahi dan diajak main PUBG sampai pagi.

 

 

RASTA

Anjing!

 

 

JUMP CUT TO


Halaman rumah, RASTA membuka ointu depan Mobil. Disusul BI TENGAH di kursi tengah. RAJA memasukkan koper ke bagasi belakang, kemudian mengambil tempat duduk di samping RASTA.

 

 

RAJA

Aku akan menggantikan posisinya dengan senang hati, BI. NOVA sudah mengirimkan berkas-berkas dan laporan transaksi keuangan Andaliman Spice. Sampai tadi bahkan dia membriefing aku dengan cara yang sangat mudah kupahami.

 

 

BI TENGAH

Suddenly. hidup ini diisi oleh suddenly. Yang berhasil beradaptasi dengan ketakterdugaan, dia yang menang.

 

 

RAJA

Nah, pas Nak. Seperti tadi. Kuncinya m-a-n-a-g-e, kelola... FADE OUT

FADE IN

 

 

SCENE 9: INT.  RUMAH NOVA - TONGGING – NIGHT

NOVA duduk di atas tempat tidur. Dia membuka laptop dan memainkan ponsel. Mengontak Kembali teman-teman kecilnya.

JUMP CUT TO

 

 

RASTA berbicara dengan NOVA serta RAJA melalui Zoom Meeting.

 

 

RASTA

…Tapi kita tak pernah menjadi guide. Andaikan semua profesi dan mata pencarian menghilang dari muka bumi dan hanya menyisakan itu, percayalah, belum tentu juga kita memilih itu.

 

 

RAJA


Kau berlebihan RASTA. Siapa yang akan menjelaskan kekayaan bumi kita, kalau tidak ada yang memperkenalkannya? Kau pikir, bagaimana suara-suara orang karo dan segala doanya yang kini terdengar menggelegar di langit itu, bisa sampai di sana? Karena kita berteriak-teriak dari bawah sini?

 

 

RASTA

RAJA, kau jangan lupa. Kita adalah petani yang baik. Sekaligus pedagang yang handal. Kita juga menerobos bukit-bukit ini untuk menemukan dan membangun jalur-jalur distribusi sendiri. Kita pernah menguasai jalur rempah. Sampai mereka akhirnya hadir dan melihat kehidupan kita. Dan merampas semua yang kita punya.

 

 

RAJA

Kau kesurupan lagi. Itu dulu, tidak untuk sekarang.

 

 

RASTA

Tidak untuk kapanpun. Tidak untuk siapapun. Apa lagi perempuan. Satu lagi, perempuan kita terlalu berharga untuk pekerjaan semacam itu. Menghabiskan waktu seharian dengan seseorang yang sama sekali tak ada kaitannya dengan keberlangsungan hidupnya.

 

 

RAJA

Loh! kok jadi mundur caramu melihat masa depan, ada apa denganmu RASTA? Ini pesimis atau cemburu?

 

 

RASTA

Siapa yang mundur? justru aku melihat dan berjalan pasti menuju masa depan.

 

 

NOVA

Sudahlah, cukup perdebatan kalian. Aku hanya meminta pandangan kalian tentang apa yang harus kulakukan di sini. Kenapa jadi serius begini perdebatannya?


 

RAJA

Aku mendukungmu, NOVA. Aku ikut dalam usahamu ini. Tampaknya RASTA tak bersama kita.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 10: INT.  RUMAH NOVA - TONGGING – DAY

IMRAN duduk di kursi menghadap NANDE. NANDE sedang berbicara dengan BI HARTINA melalui telefon.

 

 

NANDE

Si LISTON hanya sebentar di sini. Sampai usai kerja tahun. Setelah acara, dia kembali ke Inggris.

 

 

BI HARTINA

Jadi, membicarakan hal penting dilakukan di sela-sela jadwal liburan ya? Membicarakan hal penting tidak bisa dilakukan di sela- sela waktu. Dimatangkan lagi. Apa NOVA benar mau mengikuti rencana itu?

 

 

NANDE

NOVA anak yang menurut. Dia sudah lupakan Bandung dan kehidupannya yang aneh kurasa. Lihatlah, di sini dia begitu semangat. Bangun pagi, berkeliling danau. Bergaul kembali dengan teman-teman masa kecilnya. Memetik bunga-bunga. Ada hal baru yang membuat senyumnya semakin cemerlang

 

 

BI HARTINA (O.S)

Lihat saja, apa NOVA seperti itu. Dia itu keras kepala. Mirip nandenya...


SCENE 11: INT. KAFE MILIK EBEN - TONGGING – DAY

NOVA mengumpulkan beberapa teman masa kecilnya. Mereka berdiskusi mengenai rencana pembuatan sebuah jenis usaha baru. RASTA berdiri di ambang pintu mendengarkan NOVA presentasi.

 

 

NOVA

Desa kita akan semakin terbuka dengan semakin padatnya jumlah kunjungan wisatawan yang hadir dan singgah. Sektor ekonomi akan berkembang dan menemukan varian-varian baru.

 

 

NOVA

Sektor-sektor ekonomi lainnya akan terbuka. Menjadi pemandu berarti menjadi pionir dan perintis untuk jalan baru. Untuk harapan baru.

 

 

NOVA

Pertanian, kesenian, budaya, sumber daya manusia. Kita akan memperkenalkan dan membuka pintu untuk orang lain masuk sehingga mereka bisa merasakan langsung keramahan kita. Sebuah agen perjalanan, berarti membuka kesempatan dan peluang untuk kita bisa bangkit dan mengembangkan potensi yang kita miliki.

 

 

RASTA

Termasuk penjajahan.

 

 

NOVA

Ya, peluang itu ada, tapi bukan itu yang kita harapkan. Simbian. itu yang kita harapkan, agar kita bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan orang-orang di balik bukit ini.

CUT TO


SCENE 12: EXT. KAFE MILIK EBEN - TONGGING – DAY

NOVA dan RASTA berjalan-jalan di halaman. Sementara dari jauh terlihat aktivitas teman-temannya sedang berdiskusi merencanakan berdiri sebuah travel di dalam Kafe milik EBEN.

 

 

NOVA

Jadi kau datang hanya untuk menghancurkan mimpi-mimpi kami?

 

 

RASTA

Mungkin.

 

 

NOVA

Lihatlah  mereka.  Sekarang  tangan  mereka  sedang          menggenggam kepastian.

 

 

RASTA

Pasti kalah.

 

 

NOVA

Kenapa kau tak mendukungku? Bukan kah ini cita-citamu juga? Melihat orang-orang di desa kita memiliki peluang yang sama dan kesempatan membangun desanya.

 

 

RASTA

Awalnya, mereka merasa semua ini penting. Namun ketika nanti mereka menyadari, tanah-tanah di kapling dan mereka menemukan dirinya ketika terbangun dari tempat tidur, mereka akan menyesal dan menganggap semua hanyalah kesia-siaan.

 

 

NOVA

Kau ketakutan.


 

RASTA

Sejarah berulang.

 

 

NOVA

Pertama sebagai tragedi. Selanjutnya menjadi komedi. Itu kutipan pamungkasmu. Siapa itu? Idolamu itu?.

 

 

RASTA

Kita tak tau kita sedang berdiri di sebelah mana. Apakah pengulangan atau justru pembukaan.

 

 

NOVA

Kita membuat sejarah, dari sejarah sebelum kita. Tak ada tragedi, tak ada komedi. Lagian kalau tak melangkah, manakita tau, kita berada di sisi yang mana.

 

 

Seorang teman NOVA berlari menghampiri NOVA dan RAJA

 

 

TEMAN NOVA

Nova, sini, kita akan mengambil kesimpulan dari obrolan kita hari ini.

 

 

NOVA

Iya, sebentar. Rasta, apa kau ikut?

 

 

RASTA

Aku di sini, memastikan semua berjalan dengan baik-baik saja... CUT TO


SCENE 13: EXT.  TERAS RUMAH NOVA - TONGGING – DAY

EBEN duduk sambil memainkan ponselnya.

NOVA dan RASTA dalam perjalanan pulang ke rumah. Mobil berhenti di halaman, keluar NOVA dan RASTA.

JUMP CUT TO

 

 

EBEN

Di kafeku, aku sudah siapkan sebuah ruangan seperti yang kau minta.

 

 

NOVA

Terima kasih, Bang. Tempatya bagus. Aku dan RASTA baru dari sana.

 

 

EBEN

Ada yang lain?

 

 

NOVA

Hm… tadi sepanjang perjalanan aku bicara dengan RASTA, tempat itu nantinya sebagai perwakilan Tongging Travel.

 

 

EBEN

Dan kantor pusatnya?

 

 

NOVA

Itulah…

 

 

RASTA

Nova membayangkan sebuah tempat yang lebih private untuk dijadikan kantor. Dan dia sekarang pusing dengan bayangannya itu...

 

 

EBEN


Itu dia. Masalah kita.

 

 

RASTA

Masalah semua orang, Pal. Hahahahahaha

 

 

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 14: EXT.  KAFE MILIK EBEN - TONGGING – DAY

Di dalam kamar, NOVA tenggelam pada kertas-kertas rancangan pembangunan TONGGING TRAVEL. NOVA kemudian mengontak RAJA dengan panggilan video.

 

 

RAJA (O.S)

Nampaknya BI TENGAH, sedang galau. Aku ragu, kalau kau membuka pembicaraan tentang ini, dia akan merespon dengan baik.

 

 

NOVA

RASTA tidak mendukungku. Dia bahkan hampir merusak semuanya.

 

 

RAJA

Anak itu kolot. Yang modern cuma smartphonenya. Ngga bisa diandalkan. Padahal, hanya dia yang bisa mencairkan suasana kegalauan BI TENGAH.

 

 

NOVA   menerima   pesan.   Dari   seseorang   bernama       MAX        yang memperkenalkan dirinya dan menjadwalkan kunjungan ke Tongging.

CUT TO


SCENE 12: INT.  RUANG KERJA BI TENGAH - BANDUNG – DAY

BI TENGAH sedang berbicara dengan RASTA lewat telefon. Dia tampak marah dan kesal.

 

 

BI TENGAH

Ini kita sedang sulit. Penjualan menurun. Barang reture pun masih nyangkut di pelabuhan. Kau malah berencana tak pulang?

 

 

RASTA

Tapi, BI, NOVA…

 

 

BI TENGAH

NOVA lagi, NOVA lagi. Suruh dia telepon aku besok. FADE OUT

FADE IN

 

 

SCENE 15: EXT.  BANDARA UDARA HUSEIN SASTRANEGARA - BANDUNG NIGHT

MONTAGE Suasana bandara udara menjelang malam.

 

 

SCENE 16: INT. KABIN MOBIL RAJA – BANDUNG – NIGHT

Di dalam mobil duduk RAJA dan MAX di kursi tengah. MAX tampak mengatur isi tasnya. Sedang RAJA mencari sebuah booklet yang akan diberikannya kepada MAX

 

 

RAJA

BI TENGAH, titip salam. Dia tak bisa ikut menjemput.

