Featured Post

Misteri Asal-Usul Suku Karo: Antara Jejak Gayo-Alas dan Dualisme Konsep 'Batak'

Gambar
  Oleh Analgin Ginting 1. Pengantar Perdebatan istilah *Batak* telah melahirkan dua arus besar dalam kajian antropologi dan sejarah etnis Sumatra Utara.  Pandangan pertama — diwakili oleh Prof. Payung Bangun — menyatakan bahwa Batak adalah satu rumpun besar dengan enam puak: Karo, Pakpak/Dairi, Simalungun, Toba, Angkola, dan Mandailing. Pandangan ini mengakui adanya kesamaan bahasa, adat, dan sistem sosial yang mengikat keenam puak tersebut sebagai satu kesatuan genealogis dan kultural.  Pandangan kedua — diwakili oleh Prof. Eron Damanik — menegaskan bahwa istilah *Batak* bukanlah endonim (sebutan dari dalam), melainkan *exonym* (sebutan dari luar) yang diberikan oleh suku Melayu pesisir terhadap masyarakat pegunungan yang masih memegang kepercayaan animistik (pagan). Pandangan ini kemudian diperkuat oleh kolonial Belanda yang memakai label *Batak* sebagai kategori administratif dan etnografis untuk mengatur penduduk pedalaman Sumatra. (Perret, 2010). Artikel ini menganal...

Catatan Tambahan PJJ 10 – 16 Agustus 2025

Thema: Allah Melindungi dan Memberkati BangsaNya (Dibata Engkelini BangsaNa)

Nas: Masmur 85:1–10

Pendahuluan

Mazmur 85 merupakan nyanyian pengharapan dan pertobatan yang mendalam dari umat yang pernah mengalami pemulihan namun kini kembali menghadapi keterpurukan. Di tengah pergumulan kolektif bangsa, pemazmur mengarahkan bangsa untuk kembali kepada Allah sebagai satu-satunya sumber keselamatan, pengampunan, dan damai. Mazmur ini tidak hanya menjadi seruan iman, tetapi juga kesaksian akan kasih setia Allah terhadap bangsa-Nya yang bertobat.


Fakta

Dalam kalimat-kalimat yang sangat indah dan mendalam, pemazmur (Bani Korah) bertanya, memohon, memuja dan bersyukur kepada Tuhan untuk memaafkan, mengampuni, dan memulihkan bangsanya.

Pemazmur mengatakan dan berjanji untuk mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Sebab Tuhan hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya mereka tidak kembali kepada kebodohan.

Keselamatan dari Allah dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri bangsa pilihan-Nya.

Makna Teologis

1. Pemulihan Kolektif adalah Inisiatif Ilahi.

Dalam ayat-ayat awal, ditegaskan bahwa Tuhan telah memulihkan (Ibrani: shuv, mengembalikan) keadaan Yakub. Pemulihan bukan hasil usaha manusia semata, tetapi belas kasihan Allah yang memilih bertindak atas dasar kasih setia-Nya (ay. 1–3)【1】.

2. Pertobatan sebagai Respons Bangsa.

Pemazmur memohon pengampunan dan menyadari bahwa kejatuhan bangsa disebabkan oleh dosa mereka sendiri. Ini menekankan pentingnya kesadaran kolektif dan pertobatan nasional, bukan hanya pribadi (ay. 4–7)【2】.

3. Damai dan Keselamatan dari Tuhan adalah Panggilan untuk Tidak Kembali ke Kebodohan.

Ayat 9 berbicara tentang damai (shalom) sebagai isi utama dari firman Tuhan kepada umat-Nya. Damai di sini bukan sekadar kondisi tanpa konflik, tetapi keadaan utuh, harmonis, dan sejahtera dalam relasi dengan Allah, sesama, dan alam【3】.

4. Takut akan Tuhan adalah Jalan Menuju Kemuliaan Bangsa.

Ayat 10 menyiratkan teologi publik: kemuliaan Tuhan tinggal di negeri ketika bangsa hidup dalam takut akan Dia. Ini menegaskan bahwa spiritualitas yang benar memiliki dampak sosial dan nasional【4】.

Implementasi

1. Gereja sebagai Suara Pertobatan Bangsa.

Di tengah situasi sosial-politik dan moral bangsa yang rapuh, gereja perlu menjadi suara pertobatan dan agen pemulihan, bukan sekadar institusi ritual. Dalam konteks Indonesia, ini berarti gereja harus berani bersuara profetik terhadap ketidakadilan, korupsi, dan kebodohan publik yang sistemik.

2. Membangun Kesadaran Kolektif dan Spiritualitas Publik.

PJJ ini bisa menjadi ruang membangkitkan kesadaran umat untuk hidup dalam takut akan Tuhan, yang tercermin dalam etika publik: kejujuran, tanggung jawab, dan cinta terhadap sesama warga bangsa.

3. Mendorong Doa Syafaat dan Advokasi Sosial.

Seperti pemazmur yang memohon pemulihan, umat Kristen dipanggil untuk menjadi penjaga moral dan rohani bangsa, baik melalui doa syafaat maupun keterlibatan aktif dalam masyarakat demi keutuhan bersama.

Power Statement

"Ketika bangsa bertobat, Allah bertindak. Ketika umat takut akan Tuhan, kemuliaan-Nya akan tinggal di negeri ini. Maka dengarkanlah suara-Nya, dan jangan kembali kepada kebodohan."

Referensi dan Catatan Kaki

1. Walter Brueggemann, The Message of the Psalms, (Minneapolis: Augsburg Fortress, 1984), hlm. 66.

2.  John Goldingay, Psalms: Volume 2 – Psalms 42–89, (Grand Rapids: Baker Academic, 2007), hlm. 600–602.

3. Timothy Keller, The Songs of Jesus: A Year of Daily Devotions in the Psalms, (Viking, 2015).

4.  N. T. Wright, God and the World in the Psalms, dalam The Bible and the Future of the World, ed. Richard Bauckham (Cambridge: CUP, 2019), hlm. 211–


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025