Jenderal Purnawirawan
Luhut Panjaitan selalu menjadi perbincangan.
Dia adalah Jenderal Bintang empat
di Angkatan Darat yang tidak pernah menjadi Panglima meskipun dia pernah
menjadi Komandan Korem terbaik. Dia
tidak diangkat menjadi Panglima karena kecerdasannya dan loyalitasnya dicurigai
penguasa saat itu. Pada hal sebenarnya Luhut
tidak mempunyai pikiran dan jiwa untuk menyaingi apalagi menyingkirkan
atasannya.
Luhut selalu menjadi yang terbaik, karena karakter itu lah
yang tertanam dalam proses pembentukan jati dirinya. Dilihat dari pengalamannya dalam dunia
militer, keberhasilannya sebagai Duta Besar di Singapura, keberhasilannya sebagai pebisnis, sebagai politisi, bahkan
keberhasilannya dalam membina keluarga serta kedekatannya dengan siapa saja
menunjukkan bahwa seorang Luhut Panjaitan adalah seorang pribadi yang mempunyai
karakter pembelajar dengan kompetensi yang sangat mumpuni dalam berbagai
bidang.

Luhut sangat berhasil sebagai militer, bukan saja karena dia
merupakan lulusan terbaik Akabri tahun 1970, namun juga karena terlihat dalam
rekam jejaknya setelah itu. Keberhasilanny dalam memperbaiki hubungan Indonesia
dengan Singapura tatkala dia menjadi
Duta Besar disana menegaskan bahwa kompetensinya tidak hanya dalam dunia
milliter. Lalu ketika dia diangkat menjadi Menteri Perindustrian saat masih jenderal aktif dalam kabinet Abdurrachman Wahid, dan
ketidakbersediannya untuk tetap menjadi
menteri dalam kabinet Megawati Soekarno Putri demi menghormati Gus Dur
memperlihatkan sekaligus kapabilitas dan loyalitasnya kepada pimpinannya.
Dia juga sukses menjadi orang tua. Mempunyai anak yang aktif di militer dan
menantu yang menjadi komandan di Kopassus, sukses secara sosial karena dekat
sekali dengan tokoh tokoh adat Batak dan pemimpin Gereja Batak. Juga
dekat dengan para seniman/penyanyi Batak. Saya sendiri pertama sekali bertemu dengan
Luhut Panjaitan dalam salah satu
pagelaran music Batak “ Toba
Dream” pada tahun 2004.
Jika sekarang dia berada dalam Ring 1 pemerintahan
Jokowi sebagai Kepada Staf Kepresidenan
maka publik tidak perlu heran.
Karena dia memang mempunyai segudang prestasi dan sangat ahli dalam hal
strategi serta cepat sekali membaca, memetakan, menganalisa , serta
memproyeksikan sesuatu, bahkan menciptakan situasi ke depan. Proses terpilihnya dia menjadi salah seorang
kepercayaan Jokowi ter jadi begitu cepat, diawali dengan keputusannya mundur
sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar.
Cara Luhut membuat keputusan yang selanjutnya menempatkan
dia dalam lingkungan terdalam RI 1, selain dikagumi banyak pihak juga menimbulkan dugaan bahwa dia adalah satu dari
Trio Macan yang yang membuat akses PDIP dan Megawati kepada Presiden Jokowi
seolah terbendung. Tuduhan ini
belakangan dibantah oleh Luhut Panjaitan (Kepala Staf Kepresidenan), Andi
Widjajanto (Menteri Sekretaris Kabinet) dan Rini Soemarno (Menteri BUMN).
Sebagai Kepala staf Kepresidenan yang kedudukannya setingkat
menteri maka peranan Luhut sangat vital, dan sangat menentukan, karena boleh
jadi dia lah yang mengkomandoi seluruh pekerjaan dari semua menteri dan semua
pejabat Negara. Dia juga lah yang akan
mengevaluasi seluruh kinerja para pembantu presiden, baik sipil maupun militer,
baik bidang ekornomi maupun hukum, baik perencanaan
maupun eksekusi, baik sosial maupun bidang keagamaan, baik lokal maupun global,
baik prestasi dalam negeri maupun luar negeri.
