|
Sebuah pesta amat besar
dilakukan penduduk Kota Yerusalem saat mereka kedatangan seorang tamu yang
melakukan blusukan. Dituliskan dalam Markus 11 : 1-11 sang tamu itu adalah
orang yang unik, namun sangat terenal dan sangat berkuasa sekaligus sangat
rendah hati, Dia adalah Sang Mesias Yesus Kristus. Orang orang Yahudi
penduduk Yerusalem berteriak bergembira,
berlarian, dan melambai lambaikan ranting ranting hijau dedaunan yang
sengaja mereka petik di ladangnya.
Mereka total dan sungguh sungguh mengadakan pesta penyambutan tersebut
bahkan sebagian membuka baju dan jubahnya dan membentangkannya dijalanan yang
dilalui Yesus Kristus yang datang dengan
menunggangi keledai.
Keledai adalah
tunggangan para petani, yang lebih
sering dipergunakan untuk membawa
beban, bukan manusia,
bukan panglima atau
prajuritnya apalagi Sang Raja. Tapi mengapa Yesus Sang Mesias Raja seluruh
semesta datang dengan menunggangi keledai?
Apalagi keledainya sendiri masih sangat muda dan belum pernah sekalipun
dinaiki. Sekarang ahli ahli
kehewanan atau para dokter veteriner tahu bahwa seekor keledai pasti
ngamuk dan memberontak jika pertama kali ditunggangi. Mengapa ketika Yesus menunggainya si
keledai muda ini diam, manut dan sama sekali tidak berontak?
Maka berteriak, bernyanyi,
bergelak lah semua penduduk Yerusalem itu. Dan yang paling aneh dan
menakjubkan adalah ketika mereka menerikan sebuah kata
yang sangat jarang mereka ucapkan.
Sebuah kata yang mengandung makna yang sangat dalam, kata kata yang
tidak akan pernah diserukan atau diucapkan kepada raja dari negara manapun,
segagah dan seberkuasa apapun dia.
Kata yang hanya diucapkan kepada Raja yang datang mengendarai keledai,
bukan kuda atau limousine atau Mercedes tahan peluru.
Sebab kata itu bermakna
suci dan diucapkan untuk memadukan dua hal yang sangat sulit dipadukan.Sebab
kata itu bermakna rintihan permohonan yang sangat menghiba sekaligus pujian
yang amat tinggi. Kata itu pengertian
makna nya (bukan istilahnya) pernah diucapkan oleh Pemasmur ketika dia berada
dalam keadaan totalitas kesadarannya sebagai manusia yang butuh
keselamatan dan memohon kepada
seseorang dan satu satunya yang mampu
memberikan keselamatan kekal.
Makanya dituliskan dalam
Masmur 118 : 25-26 rintihan dan pujian
itu :
Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan, Ya Tuhan berilah
kiranya kemujuran (rintihan)
Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami
memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan (pujian)
Mereka
meneriakkan kata itu, Hosana.
Lebih jelasnya dituliskan dalam Markus 11 : 9-10
|
Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka
yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,
diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha
tinggi!"
|
|
|
|
|
|
|
Kata Hosanna dalam
tradisi Yahudi (Yudaisme) tidak dipakai di jalanan, namun hanya dipakai secara
terbatas pada saat berdoa di Bait Allah.
Sebuah penjelasan mengatakan seperti ini :
Dalam
liturgi Yahudi, kata tersebut diterapkan secara khusus kepada Ibadah Hosyana,
yaitu siklus doa dari mana kata atau istilah ini hanya dinyanyikan setiap
pagi selama Sukkot, hari raya Pondok
Daun atau Tabernakel. Siklus lengkap dinyanyikan pada hari ketujuh festival,
yang disebut Hosyana Rabbah (הושענא רבא, "Great Hosanna").
Jadi ketika Yesus datang memasuki
Yerusalem, maka kata kata Hosana ini pasti muncul dari mulut orang orang yang terbiasa mengikuti ibadah di
Bait Allah yaitu Ibadah Hosyana tadi.
Suasana jalanan ketika itu tentu saja berubah menjadi suasana ibadah.
Kata Hosanna yang dipakai pada jaman perjanjian baru sudah
mengalami perubahan. Dalam bahasa Yunani
kata Hosyi’ana berubah menjadi Hosanna. Pada Zaman Tuhan Yesus di bumi,
orang Israel sudah tidak mengerti lagi bahasa Ibrani. Sebab sudah menjadi
bahasa Klasik.
Menurut The Bauer-Danker Lexicon, kata HOSYANA’ adalah bentuk Aramaic
dari kata Ibrani HOSYI’AH NA’. Dalam pola bahasa Ibrani, HOSYANA’ terdiri dari hiphil imperative HOSYA’, selamat, dari kata dasar
‘YASYA’ (menyelamatkan). Kemudian diikuti oleh kata mini ‘NA’ yang berarti “memohon” [leksikon Ibrani : I (we) pray, now, please],
yang berasal dari kata ‘ANA’, yang umumnya diterjemahkan “doa”, atau kami memohon kepadaMu.
Sehingga istilah HOSYI’ANA ini dapat diartikan secara hurifiah: “Tolonglah kami
(King James Version: save now), kami memohon!”. Jadi kata ini merupakan
sebuah permintaan untuk suatu bantuan yang tetap. “Datanglah membantu!”
Dalam bahasa Jerman
diterjemahkan : “Bebaskanlah!” Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menterjemahkan
“Berilah kiranya keselamatan!”. Memang kalau dibaca dari konteksnya (Masmur 118
: 24) dijelaskan bahwa untuk bersukacita dan bersorak-sorai, orang harus
dibebaskan, diselamatkan, diberi kemujuran dan berkat.
Komentar