 

 

MAX

Oke,tak apa. Sambutannya tetap istimewa.


RAJA

Ini ada booklet. Peta-peta tentang objek wisata di seputaran Toba. barangkali setelah liputanmu, kau tertarik untuk berkunjung ke salah satunya. Pesawat yang akan mengantarmu ke Medan, dinihari nanti. Di sana sudah ada yang akan menyambutmu.

 

 

MAX

Ku dengar, Deli pernah menjadi kerajaan untuk produksi cigar.

 

 

RAJA

Kau akan perkebunannya.

 

 

SCENE 17: EXT. BANDARA KUALA NAMU – DELISERDANG – MORNING

 

 

RASTA mematikan rokoknya. Dia menarik kerah jaket kulit dan berlalu menghampiri MAX yang keluar dari pintu kedatangan.

 

 

SCENE 18: EXT. BANDARA KUALA NAMU – DELISERDANG – MORNING

Di dalam kabin mobil duduk RASTA menyetir dan MAX duduk disampingnya.

 

 

RASTA (O.S)

Yakin kita langsung ke tanah karo? Tidak menghabiskan waktu barang semalam di Medan? Ini kota terbesar ketiga di Indonesia. Aku punya tempat bagus yang mungkin bisa kau datangi.

 

 

MAX

Waktuku tak banyak. Aku hanya dikasih izin waktu dua minggu untuk menyelesaikan artikelku mengenai pertumbuhan ekonomi pasca erupsi Gunung Sinabung.

 

 

RASTA


Apa pentingnya rekondisi ekonomi pasca erupsi Sinabung bagi orang di negara asalmu? Bukan kah kalian tak memiliki gunung vulkanik?

 

 

MAX

Kami punya Vaalserberg. Tegak di perbatasan tiga negara yakni, Belgia, Jerman dan Hollandia. Itu puncak tertinggi yang kami punya. Sekitar 323 meter di atas permukaan laut....

 

 

RASTA

Dan tak pernah erupsi?

 

 

MAX

Tak pernah menyulitkan pemerintah apalagi rakyatnya.

 

 

RASTA

Keren… negerimu paten! Dan 323 meter di atas permukaan laut, itu undukan tanah yang banyak dijumpai di sini.

 

 

MAX

Aha.

CUT TO

 

 

SCENE 19: INT. KANTOR BI TENGAH – BANDUNG – MORNING

BI TENGAH sedang duduk di meja kerjanya. Dia berbicara dengan NOVA melalui telefon. Sementara RAJA mondar-mandir di hadapan BI TENGAH sambil mencuri dengar pembicaraan.

 

 

BI TENGAH

Kalau segitu, aku bisa berikan siang ini juga. Tapi bagaimana kau bisa mempertanggungjawabkan uang itu?


Masuk RAJA membawakan print out proposal kerja.

 

 

RAJA

Ini, BI.

 

 

BI TENGAH

Letakkan di situ.

 

 

NOVA

Ketika pelabuhan di Tongging ramai dan banyak kapal menepi di sana, BI.

 

 

BI TENGAH

Kau ini keras kepala. Kita lihat nanti, apa yang bisa Andaliman Spice dapat dari pekerjaanmu ini. Jadi apa namanya?

 

 

NOVA

Tongging Travel, BI.

 

 

BI TENGAH

Oke baiklah. Kau sekarang mitraku. Dan, owner Tongging Travel, hari ini kau dapat tamu pertamamu.

 

 

NOVA

Bujur Melala, BI TENGAHku. Kam selalu tau dan mau mendukung apapun yang kukerjakan. Terima kasih BI TENGAH.

 

 

BI TENGAH

Ku tunggu Pelabuhan Tongging ramai. Kapal pesiarku mau berlabuh di sana.


 

NOVA

Siap BI. Segera

 

 

BI TENGAH

Itu si RASTA dan MAX sudah di Medan. Kau jaga si MAX. Di aitu betul-betul buta dengan Sumatera. Dan Kau suruh nanti si RASTA segera kembali ke sini. Banyak pekerjaan di sini.

 

 

NOVA

Baik BI TENGAHku. Aku akan menjadi guide yang baik untuk Tamu BIBI.

 

 

BI TENGAH

Tamu TONGGING TRAVEL

 

 

BI TENGAH mematikan telefonnya dan mulai bicara pada RAJA yang dari tadi duduk di mejanya.

 

 

BI TENGAH

Gila! Aku ini nekat tapi tidak gila seperti si NOVA

 

 

RAJA

Jadi, BI?

 

 

BI TENGAH

Setua  ini,  aku  baru  tau,  ada  diberu  dari  kampung-kampung     mau mengerjakan semua ini.

CUT TO


SCENE 18: EXT. HALAMAN KAFE EBEN – TONGGING – DAY

Persiapan  pendirian  Tongging  Travel  tampak  sibuk.           Orang      lalu Lalang. NOVA berbicara dengan RAJA melalui telepon.

 

 

NOVA

Aku tak tau kenapa BI TENGAH menawarkan nilai yang fantastis untuk membantuku. Sekarang aku yang jadi takut tak bisa memutar modalnya.

 

 

RAJA

Padahal, dia sedang kesulitan. Bisnisnya sedang macet.

 

 

NOVA

RAJA terima kasih atas bantuannya ya. Rayuanmu bisa meyakinkan BI TENGAH.

 

 

RAJA

Aku? Aku tidak merayunya. bagaimana bisa, merayu perawan tua yang sedang galau karena bisnisnya macet semua…

 

 

NOVA

Apa? Jadi siapa?

 

 

RAJA

Meneketehe

 

 

Masuk telefon dari RASTA menyela percakapan keduanya.

 

 

NOVA

Nanti kita sambung. Ada telfon masuk. Dari RASTA.


 

RASTA

Belanda ini merepotkanku. Salahku berbasa basi dengannya.

 

 

CUT TO

 

 

Peristiwa malam sebelumnya. RASTA dan MAX duduk di sebuah café di Berastagi. MAX menggoda seorang perempuan yang duduk sendiri di salah satu kursi. Dia sudah mabuk. RASTA menarik MAX. Tiba-tiba seorang lelaki menghampiri MAX dan memukul mata kirinya. RASTA menenangkan orang itu dan menjelaskan tentang MAX.

 

 

NOVA (O.S)

Kenapa dia?

 

 

RASTA (O.S)

Dia mabuk, dan bikin gaduh.

 

 

NOVA

Memangnya, kau tidak begitu di saat mabuk? Kau lebih parah, pakai

acara muntah segala…

 

 

RASTA

Kami sudah dekat

 

 

NOVA

Dimana?

 

 

RASTA

Merek.


 

SCENE 20: EXT. KABIN MOBIL – MEREK – EVENING

RASTA duduk memegang setir dan MAX meringis memegangi matanya.

 

 

RASTA

Masih sakit?

 

 

MAX

Ya. Tangan kalian tak seperti yang kuduga.

 

 

RASTA

Kan sudah kubilang. Sebelum kita naik, kutawarkan semalam di Medan. Tapi kau bilang waktumu singkat. Kau tak bisa bebas menggoda perempuan di sini. Perempuan di sini seperti Mawar… mahal. Banyak duri yang melindunginya.

 

 

SCENE 21: EXT. TONGGING – MORNING

SHOT ESTABLISH

Panorama pembukitan tongging dan Danau TOBA

NOVA memacu sepeda motornya menelusuri jalan jalan berbukit.

 

 

NOVA (V.O)

Tak kusangka pada akhirnya jalannya semakin lebar terbuka. Aku membayangkan membangun bisnis seperti memanjat tebing-tebing di Tongging. Bi Tengah sangat mendukungku. Dia percaya aku dan teman- teman di sini mampu menggerakkan mesin industri pariwisata.

JUMP CUT TO


SCENE 22: EXT. TRAVEL TONGGING – MORNING

NOVA sedang bekerja membangun kantornya ketika telefon dari MAX masuk dan mengingatkan NOVA bahwa sejak pagi dia menunggu NOVA di Kafe milik EBEN.

 

 

SCENE 23: INT. KAFE MILIK EBEN – TONGGING – DAY

NOVA masuk ke kafe dan menghampiri MAX yang duduk menghadap barisan pegunungan. Di hadapannya ada secangkir kopo dan tumpukan file yang dipermainkan angin.

 

 

NOVA

Aku lupa kita punya janji. MAX. Akhirnya…

 

 

MAX

Jurnal. Seperinya aku tak masuk dalam jurnalmu. NOVA

Oh, MAX. Aku minta maaf. Dan, Hei... kenapa matamu?

 

 

MAX

Sambutan hangat. Pertama aku menerima ini,(menunjukkan mata kirinya yang lebam) dan yang kedua, hampir ada nona yang tak menepati janji. Betul-betul negeri yang ramah...

 

 

NOVA

Aku minta maaf untuk ketidaknyamananmu. Rasta…

 

 

NOVA teringat pada RASTA, dia memeriksa kembali ponselnya. NOVA melihat pesan RASTA yang masuk dan belum dibuka.

 

 

RASTA menulis pesan


Aku titip menir ini. Hati-hati, dia terlalu ramah untuk perempuan karo seperti kam.

 

 

MAX

Tigabinaga. Tiganbinaga. Atau sesuatu yang terdengar seperti itu.

 

 

NOVA

Iya. Tiga Binanga. Rasta pulang ke rumahnya.

 

 

MAX

Good.

 

 

NOVA

Sorry....

 

 

MAX

Bagus. Sepertinya dia kurang begitu suka denganku.

 

 

NOVA

Max, maafkan kami yang telah memberikan kesan pertama padamu demikian buruk. Hm, bagaimana dengan kopi? Apakah itu semua bisa dimaafkan dengan secangkir kopi?

 

 

MAX

Itu yang kedua (menunjukkan gelas kopinya)

 

 

NOVA

Hm…

 

 

MAX


Tapi tidak masalah dengan cangkir ketiga. Dimana?

 

 

NOVA

Yuk, ada tempat yang indah untuk cangkir ketiga.

 

 

NOVA membantu MAX merapikan file-file nya ke dalam tas. Kemudian mereka pergi ke lahan dimana Tongging Travel akan berdiri.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 22: EXT. TERAS RUMAH NOVA – TONGGING – DAY

NANDE duduk ditemani EBEN dan BAPAK. Mereka sedang membicarakan aktivitas NOVA yang belakangan malah menguatirkan NANDE.

 

 

EBEN

Semua masih bisa dipantau, NDE. Di kafenya dia. Paling pun pergi, ke lokasi wisata yang baru dibuatnya. Karyawan kita di kafe pun memantau aktifitasnya.

 

 

NANDE

Bukan begitu. Dia itu anak perempuanku satu-satunya.

 

 

BAPAK

Biarkanlah. Dia sudah besar. Lagian dia kan sarjana ekonomi. Sudah pas nya itu bantu-bantu EBEN di kafenya. Daripada dia di Bandung. Semakin tidak terpantau.

