Featured Post

Perlunya Pembinaan Partisipatif dan Regeneratif di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi

Gambar
  Pt. Em Analgin Ginting M.Min.  Pendahuluan Pembinaan jemaat merupakan salah satu tugas hakiki gereja yang tidak dapat dipisahkan dari panggilan teologisnya sebagai ekklesia—umat Allah yang dipanggil, dibentuk, dan diutus ke tengah dunia (Ef. 4:11–13). Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang pembelajaran iman, karakter, dan kepemimpinan. Oleh karena itu, pembinaan yang berkelanjutan, partisipatif, dan regeneratif menjadi indikator penting kesehatan sebuah gereja lokal. Dalam konteks Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), pembinaan memiliki makna yang lebih luas karena terkait erat dengan sistem pelayanan presbiterial-sinodal yang menekankan kepemimpinan kolektif-kolegial (runggu). Artikel ini hendak memperdalam, melengkapi, dan mengontekstualisasikan tulisan awal mengenai perlunya pembinaan di GBKP Runggun Graha Harapan Bekasi, dengan tetap mempertahankan esensi pengalaman empiris yang telah dituliskan, sekaligus memperkaya dengan muatan teologis dan refleksi aktual....

Garuda Indonesia, Perusahaan Penerbangan Terbesar Indonesia Mengecewakan Penumpangnya


Hari ini Sabtu tanggal 7 Maret 2015, saya pulang dari Medan menuju Jakarta.  Biasanya kalau pulang dari Medan setelah menyelesaikan tugas tugas saya di GBKP, saya memilih penerbangan Sore atau malam.  Namun kali ini saya sengaja memilih penerbangan siang  supaya saya masih bisa melakukan beberapa persiapan uuntuk tugas  saya besok di GBKP Bekasi dan juga memberikan ceramah bersama dengan  Permata GBKP Bogor.


Jam 11.00 tepat saya sudah tiba  lapangan terbang termegah si Sumatra saat ini, Kuala Namu  International Airport, setelah menempuh  perjalanan selama 3 jam dari Kabanjahe menaiki Taksi  45 (Kijang Kapsul yang dijadikan sebagai kenderaan semi carteran milik beberapa  anak muda di Kabanjahe). Penerbangan saya ke Jakarta seharusnya pada pukul 14.05 dengan Garuda Indonesia, dengan Nomor Penerbangan GA 189.  Jadi masih ada waktu 3 jam lagi.




Mengingat waktu yang masih lama saya coba menghubungi counter reservasi Garuda Indonesia di Kuala Namu, untuk mencoba kemungkinan penerbangan saya bisa dipindahkan ke  penerbangan pada pukul 12.50,  GA 187.  Saya bertanya apakah masih ada seat pada penerbangan pukul 12.50, dan dijawab masih ada. Artinya masih ada kursi  kosong yang kemungkinan akan tetap kosong saat nantinya flight ini terbang ke Jakarta.


Saya berfikir praktis efisen, kalau memang kosong apa salahnya Garuda memberikan saya kursi yang kosong itu, sehingga saya bisa terbang dengan flight GA 187 toh tidak ada ruginya kepada Garuda. Bahkan hal ini akan menguntungkan Garuda sendiri karena nantinya saya sebagai pemegang GFF Platinum akan lebih mencintai  Garuda Indonesia. 

Pada tahun 2014 yang lalu saya pernah terbang dari Surabaya dengan  Garuda Indonesia dengan jadwal penerbangan  pada pukul 20.30.  Namun  saat itu  saya disarankan pindah pada penerbangan pada pukul 19.00 WIB tanpa ada biaya tambahan apapun.   Maka kali ini pun ketika meminta untuk menukar nomor penerbangan, pikiran saya tidak akan ada penambahan biaya apapun.  Namun saya kaget, karena harus menambah biaya tambahan sebanyak Rp 600.000.  Dengan kecewa  saya terpaksa mengurungkan niat saya.


Kekecewaan saya semakin besar karena pesawat yang saya tumpangin GA 189 ditunda keberangkatannya  selama 1 jam, dari jam 14.05 menjadi 15.00.  Waktu riel take off dari Kuala Namu jadinya 15.32 WIB.

Saya minta jadwal dipercepat 1 jam saya diminta tambahan biaya Rp 600.000. Saya ditunda 1 jam Garuda Indonesia tidak mengembalikan biaya apapun selain memberikan kompensasi satu dus kecil snacks dan air mineral plus  pengumuman dan permintaan  maaf dengan alasan masalah terknis penerbangan.



Dalam hati saya mengumpat, b......k Garuda Indonesia. Katanya Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia dan perusaahaan airline yang paling bagus di dunia  untuk kelas ekonomi, namun sering membuat penumpangnya kecewa.  Garuda Indonesia nampaknya   mengambil keuntungan dari keluguan penumpangnya. Kalau   begini terus, saya juga bingung sebesar apa nantinya Garuda Indonesia ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025