Dengan kata lain, hamper seluruh permasalahan atau bidang pekerjaan yang
ada, melaui Luhut Panjaitan lah
salurannya sebelum sampai kepada Presiden Jokowi atau Wakil Presiden Jusuf
Kalla. Untuk mensukseskan peranannya ini
maka dapat dipahami bahwa Luhut Panjaitan akan selalu berada dekat dengan
Presiden Jokowi.

Pertanyaannya adalah ; mengapa Luhut yang diangkat menjadi
Kepala Staf Kepresidenan yang sangat istimewa dan sangat krusial ini. Saya melihat alasannya bukan lagi karena
wawasan dan kompetensi Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan yang sangat tinggi, namun
lebih karena Presiden JOkowi sendiri
yang mempunyai trust atau sangat percaya kepada Luhut Panjaitan. Chemistry
dan rasa yang dirasakan oleh Presiden JOkowi
yang membuat dia sangat percaya, sangat yakin, senang, serta kagum
terhadap seluruh pribadi, karakter dan cara berkomunikasi Luhut Panjaitan.
Saya melihat dekatnya hubungan Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan dengan Presiden
Joko Widodo bukan disebabkan oleh berhasilnya strategi politik salah satu atau dua duanya, namun
kedekatan mereka diciptakan karena rasa suka akan gaya komunikasi, kepribadian dan karakter (kejujuran,
visi, integritas) yang selanjutnya melahirkan rasa percaya yang sangat
mendalam. Jokowi sebagai Presiden
membutuhkan seorang pembantu yang paling dipercayainya sebagai teman pertama
sekaligus terakhir berdiskusi sebelum mengekskusi keputusan, Luhut Panjaitan
sebagai pembantu membutuhkan seorang atasan, seorang raja, seorang presiden
untuk tempatnya mengabdi dengan seluruh jiwa raganya. Maka kloplah pertemuan antara Joko Widodo dan
Luhut Panjaitan.
Dalam Alkitab Perajanjian Lama ada sebuh kisah yang mirip
dengan hubungan Luhut Panjaitan dengan Presiden Joko Widodo, yaitu kisah
Nehemia. Nehemia adalah orang
kepercayaan Raja Babel yang tugasnya memerikasa seluruh makanan dan minuman
raja. Apapun yang akan diminum dan
dimakan oleh raja akan diperiksa terlebih dahulu oleh Nehemia, apakah higienis
atau tidak atau beracun atau tidak.
Sebagai juru minum Raja, maka Nehemia harus setiap saat mencicipi dulu makanan raja, atau meminum dulu minuman raja. Dan jika seandainya dalam makanan atau minuman raja ada racun, maka Nehemialah yang
kena racun terlebih dahulu. Dengan cara ini lah Raja saat itu yang bernama
Artahsasta diselamatkan oleh pembantunya yang sangat setia.
Nehemia bukan hanya seorang
Juru Minum yang tidak mempunyai
ketrampilan lain, namun sebaliknya
Nehemia adalah seorang pemimpin yang sangat
handal terbukti dengan kemampunannya menggalang kekuatan sera mengantisipasi
dan menanggulangi pemberontakan saat
pembangunan tembok dan rumah ibadat.
Bahkan sampai sekarang pun karakter Nehemia dijadikan sebagai inspirasi
serta karakter kepemimpinan secara luas.
Luhut Panjaitan adalah Nehemia yang tidak akan pernah
berkhianat kepada atasannya atau hanya mementingkan dirinya sendiri. Bagi Luhut Panjaitan prestasi tertinggi
peranannya sebagai Kepada Staf Kepresidenan adalah kesuksesan Presiden Jokowi
mempimpin Republik Indonesia
tercinta. Luhut Panjaitan adalah seorang
Kristen yang taat yang loyalitas tertingginya adalah kepada Tuhannya yang dia
wujudkan dan aplikasikan melalui loyalitasnya kepada atasannya yaitu Presiden Joko
Widodo. Luhut Panjaitan adalah teman terlama dan teman terakhir
Presiden Joko widodo berdiskusi dalam mengambil keputusan keputusan yang paling penting. Sebab Luhut Panjaitan adalah orang yang
bersedia menjadi juru minum Presiden Jokowi, yang siap mati demi mengamankan sang
atasannya.
Komentar