 

 

NANDE

Impalnya si LISTON, sebentar lagi datang. Aku mau si NOVA menjaga sikapnya dan mengurangi aktivitasnya. Apalagi kudengar sekarang dia dikelilingi banyak teman laki-laki.


 

BAPAK

Beberapa kali kulihat dia diantar si RASTA. Kita KENAL si RASTA sejak mereka anak-anak.

 

 

NANDE

Eh, jangan kam salah, Pak. Belakangan ada lagi teman barunya. orang bule. orang Belanda.

 

 

EBEN

Si MAX? Dia tamu NOVA. Sudah dua hari ini menginap di salah satu ruangan di kafeku.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 24: EXT – TONGGING – BERASTAGI – DAY

MONTAGE: suasana Kota Berastagi. Hiruk pikuk pedagang di Pasar buah. Anak-anak naik kuda. Prosesi kematian di salah satu jambur.

 

 

SCENE 25: EXT. BERASTAGI – TONGGING – DAY

NOVA dan MAX duduk di sebuah kafe. Mereka singgah dan memesan minuman. Sambil melanjutkan cerita-cerita di sepanjang jalan.

 

 

MAX

Jadi sistem itu ya, ya terus berlaku. Dan membuat kalian tidak goyang dimasa erupsi yang tak bisa dijadwalkan itu? Apa tadi? Rakut Sitelu…

 

 

NOVA

Tutur Siwaluh dan perkaden-kaden sepuluh dua tambah sada. Itu perangkat adat yang terus hidup di kami.


 

MAX

Dan Ketika diaplikasikan ke dimensi ekonomi…

 

 

NOVA

Bisa jadi, Max. Seperti imajinasimu. Mungkin ikatan itu menjadi hal yang berpengaruh terhadap establish ekonomi kami. Gotong royong dan saling membantu…

 

 

MAX

Apa itu juga hidup di orang karo di luar tempat ini?

 

 

NOVA

Kemanapun orang karo pergi dia diikat oleh tanahnya. Oleh marganya. Dan sistemnya pun dia bawa. Kemanapun orang karo melangkah dia tetap menjadi karo. Dia selalu membawa tanahnya. Dan tetap menggenggam sumpahnya.

 

 

MAX

Dimana aku bisa melihat aplikasi yang nyata dari sistem ketahanan orang karo ini?

 

 

NOVA

Nanti, MAX. Tadi, ketika kita dalam perjalanan menuju Berastagi, ada prosesi si mate-mate…

 

 

MAX

Apa itu?

CUT TO


SCENE 26: INT. JAMBUR – BERASTAGI- DAY

Ada prosesi kematian. Ramai orang berkumpul menjalankan prosesi adat. NOVA dan MAX menghadiri dan mengambil posisi dari jarak jauh.

 

 

NOVA (O.S)

Tempat ini semacam Gedung volksraad di tempatmu. Jambur, namanya. Di sini kami juga berkumpul untuk membicarakan banyak hal demi kepentingan Bersama. Didesain memang tak berdinding. Kami orang yang terbuka, MAX. Orang di luar sana tak perlu curiga dengan orang-orang yang sedang berkumpul di sini. Dan orang di sini bisa langsung mendengar aspirasi dari luar sana.

 

 

MAX

Rumah Kaca? Kalian sudah biasa dengan demokrasi ya?

 

 

NOVA

Aquarium. Kau jangan pernah berpikir kalau kau sedang menonton. Karena, bisa jadi, sebenarnya kau lah yang sedang ditonton.

 

 

Kehadiran MAX dan NOVA di acara kematian di jambur itu mendapat tatapan tanda tanya dari wargayang sedang berkabung. Mereka berbisik-bisik…

 

 

MAX

Apa yang sedang dilakukan orang itu? Apa yang dia katakan, sehingga yang lain menangis?

 

 

NOVA

Dia mediator. Yang berbicara adalah orang yang mati itu.

 

 

MAX

Kau bercanda? Orang mati bisa bicara?


 

NOVA

Dan itu bisa memakan duurasi yang cukup lama, karena orang itu sedang bercerita tentang riwayat hidup si mati. Semakin Panjang umurnya, semakin kaya riwayatnya. Pokoknya ahli pidato dan monolog dimanapun bisa kalah. Tak ada naskah… karena si mediator juga baru kenal dengan pihak keluarga yang terkena musibah.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 27: EXT. JAMBUR – BERASTAGI- DAY

NOVA dan MAX menyalami beberapa orang yang dikenalnya di tempat itu. Max terus memotret, merekam gambar dan suara-suara yang berhamburan di acara itu.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 28: INT. KAFE MILIK EBEN – TONGGING – NIGHT

MAX duduk menghadap laptopnya. Sekali-sekali tangan kirinya diangkat menyrongkan gelas kopi.

 

 

MAX

Mereka patuh dan taat pada peraturan yang sudah diperkenalkan kepada mereka sejak usia dini. Aturan itu diwariskan. Erupsi Sinabung tidak dijadikan alasan untuk mereka mengeluh. Mereka punya kepercayaan, bahwa Sinabung bukanlah penyebab kemunduran perkembangan ekonomi mereka. Sinabung adalah bagian yang letaknya begitu sakral. Sistem Aron yang sudah mereka kenal jauh sebelum mereka lahir, membuat keseimbangan alam tetap terjaga. Gotong- royong dalam melewati kesulitan membuat mereka tak pernah terlihat lemah. Dan mereka percaya, nanti, pada masanya, Sinabung akan memberikan tanah-tanah yang lebih subur dari sebelumnya.

 

 

MAX berhenti menulis. Pesan masuk dari NOVA.


 

NOVA

Besok kujemput lebih pagi. Kita akan ke Gundaling

FADE OUT FADE IN

 

 

 

SCENE 29. EXT – PERJALANAN MENUJU GUNDALING – MORNING

MONTAGE

MAX dan NOVA mengunjungi beberapa tempat, seperti workshop uis dan anyaman tas. Mereka singgah di workshop pandai besi.

Max mengambil sebilah tumbuk lada dan memeragakannya seperti orang bermain anggar.

 

 

NOVA

No, MAX. Bukan begitu. Kami tak menggunakan tumbuk lada untuk menyerang.

 

 

MAX

Jadi, untuk apa ini dibuat?

 

 

NOVA

Kami pedagang, Max. Kami pemuja kedamaian. Kami bukan bangsa yang suka berperang. Pisau itu dibuat sebagai penanda, kalau pemiliknya adalah pebisnis. Penjual lada. Mana ada pedagang yang suka perang. Kecuali bisnisnya memang perang. Lagian pisau itu diselipkan laki- laki karo di acara pernikahan. Untuk apa membawa pisau ke acara bersatunya dua orang yang akan mengikat janji sehidup semati? Untuk perang? Hehehehe

CUT TO


SCENE 30: INT. SEBUAH KAFE DI GUNDALING - NIGHT

NOVA dan MAX kemudian singgah di salah satu kafe. Di dalam, terdengar music live sedang menyanyikan lagu Perik Sidua-dua dengan versi aslinya.

 

 

NOVA

Tempat ini dulu dibangun oleh bangsamu, Max. Namanya gundaling. tempat liburan akhir pekan tuan-tuan kebun.

 

 

MAX

Aku bisa melihat struktur tata kelola kawasannya. Ini mirip seperti rumah-rumah pedesaan di eropa. Di atas bukit ada chapel, tempat kami berdoa. Ada ranch tempat kami berkuda. Dan rumah yang dibangun bersusun di antara pebukitan. Hmmm. Biar kutebak, yang itu dibangun bukan pada masa kolonial kan?

 

 

NOVA

Benar. amatanmu jeli. meski dibangun semirip mungkin dengan bangunan belanda, tapi itu baru dibangun.

 

 

MAX

Aku punya foto lama tentang landscape tempat ini.

 

 

Mata MAX terus mengedar sambil terus mendengarkan lagu yang dibawakan penyanyi. Mereka berdua duduk berhadapan. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Penyanyi berhenti bernyanyi. Suasana mulai hening kembali.

 

 

MAX

Apa yang dinyanyikan tadi? Aku bisa merasakan energinya menyentuh emosiku. Bisakah kau menerjemahkannya untukku?

 

 

NOVA


Aku kirim nanti terjemahannya. Lagu itu berjudul Perik Siduadua, dituis oleh composer lagu karo, Rahmadsys Barus dan populer di era

80 an. Sampai sekarang menjadi semacam lagu kebangsaan di acara- acara pesta perkawinan.

 

 

MAX

Lagu kebangsaan di acara perkawinan? Ceritakan, bagaimana bisa.

 

 

NOVA

Lagu itu bercerita tentang sepasang manusia yang membangun komitmen dalam satu rumah tangga. Kami akrab dengan alam kami, sehingga, kami menggunakan unsur-unsur yang ada dan akrab dengan kami di dalam karya.

 

 

NOVA

Sepasang burung yang hidup bersama membangun sarang, satu menderita, yang lain ikut merasakan. Di rumah kami semua bekerja seperti kerbau.

 

 

MAX

Seperti kerbau?

 

 

NOVA

Kerbau Sada nioga. Kerbau satu pikulan. Biasa kami membajak sawah- sawah kami dengan menggunakan sepasang kerbau satu pikulan. Satu bekerja, yang lain harus ikut membantu. Satu Lelah, maka yang lain ikut beristirahat. Satu instruksi. Bentuk tertinggi dalam komitmen.

 

 

MAX

Dan nyanyian itu, bagian dari cara kalian meninggalkan pesan untuk generasi selanjutnya?


NOVA

Iya, MAX. Kami memiliki diksi dan kaya metafora.

 

 

MAX

Kalian tak punya musim salju. Kalian tak harus menyimpan makanan untuk bertahan untuk melewatkan musim itu. Wajar kalau kalian semua bisa menjadi filsuf.

 

 

MAX mengedarkan matanya ke seluruh ruang. Di sebuah pojok, dia melihat seseorang sedang menggulung tembakau.

 

 


 

 

Apakah itu sigar Deli?

 

 

NOVA mengangkat bahunya.


MAX


 

 

MAX

Sebentar.

 

 

MAX pergi menghampiri orang yang sedang menggulung tembakau.

 

 

MAX

Apakah itu cerutu Deli? Dimana bisa mendapatkannya?

 

 

Orang yang ditanya pun bingung, tak tau apa yang diucapkan MAX. NOVA menghampiri.

 

 

NOVA

Teman saya bertanya, apakah itu cerutu Deli?


TAMU

Oh, ini. Yes, yes mister. Apa tadi? Deli ya Deli cerutu

 

 

NOVA

Delicious.

 

 

MAX

Aku mau ke pabriknya. Sebelum pulang, aku mau kau antar ke sana. FADE OUT

FADE IN

 

 

SCENE 31. INT. RUANG TAMU RUMAH NOVA – TONGGING – DAY

NANDE duduk di kursi sambil terus memikirkan jalan hidup yang diambil NOVA. Sementara BAPAK duduk sambil memegangi rokoknya. EBEN duduk termangu menghadap pintu.

