Featured Post

Analisis Lengkap Mengenai Ketidaksinambungan Komunikasi antara Pertua & Diaken Emeritus dengan Pertua & Diaken Aktif di GBKP (Klasis Bekasi-Denpasar) dalam Perspektif Akademis dan Teologis

Gambar
 Pembinaan khusus bagi Pertua dan Diaken Emeritus Klasis Bekasi-Denpasar yang dilaksanakan di Kinasih, Depok, pada 7 Februari 2025 mengangkat isu fundamental mengenai peran dan keterlibatan pertua dan diaken emeritus dalam gereja. Salah satu poin yang ditekankan oleh Pdt. Christoper Sinulingga, selaku Kabid Pembinaan Moderamen GBKP, adalah bahwa tidak ada perbedaan dalam hal melayani  antara pertua dan diaken aktif dengan pertua dan diaken emeritus. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan komunikasi dan peran yang cukup signifikan. Pertanyaan kunci yang muncul: 1. Mengapa terjadi kesenjangan komunikasi dan peran antara pertua & diaken emeritus dengan pertua & diaken aktif? 2. Benarkah dalam konsep teologis tidak ada perbedaan antara keduanya? 3. Jika secara konsep tidak ada perbedaan, mengapa dalam praktik muncul perbedaan? 4. Apa tujuan sejati dari pembinaan ini, dan bagaimana penyelesaiannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, analisis...

Inilah Penyebab Nasib Amien Rais Berbeda Dengan Jokowi


Kongres PAN sudah selesai, dan hasilnya terjadi pergantian ketua umum.  Hatta Rajasa harus merelakan jabatan ketua umum kepada penggantinya, Zulkifli Hasan.   Namun berita mengenai kongres itu masih bergema sampai sekarang,  karena ada perseteruan baru yang timbul, antara Amien Rais dengan Hatta Rajasa.


Pada pembukaan kongres Amien Rais berpidato yang isinya antara lain menyindir Hatta Rajasa sang ketua umum petahana.  Sindirannya cukup tajam karena sampai keluar kata kata bohong.  Begini Kompas.com memberitakannya.

Dalam pidatonya, Amien Rais cerita soal Ketua Umum yang berbohong, mengaku ingin menemui pimpinan Koalisi Merah Putih, namun pada kenyataannya justru mengunjungi pimpinan Koalisi Indonesia Hebat. 

Amien tak menyebutkan siapa ketua umum yang dimaksud. Dia hanya memberikan petunjuk bahwa dia adalah Ketua Umum Partai menengah. Amien juga menyebut, kejadiannya adalah pada 30 September 2014 lalu, di malam hari. 

"Saat itu terjadi rapat harian. Ketua Umum mengaku mau menemui teman teman KMP," ujar Amien. Namun satu jam kemudian, kata Amien, muncul sebuah pemberitaan di media
online yang menyebutkan bahwa ketua umum tersebut justru bertemu pimpinan KIH, yakni Surya Paloh dan Joko Widodo. 

"Siapa ketua umum itu, saya lupa namanya. Tetapi seharusnya ketua umum lurus ucapannya, Insya Allah akan maju," ucap Amien dan langsung menutup pidatonya.


Dampak dari sindiran ini sangat nyata, sampai sampai Hatta Rajasa dan tim nya tidak bisa diam.  Seorang ketua DPP PAN, Bima Arya bahkan mengatakan kata kata Amien Rais adalah sebuah “tusukan”.  Hatta Rajasa sendiri pun mengambil langkah dan melakukan pembalasan.  Melalui akun twitternya.   Hatta Rajasa membenarkan adanya pertemuan tersebut. Inilah cuitan Hatta RajasaSebagai cawapres yang berkompetisi, saya merasa harus memberikan ucapan selamat kepada Pak Jokowi-JK," kata Hatta lewat @hattarajasa, Senin, 2 Maret 2015


 Namun kejadiannya bukan pada tanggal 30 September, tapi tanggal 1 September tambahnya, sehingga ada perbedaan tanggal dengan yang disangkakan oleh Amien Rais.  Untuk perbedaan ini Hatta Rajasa melakukan pembalasan : Jika faktanya demikian, izinkan saya bertanya kepada Saudara Amien Rais, siapa sebetulnya yang berbohong?" kata Hatta.