 

 

NANDE

Sudah banyak aku mendengar cerita di luar sana. Aku tak mau kita jadi kuan-kuan, Pak. Semua berbisik tentang NOVA dan bule itu. Sudah seperti perik sidua-dua kudengar mereka berhubungan.

 

 

NANDE

Inilah kenapa aku tak setuju pada rencananya membangun usaha barunya itu. Apa kata orang-orang. Tak kuat aku membayangkan apa saja yang akan dilakukan bule itu kepadanya...

 

 

Bapak mulai gelisah. Dia pun membayangkan kelakuan NOVA dan MAX serta penghakiman tetangga kepada rumahnya.

 

 

BAPAK


Sudah, Mak. Nanti kupanggil si NOVA. Dan kupenggal si bule itu kalau dia memang kurang aja. Cak kam apakan dulu BEN. Bel kan si NOVA.

CUT TO

 

 

SCENE 32. EXT. SEBUAH PASAR DI TONGGING – TONGGING – DAY

NOVA dan MAX sedang berjalan-jalan melihat keramaian pasar. MAX terus menjepret kameranya.

 

 

NOVA

Tempat, ini sebelumnya ramai oleh wisatawan lokal. Namun setelah semburan abu vulkanik, kehidupan mendadak penuh ketidakpastian. Sedikit yang mau berwisata dan belanja di pasar ini. Wisatawan berkurang drastic.

 

 

MAX

Ku dengar setelah letusan Sinabung dan relokasi penduduk, banyak warga lain datang dan memulai kehidupan di sini.

 

 

NOVA

Ini aneh, MAX. Sinabung masih terus erupsi. Banyak di antara kami pergi meninggalkan kampung. Tapi justru orang-orang dari Medan, Jakarta dan kota lain, masuk ke sini dan membangun banyak jenis usaha.

JUMP CUT TO

 

 

Di sebuah toko yang menjajakan hasil kerajinan tangan, MAX berdiri memepet NOVA. Dengan genit, MAX mencoba meraih tangan NOVA.

 

 

NOVA

MAX! Hentikan. Aku perempuan karo. Dan ini kampung bibi dan bengkilaku. Hampir separuh orang di sini, mengenal keluargaku.


MAX

NOVA, aku hanya ingin tahu, apakah telapak tanganmu sama seperti telapak tangan perempuan asia lainnya...

 

 

NOVA

Stop! ini tidak lucu. Kau mau orang-orang di sini menghajarmu?

 

 

MAX

Ini yang lucu. Dan aku mau tertawa...

 

 

NOVA

Aku mulai muak denganmu MAX. Aku akan laporkan ketidaksopananmu kepada BI TENGAH.

 

 

NOVA berlalu dengan tergesa-gesa, sambil mencari ponsel di tasnya dan berniat menelfon BI TENGAH. Tapi MAX buru-buru meraih tangan NOVA. NOVA menghempaskannya, sehingga ponsel yang dipegangnya terjatuh. Terjadi Tarik menarik di tengah keramaian.

 

 

Aksi itu menarik perhatian sehingga salah seorang pedagang meneriaki MAX sebagai copet.

 

 

PEDAGANG 1

Copet!

 

 

Sekejap mata, orang-orang langsung berhamburan mengejar MAX dan memukulnya. NOVA melerai dan menoba menjelaskan kepada warga.

 

 

PEDAGANG 1

Berani kau ya sama perempuan kami. Kutebak ko kari


PEDAGANG 2

Tobak anggo pak ho

 

 

PEDAGANG 3

Ai unang marbada hamu

 

 

NOVA

Tolong, hentikan. Ini salah paham

 

 

(P.O.V dari MAX yang dipukuli) FADE OUT

FADE IN

 

 

SCENE 33. INT. KAFE MILIK EBEN – TONGGING – DAY

MAX duduk di tempat favoritnya. Dia terus meringis memegangi matanya yang kanan. NOVA menghampiri sambil membawa baskom dan mulai mengompres mata MAX.

 

 

Telfon masuk, EBEN bertanya dengan nada suara yang keras

 

 

EBEN

KAM dimana? Aku dari kantormu, Tapi kata orang di situ kau sejak pagi tak ada ke sana.

 

 

NOVA

Aku di kafendu, Bang.

 

 

EBEN

Dengan MAX? JUMP CUT TO


 

Sebuah mobil berhenti mendadak di halaman. Suaranya sangat kuat. Nampak NANDE, BAPAK DAN EBEN keluar dari dalam. Mereka melihat NOVA sedang duduk Bersama MAX membelakangi mereka.

 

 

NANDE

Eh, apa kataku. Ini tak bisa dibiarkan.

 

 

EBEN

NOVA!

 

 

NOVA dan MAX terkejut dan menoleh ke belakang. Di sana sudah ada NANDE, BAPAK dan EBEN.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 34. INT. SALAH SATU RUANGAN DI KAFE MILIK EBEN – TONGGING –

DAY

Duduk di ruangan itu NOVA sambil memegangi tangan NANDE. Dia menangis. Sementara Bapak berdiri memegang rokoknya.

 

 

NOVA

Tolonglah NANDE, BAPAK, dia adalah tamu pertama. Usahaku tergantung pada berita yang akan ditulisnya nanti di kampungnya sana.

 

 

BAPAK

Jadi orang ini yang dipukuli oleh orang di pajak tadi?

 

 

NOVA


Iya pak. Aku masih NOVA BERU GINTING MUNTE. Aku tau apa yang kulakukan. Dia kurang ajar. Tapi dia mau belajar. Dia akan menulis banyak artikel tentang usahaku membangun bisnis ini.

 

 

NANDE

Sedih aku melihatmu begini NOVA. Di ladang, kita punya kehormatan. Walaupun paceklik, kita tetap bisa bertegak muka.

 

 

NOVA

Sekali ini NANDE. Setelah itu aku siap dengan apapun yang Kam mau dari ku...

 

 

NANDE tersenyum. Dan menepis air matanya. Masuk EBEN disusul MAX

 

 

EBEN

Aku tak tau kali apa yang dia bilang. Tapi kuhitung ada 50 kali lebih dia bilang sorry sorry.

 

 

MAX

Meneer, Mevrouw.... im sorry....

 

 

BAPAK

Ooh yessss. Yes Meneer. You meneer.. FADE OUT

FADE IN

 

 

SCENE 35. INT. SEBUAH KAFE – TONGGING – DAY

Di sebuah kafe nampak RASTA sedang duduk malas melihat ponselnya. Dia membaca artikel yang ditulis MAX mengenai perkembangan ekonomi warga terimbas erupsi. Wajahnya kusut. Dan memancarkan ketidaksenangan...


CUT TO

 

 

SCENE 36. EXT. PEMBANGUNAN TONGGING TRAVEL – TONGGING - DAY

Aktivitas pembangunan terus berlangsung. MAX muncul dan menyapa orang-orang yang ada di sana. Dari kejauhan, NOVA melambaikan tangannya.

 

 

NOVA

Hai MAX. Maaf aku belum sempat ke kafe, bagaimana matamu?

 

 

MAX menyorong kan tangannya memberi sinyal tidak apa-apa.

 

 

MAX

Apakah ini tempatnya?

 

 

NOVA

Voila! Di sana nanti akan berdiri juga foodcourt kuliner tradisional. Menghadap ke Danau. Biar orang-orang sepertimu yang merindukan ketenangan bisa menyantap makanan dengan lebih kensentrasi. Di sana akan kita bangun pasar buah modern. Dan tempatmu berdiri itu tadi, akan berdiri Menara Gardu Pandang Tongging. Sehingga view Danau Toba yang indah bisa semakin jelas dilihat.

 

 

MAX

Bagus. Aku sudah sehat. Kemana kita jalan hari ini?

 

 

NOVA

Kau memang berbakat jadi pengusaha, tak mau menyianyiakan waktu walau matamu bertambah jumlah lebamnya…

 

 

MAX


Argo… Argomu terus berjalan…

 

 

NOVA

Baiklah, kemana kau mau?

 

 

MAX

Itu yang kau bilang sebuah hamparan luas seperti dalam Film Sound of Music

 

 

NOVA

Siap Bos! Sesuai aplikasi ya? Tapi sebelumnya aku akan membawamu ke sebuah tempat, ini akan jadi tulisanmu yang bagus.

 

 

SHOT ESTABLISH

Lokasi pembangunan Tongging Travel dari udara CUT TO

 

SCENE 37. EXT. SUASANA PANORAMA – TONGGING – DAY

MONTAGE: Sejumlah tempat yang disinggahi MAX dan NOVA

 

 

Mobil NOVA dan MAX berhenti di sebuah kampung yag sedang menggelar festival kerja tahun. NOVA dan MAX keluar dari mobil danmenghampiri kerumunan.

 

 

NOVA

Ini festival selamatan. Bentuk rasa syukur kami kepada pemberi rejeki.

 

 

MAX


Ramai, dan banyak makanan

 

 

NOVA

Kerja tahun, biasanya semua warga suatu kampung yang sudah menyebar di segala penjuru angin, akan pulang untuk ikut merayakannya Bersama keluarga.

 

 

MAX

Keren…

 

 

Langkah Nova terhenti. Mulutnya terkatup. Dia melihat LISTON ada di sana, berkumpul dan sedang berbicara dengan beberapa warga.

 

 

NOVA

MAX, aku ceritakan tentang ini di mobil saja, sekarang, ayo, kita ke tempat utama.

JUMP CUT TO

 

 

NOVA dan MAX sudah kembali ke dalam kabin. Nova menarik nafas dalam-dalam. MAX memperhatikan NOVA dengan dalam. NOVA menyembunyikan perasaannya. Dia mulai menghidupkan mesin mobil lalu mulai bercerita.

CUT TO

 

 

SCENE 38. EXT. SUASANA PANORAMA – TONGGING – DAY

Mobil NOVA dan MAX berjalan menelusuri bukit-bukit

 

 

MAX (V.O)

Perempuan ini istimewa. Aku bisa membayangkan hari-hariku dimasa datang penuh dengan kegilaan dan keajaiban kata-kata. Dia seakan tak pernah lelah menjelaskan apa-apa yang di ketahui. Senyumnya. Tawanya. Dan itu membuatku seakan abadi, seperti kisah-kisah abadi


yang diceritakannya. Kekuatan dan daya analisaku luluh setiap kali dia memperlihatkan padaku, cara pandangnya yang menurutku bukan hal yang biasa. Gagasan, ide cemerlang. Dia seperti Syahrazade dalam kisah 1001 malam… di depannya, aku bukan penulis. Tapi anak kecil yang sedang menunggu masuk ke alam mimpi.

 

 

 

Mobil berhenti di sebuah padang rumput ya luas. Max turun disusul NOVA

 

 

NOVA

Ini dia.

 

 

NOVA kemudian berlari menjauhi MAX. SOUND: Opening Film Sound of MUSIC

 

MAX (V.O)

Dan sekarang dia seperti Maria. Yang akan mengasuhku dan memberikanku banyak cerita dan membayar lunas keletihanku setelah seharian bekerja.

 

 

MAX berlari menyusul NOVA. Dia ikut berputar-putar dan memeragakan anak anak manis di film itu. Mereka menirukan adegan di Film Sound Of Music

 

 

DISOLVED TO

 

 

Hujan rintik mendadak turun.

 

 

NOVA berlari ke puing-puing sebuah rumah tua yang ada di dekat situ


NOVA

MAX, sini…

 

 

MAX

Help me. Aku takut hujan…

 

 

NOVA

Seperti dongeng bulangku… belanda takut hujan…

 

 

MAX

Hehe. Apa saja, asal kau tertawa…

 

 

NOVA

Kenapa?

 

 

MAX

Aku suka dengan caramu tertawa

 

 

NOVA

MAX, sini. Sedikit lebih rindang. Mestinya hari ini cerah. Sayang turun hujan.

 

 

MAX

Dari balik tirai rinai hujan ini aku masih bisa melihat keindahan semua ini. Sayang, sekelilingku berpijak terasa spooky.

 

 

NOVA

MAX,  kau  tau,  tempat  ini  dibangun  pada  1932.  Orang setempat mengenalnya sebagai rumah tuan. Tuan Gomuk. Menurut cerita, tempat


ini dulunya megah. Dihuni sepasang suami istri berkebangsaan Jerman.

 

 

MAX

Ya aku bisa merasakannya. Puing-puingnya mengatakan ini pasti tempat seorang eropa yang bermukim dan mengenang kampung halamannya. Hei, perapiannya masih tegak berdiri…

 

 

NOVA

Artinya, sejak masa lampau, orang-orang eropa sudah menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata dan berlibur.

 

 

MAX

Separuh eropa jatuh melarat di tahun itu. Sedikit yang bisa menikmati liburan.

 

 

NOVA

Yes. Krisis ekonomi yang memacu perang dunia kedua. Di sini kami mengenangnya sebagai tahun malaise. Tahun meleset…

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 39. EXT. JALAN MENUJU KAFE EBEN – TONGGING – MORNING

NOVA mengendarai sepeda motornya dengan kencang. Berita mengenai travel warning yang dikeluarkan sejumlah negara menyusul merebaknya covid 19 membuat diatampak semas dan gelisah.

 

 

NOVA (O.S)

Hollandia juga sudah mengeluarkan travel warning. MAX, bagaimana ini, mimpiku hancur dalam semalam…

CUT TO


SCENE 40. INT. KAFE EBEN – TONGGING – MORNING

MAX Sedang mengemasi barang-barangnya. Dia tampak cemas dengan rencana penutupan penerbangan. NOVA tiba dan langsung menghampiri MAX yang sedang mengemasi barang-barangnya.

 

 

MAX

Aku pun tak tau sampai kapan peringatan ini berlaku.

 

 

NOVA

Kukira semua akan berjalan baik-baik saja. Bagaimana menurutmu, MAX?

 

 

MAX

Entahlah. Aku tak tau dengan apa di balik semua Itu.

 

 

NOVA

Aku baru memulai harapan baru. Warga kami baru saja membangun mimpi. Tapi semua kini layu Kembali.

 

 

NOVA bolak balik melihat jam di layar ponselnya. NOVA

Jadi ini adalah kunjungan terakhirmu sebagai tamuku. Bagaimana dengan rencanamu melihat pabrik Tembakau Deli?

 

 

MAX

Tentu, itu akan jadi cerita lain yang menarik yang bisa kukisahkan…

CUT TO

 

 

SCENE 41. EXT. KAFE EBEN – TONGGING – MORNING

Mobil EBEN berhenti. Kemudian EBEN menyerahkan mobilnya kepada NOVA.


CUT TO

 

 

SCENE 42. INT. KABIN MOBIL – MENUJU MEDAN – MORNING

MONTAGE: Nyaris sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Hanyut dalam bayangan masing-masing mengenai Covid 19. Sesekali NOVA tampak gelisah dengan ponselnya. Dan berbicara dengan orang di seberang telefon.

 

 

SCENE 43. EXT. SUASANA PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI – DELISERDANG –

MORNING

Tampak NOVA dan MAX berbicara dengan seorang teman NOVA yang membawa berkeliling di area perkebunan. Mereka kemudian berpisah mobil dan menuju ke kantor perkebunan di MEDAN.

 

 

SCENE 44. EXT. HALAMAN KANTOR PERKEBUNAN – MEDAN – DAY

NOVA dan temannya tampak berjalan menuju Gedung untuk menanyakan jadwal kunjungan ke petugas. MAX memisahkan diri dan mengambil beberapa foto di sekitar Gedung. Dia berhenti lama di depan sebuah pot bunga mawar yang sedang mekar.

 

 

INSERT MAX memotret bunga mawar itu berkalikali, hingga menemukan gambar yang bagus.

 

 

NOVA memanggilnya untuk bergabung dan sama-sama masuk ke dalam Gedung.

CUT TO

 

 

SCENE 45. EXT. PERJALANAN MENUJU BANDARA – MEDAN – DAY

Di dalam mobil, duduk NOVA menyetir dan MAX melamun. Keduanya tak berbicara sejak dari Gedung perkebunan tembakau.


NOVA

Aku tak tau, apa tulisanmu itu bisa membantu usaha kami. Tapi aku akan menunggu tulisan-tulisanmu.

 

 

MAX

Dan aku menunggu ceritamu yang tak pernah selesai itu. Dan lebih dari itu, tadi Ketika di pabrik, aku melihat ini. Bunga yang bagus.

 

 

NOVA

Rose…

 

 

MAX

Tunggu jangan ceritakan apapun tentang mawar. Aku tak mau kau

merusak imajinasiku tentang mawar…

 

 

NOVA tertawa

 

 

MAX

Aku kirim kepadamu sebagai tanda persahabatan kita.

 

 

NOVA

Terima kasih MAX. Aku punya yang hidup dan lebih segar.

 

 

MAX

Aku tau, tapi itu punyamu. By the way, kau tau kenapa mawar punya banyak duri mengelilingi tangkainya?

 

 

NOVA

Sepertinya, selain tulip, kau tau banyak tentang mawar…


MAX

Nanti, sesampai di sana, aku akan cerita tentang mawar. Hanya mawar

dan durinya…

CUT TO

 

 

SCENE 46. EXT. BANDARA UDARA KUALA NAMU – DELISERDANG – NIGHT

Mobil yang mengantarkan NOVA dan MAX tiba di parkiran, aktifitas di Bandara mulai ramai dengan orang-orang bermasker mulai sepi.

 

 

NOVA

Jangan lupa, tulisan terakhirmu tentang tembakau kami, kutunggu.

 

 

MAX

Terima kasih NOVA, hal pertama yang kulakukan setelah masuk ke dalam penjara covid itu adalah menulis tentang tembakau Deli.

 

 

Keduanya berpisah. NOVA melihat MAX masuk dan menungguinya hingga hilang dari pandangan mata.

 

 

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 47. INT. KAFE MILIK EBEN – TONGGING– NIGHT

RASTA duduk sendiri. Dia terus memandangi sekuntum mawar merah. Sementara layar ponselnya terus terbuka dan memperlihatkan pesan dari NOVA yang mengatakan dia menginap di rumah temannya di Medan.

 

 

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 48. INT. RUMAH NOVA – TONGGING– MORNING


 

NANDE dan BAPAK sedang duduk sambil menonton pemberitaan Covid. NANDE semakin gusar, mengingat jadwal kepulangan LISTON ke Inggris segera menyusul.

 

 

NANDE

Kita tak punya waktu lama, PAK. Si LISTON pun segera mempercepat kepulangannya ke Inggris. Pemerintah mulai menutup kedatangan orang dari luar.

 

 

BAPAK

NOVA itu anak perempuan ku satu-satunya. Harapan terbesarku adalah melihat dia bahagia. Tak pernah kulihat dia sebahagia Ketika dia membicarakan tentang ide-idenya memajukan kampung, Mak. Sekarang dia sedih. Dalam hitungan hari covid ini sudah merebut kebahagiaan darinya.

 

 

NANDE

Dia akan lebih Bahagia nanti bila hidup dengan impalnya.

 

 

BAPAK

Iya. Dia akan Bahagia. Tapi, travel ini, adalah kebahagiaan dia.

 

 

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 49. EXT. TONGGING TRAVELS – TONGGING– DAY

Aktivitas di kantor TONGGING TRAVELS mulai ramai. Tampak beberapa karyawan sedang memegang kamera dan mencicipi berbagai hidangan makanan.


NOVA berbicara dengan MAX tentang banyak hal mengenai keberlangsungan bisnis di masa pandemic.

 

 

RASTA duduk di salah satu pojok, dan terus mengamati NOVA.

 

 

MAX

Aku mulai gila dengan kehidupan di sini. Semua akses ditutup. Aku mulai ragu dengan eksistensi manusia dan kemanusiaan,

 

 

NOVA

MAX, aku juga punya rencana gila untuk bertahan dikegilaan ini semua.

 

 

MAX

Kegilaan macam apa yang mau ditampilkan oleh perempuan gila sepertimu?

 

 

NOVA

Pameran kuliner, eksebisi buah dan sayur

 

 

MAX

Pameran? Dimasa pandemic seperti ini?

 

 

NOVA

Kau bisa menulis ceritanya. Dan meyakinkan kalau foto-foto yang akan kita share di medsos Tongging Travel itu nikmat. Buah dan sayurnya segar. Seperti baru dipetik.

 

 

MAX

Ini cara lain untuk memiliki alasan hidup. NOVA! Hari ini semua orang dipenjara di apartemennya masing-masing. Dan kau menyuguhkan


aneka  foto  yang  akan  dirindukan  orang?  Nostalgia       dan   harapan mencicipi lezatnya kuliner karo.

 

 

MAX membuka laptopnya dan melihat foto-foto yang pernah diambilnya ketika masih berada di Karo.

 

 

MAX

NOVA, kau memang gila! Aku tak pernah memikirkan ini sebelumnya!

 

 

NOVA

Kau sibuk dengan foto mawarmu itu…

 

 

Tiba-tiba EBEN muncul dan langsung menghampiri NOVA.

 

 

NOVA (O.S)

MAX, nanti kita sambung kegilaanya…

 

 

EBEN berbisik kepada NOVA. NOVA tersedu dan berlari ke dalam mobil EBEN

 

 

(P.O.V) RASTA SHOT

CUT TO

 

 

SCENE 50: INT. RUMAH NOVA- TONGGING – NIGHT

Di ruang Tamu duduk NANDE, BAPAK IMRAN dan EBEN sedang membicarakan rencana pernikahan NOVA dan LISTON. NOVA sudah kembali ke kamarnya.

 

 

EBEN


Tak perlu memaksanya, NANDE. Kalau dia memang tak siap dengan pernikahan dan hidup Bersama LISTON, berikanlah keleluasaan.

 

 

NANDE

Dia sudah hampir 30, bukan anak-anak lagi. Aku sudah beranak tiga diusia itu. Sudah bisa menjaga sikap sebagai seorang istri dimanapun aku berdiri.