Menurut saya seandainya pun Hatta Rajasa salah atau tidak menyenangkan bagi Amien Rais  hal itu tidak disampaikan di depan umum, di depan ratusan orang peserta kongres.  Karena hal itu pasti akan membuat malu Hatta Rajasa, dan juga menimbulkan image yang jelek dan menimbulkan kerugian immateril.  Apalagi kongres ini akan melakukan pemilihan ketua umum yang baru, dan salah seorang kandidatnya adalah Hatta Rajasa yang lima tahun yang lalu sangat digadang gadang oleh Amien Rais                                                                .
Terlihat sekali bahwa Amien Rais sengaja ingin menjatuhkan Hatta Rajasa karena dirinya memang mendukung calon yang lain yaitu Zulkifli Hasan.


Bagi saya, strategi Amien Rais ini dapat dikatakan sebagai strategi yang bersumber dari karakter.  Jatuhkan lawan, demi keutungan pihak sendiri.  Karakternya lah yang mengilhami dirinya dalam menemukan pidato sindiran yang pada akhirnya memang terbukti memenangkan kontestannya.  Akan tetapi karakter yang tidak berlandas kepada kebenaran  akan menimbulkan dampak negatif  kepada pihak yang dijatuhkan.  Itulah sebab nya tiga hari setelah kongres itu Hatta Rajasa tetap tidak bisa diam dan melakukan pembalasan.


Amien Rais adalah tokoh besar yang sudah malang melintang dalam  dunia perpolitikan Indonesia.  Dia adalah salah satu tokoh sentral  selama reformasi, jadi sudah cukup lama.  Namun nama besar Amien Rais ternyata jatuh seketika karena dia tidak sungkan sungkan menjatuhkan kawannya sendiri dalam pertarungan demokratis.  Saya melihat sebenarnya pertarungan Hatta Rajasa dengan Zulkifli Hasan, adalah pertarungan antara dua juniornya, antara dua anak politiknya sendiri.  Yang seharusnya dia rangkul dua duanya, namun dia sengaja membunuh yang satu demi yang satunya lagi. Itulah karakter  Amien Rais.


Karakter Amien Rais tenyata berbeda 180 derajat dengan karakter Jokowi.  Jokowi punya kemampuan untuk merangkul lawan politiknya.  Jokowi mampu merangkul Prabowo Subianto, lawan tangguhnya pada pilpres kemarin.  Namun jiwa besar yang dimiliki Jokowi  mendorong dia untuk tidak segan segan mendatangi dan mendengarkan nasihat Prabowo.  Akhirnya Prabowo sendiripun sangat menghargai dan menghormati Jokowi. Selanjutnya rakyat Indonesia pun sangat mengagumi Jokowi dan Prabowo.  Tidak sungkan sungkan sebagian rakyat Indonesia mengatakan bahwa Jokowi dan Prabowo adalah dua negarawan Indonesia terbesar saat ini.


Ahli ahli karakter berkata bahwa karakter seseorang akan  menentukan destiny nya, menentukan nasibnya.  Karakter Analgin Ginting akan menentukan nasib Analgin Ginting.   Karakter pembaca Katmospir  akan menentukan nasih pembaca Katmospir .  Karakter Jokowi menentukan nasib Jokowi.  Karakter Prabowo menentukan nasib Prabowo. Karakte Amien Rais menentukan nasib Amien Rais.  Oh ternyata nasib Amien Rais berbeda dengan nasib Jokowi karena memang karakternya berbeda. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024