 

 

IMRAN

Lagian hidup semakin sulit, lihatlah, covid menyuruh kita istirahat sejenak dan memulai hidup yang baru. Sebentar lagi pintu keluar masuk ke wilayah ini pun segera ditutup. Tak ada yang tau sampai kapan. Tak ada harapan bila NOVA bersikeras dengan apa yang ada di batok kepalanya itu.

 

 

EBEN

Tapi dia bukan anak-anak lagi. Dia cukup mandiri. Aku mengawasinya.

 

 

IMRAN

Justru karena dia bukan anak-anak lagi, kita harus menjaga muka kita. Menjaga nama baik Gintig Munthe ini. Lagian kalau dia dengan si LISTON, dia akan hidup jauh lebih baik. LISTON itu berbakat. Dia banyak menawarkan solusi dan memberikan terobosan dan strategi dagang untuk petani wortel. Dia calon bupati masa depan!

 

 

NANDE

Sudahlah, sejak saat ini, dia tak boleh lagi ke lahannya itu. Itu bukan kerjaan. Kam, BEN, jangan kam terima dia lagi di kafe kam itu.

CUT TO

 

 

SCENE 51: INT. KAMAR NOVA- TONGGING – NIGHT


NOVA duduk di atas Kasur. Dia menangis sesenggukan. Kertas kertas kerjanya berserak. Laptopnya masih terbuka. Masuk pesan. Foto bunga mawar. Nova menoleh, membuka pesan, tak lama disusul dengan panggilan video yang masuk.

 

 

MAX

Sudah dapat fotografer yang bisa memindahkan lezatnya makanan khas karo di sana ke orang-orang yang sudah bosan dipenjara di rumahnya di segala penjuru dunia?

 

 

Nova mengangguk pelan. Tidak bersemangat.

 

 

MAX

Aku pun berpikir untuk membuat hal yang sama dengan bunga-bunga di sana. Di sini, tulip adalah bunga kebangsaan kami. Kami memasarkannya ke penjuru dunia. Alam menolak diatur siapapun, meski manusia di kurung, tulip tetap tumbuh. Dan kami mengirimkannya kepada manusia yang lain di luar sana, sebagai tanda kami masih hidup.

 

 

MAX

Kau tau maksudku? Tanah di pegununganmu adalah surga untuk keindahan tumbuh. Nanti, setelah kegilaan semua ini berakhir, aku membayangkan, tulip juga tumbuh di sana, sebagai cadangan pasokan kebutuhan industry tulip di sini. Pameran mawar-mawar itu akan membuka peluang, tulip bisa berdampingan dengan yang lain. Konsepkan pameran foto yang bagus. Aku akan membuat ceritanya.

 

 

MAX

Nova? Kau tidak suka dengan ide ini? Kau tidak meresponsku. Ada apa dengamu.

 

 

NOVA

MAX, tidak apa-apa. Don’t mind.


 

MAX

Tapi, apa aku terlalu serius? Atau, ide itu biasa saja dan kau tak tertarik mendengarnya?

 

 

NOVA

Sudahlah, MAX. Aku sedang bingung. Pikiranku sedang tidak sehat. Bisakah kita membicarakan hal ini di lain waktu.

 

 

MAX

Oke, Maria. Aku menunggu. Tapi selain hal itu, tadi aku mau sedikit pameran di depanmu. Bukan Maria saja yang bisa bernyanyi, Kapten Von Trap juga.

 

 

NOVA merespons dengan malas.

 

 

MAX

Tapi agaknya, kau tak punya mood untuk melihat aku mendemonstrasikan sedikit keahlianku selain menulis berita.

 

 

NOVA

Kau tidak keberatan, pameran Kapten VonTrap mu itu kita tunda?

 

 

MAX

Baiklah Maria. Hubungi aku kalau kau siap untuk membeli tiketnya

 

 

NOVA

Ah, kau. Aku tutup ya.

 

 

MAX


Baiklah. Sampai bertemu di Konser tunggal keluarga Von Trap.

 

 

NOVA menutup telefonnya. Pikirannya kembali kusut

 

 

SHOT

Isi kamar dan wajah nova yang sedih.

 

 

MAX (V.O)

Ini bukan bisnis. Aku tak bisa identifikasi ini. Mungkin ruangan dan kebosanan ini sudah membuatku gila. Dia muncul di tengah kegilaan ini semua. Apa yang harus kulakukan? Aku menghormati kebaikan orang-orang di sekelilingnya. Konsistensi dan kebiasaan yang berlaku di sana. Aku tak bisa. Aku bukan mereka.

 

 

JUMP CUT TO

 

 

MAX mengambil gitar dan harmonica. Meniup dan memetik. Dia menyanyikan sebuah lagu yang belakangan memang sering dimainkannya bila setiap merindukan karo.

 

 

JUMP CUT TO

 

 

Di kamarnya NOVA benar-benar ingin menumpahkan perasaannya. Dia tak mau membantah NANDE yang sudah berharap NOVA akan menikahi LISTON. Tapi dia memang ingin menjalankan kehidupannya dengan caranya.

CUT TO


SCENE 51: INT. TONGGING TRAVEL - TONGGING – NIGHT

Tampak kesibukan di Tongging Travels mulai sepi. RASTA masih duduk. Menghabiskan rokoknya. Matanya terus memandangi bunga mawar di dalam pot.

 

 

RASTA (V.O)

Oh Karo simalem. tanah kelahiran tanah pujaan. NOVA, aku tak tau, siapa yang benar di antara kita. Ada yang perlu dipertahankan. Ada yang perlu diperjuangkan. Tapi hidup harus terus berjalan. Tanpa paksaan. Tanpa paksaan…

 

 

Kemudian, dia memetik mawar dan tangannya terluka oleh duri. Jarinya tertusuk duri. Darah menetes dari jarinya.

 

 

RASTA (V.O)

Keindahan itu mahal. Dan membutuhkan pengorbanan untuk mempertahankannya. Oh tanah karo simalem. tanah kelahiran, tanah pujaan. Aku akan menjadi duri untuk melindungimu…

CUT TO

 

 

SCENE 52: INT. FLEET MAX - ROTTERDAM – NIGHT

MAX menghentikan lamunannya. Alunan gitarnya berhenti. Persis setelah ada panggilan suara dari ponselnya. NOVA menelfon.

 

 

NOVA

MAX, kau sudah tidur?

 

 

MAX

Belum, apa kau sudah siap melihat pameran bermusikku?

 

 

MAX

Sebentar kita video call saja. Pertunjukan akan dimulai


NOVA

MAX, aku…

 

 

Telfon mati. Panggilan berubah menjadi video call. Max sudah memegangi gitar dan harmonikanya. Nova menatap layar dengan tatapan yang kosong. MAX memainkan harmonikanya sebagai intro, kemudian berpindah ke gitar. MAX menyanyikan perik si duadua dengan terbata-bata. NOVA menggantikan posisi kamera. Sehingga MAX tidak bisa melihat wajahnya. Namun MAX tetap menyelesaikan lagu itu.

 

 

MAX

NOVA, kau di sana?

 

 

Nova mengembalikan kamera.

 

 

MAX

Kau menangis? Aku minta maaf. Apakah aku salah menyanyikan lagu itu? Kau tak suka?

 

 

NOVA

MAX, aku punya cita-cita yang tinggi, kau tau? Aku tak tau harus bicara dengan siapa tentang ini. Tapi di pikiranku, hanya ada kau,

 

 

MAX

Aku pendengarmu yang baik, NOVA. Sejak kita pertama bertemu. Ceritakan. Aku mendengarmu.

 

 

NOVA

Terima kasih. Sebelumnya aku tak mau terlihat rapuh di depan siapapun, apalagi di depanmu. Tapi aku bingung. Benar-benar bingung. Aku tak tau harus kepada siapa aku menceritakan ini.


MAX

Ini pertama kali kau berbicara serius tentang dirimu.

 

 

NOVA

Keluargaku segera menetapkan hari pernikahanku dengan impalku. Mestinya aku bahagia. Tapi kenyataannya tidak. Aku tidak bisa menerima pernikahan itu. Seandainya aku punya satu alasan yang kuat untuk bisa menerima atau menolaknya, aku tak tau max. kehidupan ini sudah menjebakku. Bagaimana menurutmu, MAX?

 

 

MAX

Adat yang hidup di antara kaummu sungguh kuat. Dan itu yang membuat eksistensi kalian saling terikat. Kalian sudah melewati masa-masa sulit dengan terus bergandengan tangan. Dan itulah kekuatan. Kadang-kadang, aku membayangkan bisa menjadi bagian dari kalian. Punya peran dalam sebuah acara, entah itu sebagai anak beru, sukut atau kalimbubu. Punya seorang impal, dan merasakan seperti yang sekarang kau rasakan.

 

 

NOVA

Aku tak bisa hidup dengan bang LISTON. Aku… aku punya gairah dalam hidupku. Dan jalan hidup yang kupilih ini takkan bisa dipahami keluarga besarku. Tiba-tiba semua jadi tak berpihak padaku. Aku tak punya alasan lagi untuk meneruskan travel hidupku.

 

 

MAX

Jangan! Kau tetap bisa menjadi pemandu.

 

 

NOVA

Tapi bang LISTON kuragukan punya waktu untuk mendengar ocehanku…

 

 

MAX


Aku. Aku pendengar setiamu. Berapa malam ini, kau suka merpet di mimpiku.

 

 

NOVA

Tidak lucu, Max. Aku serius.

 

 

MAX

Aku tidak sedang melucu NOVA. Belakangan ini, aku tak tau bagaimana kau bisa masuk kedalam mimpiku dan bercerita lebih banyak tentang hal hal yang aku tidak ketahui.

 

 

NOVA

Kau membuatku takut MAX

 

 

MAX

NOVA. Aku tau, kita jauh dalam segala hal. Warna kulit, kebiasaan, cara kita menghadap hidangan di meja makan, jarak yang terbentang… ini tak seharusnya kulakukan. Kami terbiasa dengan keterbukaan. Dan hari ini, hanya kau yang tersisa dari kewarasan di tengah badai kegilaan covid ini!

 

 

NOVA

Aku tak mau mendengarnya…

 

 

MAX

NOVA, keluarkan aku dari beban ini. Bantu aku. Aku ingin menjadi salah satu duri yang tumbuh mengawal bunga mawar… aku mencintaimu nova.

 

 

NOVA

MAX, sudahlah. Kau membuatku semakin hancur. Aku akan melupakan leluconmu yang ini.


 

MAX

Lelucon? Setelah kau bebas masuk dan membawaku keliling di banyak tempat di dalam mimpiku?

 

 

NOVA

Max!  Aku  dipaksa  menikah,  dan  kau  menggombalku?      Kau  sudah

mencederai pertemanan kita…

 

 

MAX

Gombal? Apa aku seperti Don Juan? NOVA, aku tak berniat mencederai pertemanan kita. Katakan padaku, apakah aku boleh menaikkan proposal permintaan? Mengubah pertemanan ke pernikahan? Katakan, NOVA? Ini hanya terjadi padaku? Atau di dalam mimpimu kau pun telah memanduku menjelajah banyak tempat? NOVA, ini tak seharusnya kulakukan. Seharusnya aku pergi ke bandara, terbang melipat jarak

10 ribu kilometer di antara kita dan mengatakan ini semua langsung di hadapanmu,

 

 

NOVA

Cukup MAX! Kepalaku semakin berat.

 

 

MAX

Nova! Nova! Nova!

 

 

NOVA memutus telefonnya. Dia menangis terus. MAX mengiriminya pesan bergambar. Sebuah mawar yang selalu dikirimnya ke NOVA. MAX menulis pesan dibawahnya.

 

 

MAX

Biarkan aku menjadi durimu. Menjadi pelindungmu


NOVA membaca pesan yang masuk dan membalas

 

 

NOVA

Kau jahat MAX! Kau Jahat! 143

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 53: EXT. PERJALANAN - TONGGING – NIGHT

NOVA berkeliling TONGGING sendirian naik sepeda motor. Dia mengunjungi beberapa tempat yang pernah disinggahinya bersama MAX. Ingatan-ingatannya kembali ketika MAX masih menghabiskan waktu di Karo.

 

 

Dia mengenang MAX, sebagai seorang teman yang lucu, pandai bercerita dan suka membuat tertawa. Sepanjang hari NOVA menghabiskan waktu untuk mengenang MAX, mimpinya yang terhenti dan rencana pernikahan dengan LISTON.

CUT TO

 

 

SCENE 54: INT. RUMAH NOVA - TONGGING – DAY

NANDE sedang duduk menghadap televisi. Nande sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel. Matanya berkaca kaca.

 

 

BI HARTINA

Kau jangan melampiaskan dendam masa lalumu kepada NOVA ya? Dia memang Anakmu. Bagianmu. Tapi tak bisa kau paksakan maumu tanpa memperhitungkan apa maunya. Dia bukan kau.

 

 

NANDE

Eh, kenapa Kam. Kenapa kam bawa-bawa masa lalu? Siapa yang cerita soal rencana pernikah NOVA dan impalnya itu? Siapa yang bilang si NOVA tak mau ikut pada pilihan keluarga besar?


 

BI HARTINA

Sudahlah, di sini masih terlalu pagi untuk marah-marah dan memberimu kuliah. Yang jelas, si NOVA itu bukan anak-anak lagi. Yakinkan padanya, tanya dia, benarkah dia menerima karena dia suka? Aku minta maafkalau ada salah kata. Kam perlu renungkan lagi rencana itu.

CUT TO FLASHBACK

 

SCENE 55: INT. AULA PENCARIAN BAKAT - MEDAN – NIGHT

Dari tengah penonton, seorang bapak menghampiri sekelompok band perempuan yang sedang bernyanyi di atas panggung.

 

 

Kelompok band berhenti. Sang bapak menarik paksa salah satu dari ketiga perempuan yang menyanyi. Ikat kepala anak perempuan itu jatuh. Seorang temannya mengutip dan memegang kain itu.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 56: INT. RUMAH NOVA - TONGGING – NIGHT

NOVA masuk ke dalam rumah. Hatinya sudah siap menerima segala. Dia berjalan dengan langkah ringan. Dan melihat NANDE sedang duduk sambil memegangi bungkusan pemberian BI TENGAH.

NANDE menepis airmatanya, ketika NOVA datang menghampiri.

 

 

NOVA

Nde, kam kenapa?

 

 

NANDE

Tak apa-apa.


NOVA

NANDE…

 

 

NANDE

Sudahlah NOVA, BI TENGAHmu sudah menyadarkanku, BI HARTINAmu pun sudah menegurku dengan keras. Tak seharusnya aku memaksakan kemauanku. Kau puya kehidupan sendiri. Ambillah dan terima semua resiko dari pilihan-pilihan yang kau ambil…

 

 

NOVA

Tak perlu begitu NANDE,

 

 

Air mata NOVA mengalir. NANDE menyodorkan ikat kepala pemberian BI TENGAH

 

 

NANDE

Ini, kau saja yang simpan. Selain travelmu itu, ada lagi hal yang membuat kau menolak LISTON? siapa laki-laki itu?

 

 

NOVA

Aku tak mau melihat Kam bersedih, NANDE. Aku tak mau Kam menangis. Tapi benarkah yang kudengar ini semua? Benarkah, NANDE akan merestuinya?

 

 

NANDE

Siapa?

 

 

NOVA

MAX…

 

 

NANDE


Haaaa. Kau memang tak mau aku menangis, tapi kau mau aku mati… Oh TENGAH, OH HARTINA, bunuh ajalah aku. Yang kumau si LISTON… tapi yang datang si MAX… oh Tuhan? Apa salahku?

 

 

NOVA

NANDE…

 

 

DISSOLVE TO

 

 

SCENE 57: INT TONGGING TRAVEL – TONGGING – DAY

RASTA duduk di salah satu kursi dan berbicara dengan MAX lewat telefon.

 

 

RASTA

Kau pikir mudah menjadi bagian dari kehiduan kami? Kehidupan

baratmu itu tak bisa dan tak akan pernah cocok dengan kami…

 

 

MAX

Tiga bulan terakhir, aku merenungkannya. RASTA, ini bukan hal biasa. Aku hanya mau dia mengisi hari-hariku dengan cerita- ceritanya.

 

 

RASTA

Bagaimana bisa? Bahkan saat ini kau tak bisa kemana-mana. Kau terkurung, semua orang orang dikandangi. Kau berpikir mau menikahinya? Tata cara lamaran kami di sini aja kau tak tau.

 

 

MAX

Iya, aku tau. Tapi NOVA pernah bercerita tentang ritual dan prosesi adat di Karo, dan itu merepotkan.

 

 

RASTA


Iya merepotkan. Itu akan mengingatkan pada pasangan yang menikah bahwa untuk menjalin komitmen berumah tangga di Karo, tidak mudah. Tak mudah membangunnya, tak mudah untuk berpisah.

 

 

MAX

RASTA, meski aku bisa merasakan kau tak berkenan atas kehadiranku di tengah-tengah kaummu, tapi dengar ini, aku mau menjadi bagian dari kalian. Dan aku berjanji kepadamu. Aku mau menikahi perempuan Karo.

 

 

RASTA

Kau jangan sembarang mengucapkan itu. Kau tau perempuan kami tak bisa dijadikan bahan lelucon. Dan sama sekali tidak pantas untuk dijadikan bahan becanda.

 

 

MAX

Iya, RASTA. Aku tau. Aku sudah tau konsekuensinya. Aku sudah menerima pukulan dua kali di mataku. Dan tidak untuk yang ketigakali dan itu darimu.

 

 

RASTA

Kami mengormati ibu kami. Kami menjaga saudara perempuan kami.

 

 

MAX

Mawar. seperti mawar. Aku tahu, mereka mahal, dan karena itu, duri tumbuh di sekujur batangnya.

 

 

MAX

RASTA, tolong aku, bantu aku untuk bisa menjadi bagian darimu. Menjadi salah satu duri yang akan menjaga kuntum mawar yang indah itu.

 

 

RASTA


Maka kau harus punya marga.

 

 

MAX

Clan, ya, Marga. Dimana aku bisa membelinya? Apakah ada sekolah yang mengeluarkan semacam sertifikat untuk itu? Berapa lama? Setahun? Dua tahun?

 

 

RASTA

Hei tolol, tak ada sekolah yang mengeluarkan gelar marga. Apa NOVA tak pernah bercerita tentang itu?

 

 

MAX

Iya, kukira pernah. Dia tak akan melewatkan satu hal penting pun yang dia lihat. Mungkin itu bagian yang terlewatkan olehku.

 

 

RASTA

Nah, aku bisa membantumu mendapatkan marga. Tapi itu mahal…

 

 

MAX

Berapa? Berapa harganya? Aku ingin segera punya marga…

 

 

RASTA

Eh… kau ini motu apa motu?

 

 

MAX

Ya itu. Motu. Bagus juga marga motu… MAXWELL VAN HECK MOTU. Ini terdengar keren

 

 

RASTA menepuk jidatnya, iba dan curiga beradu aduk dikepalanya. CUT TO


SCENE 53: EXT. TONGGING TRAVEL – TONGGING – DAY

Suasana dan panorama sekitar TONGGING TRAVEL dari udara

 

 

NANDE (O.S)

Kam janji tidak akan ikut si max ke belanda?

 

 

NOVA

Ini masa depanku. Di sinilah aku. Aku tak akan kemanamana, NANDE.

 

 

NANDE

Kau bohong. Perempuan karo selalu berada di samping suaminya. FADE OUT

FADE IN

 

 

SCENE 58: INT. RUMAH NOVA – TONGGING – NIGHT –

 

 

Di ruang tamu sudah berkumpul semua keluarga NOVA. RASTA sudah hadir dan duduk di sofa, sementara yang lain duduk berbaris menghadap kea rah Laptop

 

 

IMRAN

Suruh bapaknya yang bicara. Apapulak dia tak bawa bapak. NOVA memberi isyarat kepada kepada Imran untuk tenang.

 

MAX

I’m Sorry, Meneer, Mevrouw…

NOVA mendelikkan matanya.

 

 

MAX


Oh Sorry. Minta maaf. Saya minta maaf, Mama dan mami. But, oh this, Papa, mendekatlah. Ini bapak saya, dia akan berbicara dalam rencana ini.

 

 

IMRAN

Ya ah, mana kalak Tarigan tadi? Sini kam duduk, Nak. Dampingi

bapakndu ini…

 

 

RASTA pun segera bangkit dan mengambil duduk di dekat laptop.

 

 

BAPAK MAX

Saya minta maaf. Tidak seharusnya ini dilakukan dengan cara seperti ini. Saya minta maaf. Ah, saya bapak Maxwell Van Heck motu. Apa? Taringan? Tarigan? Ya Tarigan. Saya asli bapaknya. Dan satu satunya bapak yang pernah dimiliki MAX…

 

 

IMRAN

Keluarga pelawak kalak enda… rupanya

FADE OUT FADE INI

 

SCENE 59: INT. TONGGING TRAVEL – TONGGING – DAY –

NOVA tampak sibuk berbicara dengan MAX melalui panggilan video. Di hadapannya terbuka laptop dan catatan mengenai calon pemesan buah dan sayur serta daftar pelancong yang menjadwalkan berlibur ke Tongging pasca pandemic.

 

 

MAX

Ini, orang tua temanku. Dia berencana mengunjungi Tongging dan sejumlah situs yang sudah kutulis. Aku sudah kirim ke E-mailmu tentang aplikasi yang sudah diisinya.


NOVA

Jadi, semua sudah ada 28 orang ya.

 

 

MAX

Ya, Semoga mereka semua berhasil hidup sampai pandemic ini selesai. Segera covid ini berakhir, mereka akan menjadi gelombang pertama tamu TONGGING TRAVEL dari Hollandia.

 

 

NOVA

Dan Kau?

 

 

MAX

Tentu. Aku akan menjadi pemandu mereka.

 

 

NOVA

MAX, malam tadi usai kita mempertemukan orang-orang tua itu,

 

 

MAX

Ada yang salah? Ada yang berubah?

 

 

NOVA

Tidak MAX. Tak ada yang salah. Pada prinsipnya, mereka sudah setuju. Dua kakak lelakiku sudah menjadikan RASTA sebagai tawanan mereka.

 

 

MAX

Rasta menjamin itu semua?

 

 

NOVA


Aaha. Hanya MAX, katakanlah semua sudah sesuai dengan keinginan kita. Bapakku dan bapakmu serta RASTA sudah bicara. Ini soal waktu.

 

 

MAX

Ini hanya karena covid sialan, NOVA. Setelah pintu kunjungan wisata dibuka, aku pasti ke sana. Catat ini, keluarga besarku akan menjadi gelombang tersendiri untuk tamu Tongging Travel.

 

 

NOVA

MAX, mereka semua di rumah mendesakku untuk segera menggelar pernikahan kita.

 

 

MAX

Godverdomne! Menikah di masa pandemic? Apa tidak cukup menghadirkan bapakku utuk memberikan jaminan tentang waktunya? Maaf kan aku NOVA, aku tak tau seperti ini kebiasaan di tempatmu.

 

 

NOVA

Bukan MAX. Ini bukan prosedur dari bagian ritual dalam adatku. Ibuku, tak mau anak perempuan kesayangannya ini disia-siakan…

 

 

MAX

Menikah dimasa pandemic? NOVA, kita semua terjebak dalam situasi yang sama. Aku tak bisa ke tempatmu dan tak ada gereja yang akan menikahkan kita di masa sekarang ini. Nova, di sini masih terlalu pagi untuk membuat kepalaku pusing. Aku cari caranya nanti ya?

 

 

FADE OUT FADE IN


SCENE 60: EXT. TONGGING TRAVEL – TONGGING – NIGHT –

NOVA dan RASTA sedang berjalan menuju salah satu tempat di Tongging Travel. Rasta menyalakan rokoknya dan sesekali menaikkan kerah jaketnya mengusir dinging.

 

 

NOVA

Maafkan aku, RASTA. Karena sudah berprasangka buruk padamu. Kau punya tingkat kekuatiran yang tinggi terhadapku. Dan kau selalu ada untuk membantuku pada waktu-waktu yang terjepit. Tempat ini, semua ketidakmungkinan ini. Aku tau, BI TENGAH mau membantuku karena kau yang mendesaknya. Kau juga menceritakan isi hatiku yang menolak bang LISTON ke BI TENGAH, sehingga dia dan BI HARTINA meluluhkan semangat NANDE. Dan MAX. Kau mau berbagi tempat dengannya, kalak Tarigan. MAX, laki-laki yang selalu membuatmu merasa khawatir

 

 

RASTA

Cemburu! Tepatnya cemburu.

 

 

NOVA

RASTA?

 

 

RASTA

AKU cemburu pada keberanian MAX. Karena dia mampu menyampaikan rasa itu kepadamu.

 

 

NOVA

Aku tak tau. RASTA, aku tak tau kalau kau punya perasaan yang dalam kepadaku. Oh, NOVA yang malang.   Maafkan aku, RASTA.

 

 

RASTA

Sudahlah, jangan cengeng. Kau pikir aku membantumu mewujudkan ini semua karena aku ingin memilikimu? Tidak NOVA. Tanah ini adalah


segala-galanya untukku. Aku tidak melakukannya untukmu. Apalagi MAX. Aku akan terus mengawal tanah ini, menjaganya… seperti yang selama ini aku lakukan kepadamu.

 

 

NOVA

Aku tak tau harus bilang apa. Kau sudah berkorban banyak untuk ini semua.

 

 

RASTA

Cukup. Jangan banyak bicara lagi. Katakan, apa yang harus kulakukan sekarang?

 

 

NOVA

Nande dan bapak mendesak agar pernikahannya dilakukan dalam waktu dekat ini, di masa pandemic ini.

 

 

RASTA

Ah, kau jangan gila… tak mungkin itu kuwakilkan!

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 61: INT. RUMAH NOVA – TONGGING – NIGHT –

Nova berputus asa. Keluarga besarnya ingin bukti dan segera diwujudkan. Sementara badai covid masih terus berlangsung. Nova membuka medsosnya. Dia tak kuat lagi untk menyelesaikan persoalan baru yang dia hadapi. Maka dia pun menulis status di Facebook nya.

 

 

NOVA

Bagaimanakah bisa melaksanakan pernikahan di masa pandemic?

 

 

NOVA mulai mengetik dan mulai mendapat respons dari banyak teman yang ada di Facebooknya.


 

Dalam beberapa menit sudah banyak yang memberikan komentar untuk NOVA bersabar, melewati pandemic. Sebagian lagi, mendukung. Pro- kontra mulai terjadi.

 

 

Sebuah komentar masuk

 

 

Warganet

Ini beru ginting munthe itu kan yang punya Tongging Travel? Kam mau bikin sensasi apalagi di masa pandemic?

 

 

Ramai yang menyerbu NOVA, menganggap NOVA sedang melakukan strategi marketing bisnisnya.

 

 

NOVA semakin pusing, ingin menghapus statusnya. Dia tak bisa tidur dan mulai melakukan interaksi dunia maya sepanjang malam.

 

 

Menjelang matahari terbit, NOVA mengirim pesan kepada Max dan kemudian menelfonnya

 

 

NOVA

143

 

 

MAX mengetik, tanda siap untuk membalas. NOVA tau MAX belum tidur. Dia langsung melakukan panggilan video

 

 

NOVA

MAX, kau di sana

 

 

MAX


Iya, aku baru mau tidur. Tapi komentar-komentar di dinding facebookmu membuatku semakin pusing. Lalu aku ikut berkomentar.

 

 

NOVA

Ya, aku lihat kau berkomentar. Apa maksudmu dengan pernikahan online? Kau semakin membuat ramai komentar tentang aku dan TONGGING TRAVEL…

 

 

NOVA

MAX, kita pernah membuat pameran kuliner online. Pameran buah dan

sayur mayur online…. tapi… ini, Pernikahan Online?

 

 

MAX

Kenapa tidak? Aku tak tau secara tehnis itu bisa dilakukan di adat kalian. Tapi untuk situasi seperti ini. Itu cukup make sense. Aku siap membangun komitmen denganmu, NOVA.

 

 

NOVA

Tapi? Coba kau lihat, komentar komentar setelahmu di statusku… mereka malah menghakimi idemu. Ini tak mungkin terjadi di gereja kami. Tak ada pendeta yang mau melakukannya. Tuh, semakin hebat hujatan yang masuk.

FADE OUT FADE IN

 

SCENE 59: INT. TONGGING TRAVEL – TONGGING – DAY –

NOVA duduk menghadap laptopnya. Statusnya menyita banyak perhatiannya. Dia bolak-balik scroll komentar komentar yang masuk.

 

 

Sebuah komentar masuk. Seorang pendeta yang simpati dengan keadaan NOVA.


PENDETA ROBERT

Saya akan melakukannya. Dan itu tugas saya sebagai gembala untuk niat baik yang dimiliki dua hamba Tuhan.

 

 

NOVA tersentak dia tak tau harus lakukan apa. Dia panik dan mulai membuka ponselnya. Dia menghubungi MAX

 

 

NOVA

MAX, MAX! Kau dimana? Bangun MAX, lihat facebook ku.

 

 

MAX

Aku baru saja melintasi jalan jalan setapak di Tongging bersamamu, NOVA. Kenapa kau bangunkan aku sepagi ini?

 

 

NOVA

MAX, PENDETA ROBERT mau menikahkan kita secara online

 

 

MAX

What? Kita kawin? FADE OUT

FADE IN

 

 

SCENE 62: INT. RUANG KERJA BI TENGAH – BANDUNG – DAY –

Kesibukan nampak di ruang kerja BI TENGAH. Dia memerintah beberapa pegawainya untuk mempersiapkan zoom meeting yang akan dihadirinya. Ada RAJA dan beberapa pegawai lainnya yang sibuk mengatur tampilan televisi agar BI TENGAH bisa melihat prosesi pernikahan NOVA

 

 

BI TENGAH

Mana maskerku tadi. Eh, anu, siapa? Ambil dulu maskernya. Raja, itu mana, gambarnya kok tak ada? Iya, suaranya, mana suaranya?


 

RAJA masuk dan menarik-narik kabel, dia tampak bingung mengerjakan perintah BI TENGAH

 

 

Tivi mulai menyala. Di sana muncul beberapa layar peserta zoom meeting.

 

 

BI TENGAH

Mana pengantin laki-lakinya. Kok masih gelap?

 

 

Gambar Nova dan keluarga muncul dan tersambung.

 

 

BI TENGAH

MAK IMRAN… kau menerima pesanku ya…

 

 

NANDE

Sudahlah, kam tak tengok ini. Cantik kali si NOVA kan?

 

 

Masuk gambar dari California

 

 

BI HARTINA

Woi, nak, pagi kali kalian buat acaranya. Mana si NOVA? Dapat bule juga dia ya?

 

 

NOVA

Bule kesasar BI

 

 

Masuk   RASTA,  mengambil  duduk  jauh  dari  kamera. Sehingga memperlihatkan aktivitasnya yang sedang asik memainkan ponselnya.


Muncul gambar pendeta di layar. Disusul gambar-gambar undangan

lain…

 

 

Gambar MAX dan keluarganya pun muncul. BI TENGAH menyapa MAX dan keuarga dan mengacungkan jempol.

 

 

BI TENGAH

Woi, pakai. Pakai maskernya. Hei RASTA, sini dekat, mari. Berhentilah main game… kau kau sudah selesaikan permainanmu hari ini. Pakai, pakai maskernya.

 

 

RAJA

BI, mereka di rumahnya masing-masing.

 

 

BI TENGAH

Ramai, sudah seperti di gereja kurasa.

 

 

PENDETA ROBERT memulai prosesi pernikahan SHOT

 

NOVA (O.S)

Pandemi ini mungkin bisa mngurung kita untuk beberapa waktu. Tapi tidak bisa membendung cerita dan cinta yang tumbuh.

 

 

MAX (O.S)

Aku akan menjagamu, menjaga tanahmu. Menjadi duri bagi mawar yang mahal.

 

 

SCENE 63: INT. TONGGING TRAVEL – TONGGING – DAY –


RASTA  masih  duduk  mengikuti  prosesi  pernikahan       online.      Rasta mengirim pesan kepada PENDETA ROBERT

 

 

RASTA

Terima kasih pendeta. Selanjutnya, perik si duadua ini akan jadi

urusan saya…

 

 

RASTA tersenyum. Sambil memasukkan rokok ke celah bibirnya ZOOM

FADE OUT

 

 

 

F.I.N


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023