Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 17–23 Agustus 2025

Gambar
  Thema: Tuhan Memberikan Berkat-Nya Kepada Semua Orang Yang Taat Kepada-Nya (Pasu-pasu Tuhan Man Kalak Si Malang Man Bana) Nas: Masmur 128:1–6 Pendahuluan Masmur 128 termasuk dalam kumpulan Nyanyian Ziarah (Shir Hama’alot), yang biasa dinyanyikan umat Israel ketika mereka berziarah ke Yerusalem. Mazmur ini menggambarkan hubungan erat antara takut akan Tuhan, ketaatan pada jalan-Nya, dan kebahagiaan hidup sehari-hari. Kebahagiaan yang sejati tidak hanya diukur dari harta, tetapi juga dari relasi keluarga, keturunan, dan damai sejahtera dalam komunitas umat Allah. Fakta 1. Mazmur ini diawali dengan ucapan berbahagia (‘ashre = “diberkatilah/berbahagialah”) kepada setiap orang yang takut akan Tuhan (ay. 1). 2. Kebahagiaan dinyatakan melalui hasil kerja tangan yang dinikmati dengan sukacita (ay. 2). 3. Gambaran istri sebagai pohon anggur yang subur dan anak-anak sebagai tunas pohon zaitun menunjukkan berkat keluarga yang produktif dan harmonis (ay. 3). 4. Puncak berkat adalah b...

Artikel Ini Dapat Memecah Belah

Sebuah artikel kembali di delete dari  Kompasiana. Kali ini tidak tanggung tanggung sebab yang dihilangkan sekalian dengan link nya juga. Artikel tersebut mempunyai judul Instagram untuk Ani Yudhoyono dari Vita Sinaga-Hutagalung Korban Sinabung. Meskipun sudah di delete beberapa teman masih sempat mengcopy nya dan mem-paste kannya dibeberapa group face book yang saya ikuti.

 

Ketika saya membaca artikel tersebut, saya setuju dengan Admin Kompasiana untuk mendelete artikel tersebut. Sebab saya melihat bahwa isinya memang dapat menimbulkan perasaan sakit hati, bahkan perpecahan.



 Bukan hanya kritikan kepada Ibu Ani Yudhoyono tentang Instagram nya yang dapat menimbulkan perasaan tidak enak, namum kebenaran bahwa si penulis adalah korban Sinabung pun diragukan.

 

Sebab data data yang dia sampaikan pun salah, lalu keberanian dan kecerdasan kata katanya pun diragukan bahwa penulisnya adalah korban Gunung Sinabung. Saya coba menyimak beberapa contoh informasi yang dia sampaikan, dan saya yakin itu keliru.

 

Penulis yang mengatas namakan Vita Sinaga-Hutagalung mengatakan : Kami tak butuh tempat tinggal karena tempat tinggal kami ya di 59 tempat pengungsian selama enam bulan ini. Letusan kedua Gunung Sinabung (yang pertama adalah tahun 2010) mulai bulan September 2013. Jadi baru 4 bulan, bukan 6 bulan. Tempat pengungsian sampai saat ini sebanyak 40 posko. Dia mengatakan 59. Ini data dari mana?

 

Lalu keberaniannya melukiskan wajah Ibu Ani Yudhoyono seperti kalimat ini : “Ibu Ani yang cantik jelita bulat mukanya. Jelas sekali kalimat seperti ini bukan tipikal bahasa Orang Karo, apalagi orang Karo Teruh Deleng (Sekitar Gunung) yang terkenal sangat lembut tutur katanya. Jadi dari pengkalimatan kata kata nya, jelas penulis yang memakai nama Vita Sinaga-Hutagalung tidak mencerminkan sopan santun sebagai warga dari Gunung Sinabung.

 

Memang marga atau boru Sinaga atau Hutagalung bukanlah berasal dari Tanah Karo namun bisa saja keturunan perantau yang sudah bermukim di sekitar Gunung Sinabung atau salah satu Desa yang kena dampak langsung erupsi. Seyogianya kalau dia menulis surat atau artikel yang mengatas namakan warga Gunung Sinabung dia mempergunakan tata krama dan sopan santun yang mencerminkan warga Gunung Sinabung.

 

Kalimat yang sangat menyinggung Suku Karo adalah ketika dia menulis : jangan kami diberi bantuan apapun karena kami bangsa Indonesia dan Batak akan pergi ke saudara-saudara kami untuk mencari kehidupan - itu yang banyak diperhatikan bahwa bangsa Batak memiliki kekuatan sendiri. 

 

 Orang Karo tidak pernah mengidentifikasi dirinya sebagai suku Batak, namun selalu menyebut dirinya Batak Karo. Bahkan sebagian sudah menghilangkan kata Batak nya langsung mengatakan Karo. Hal ini terjadi supaya terlihat Sub Etnis Karo nya. Jika dikatakan Batak, anggapan hanya mengacu ke Batak Toba atau Tapanuli. Sehingga sering kepentingan Karo itu tertinggal.

 

Demikian juga kalimat diatas, mengapa tidak dikatakan Batak Karo atau Karo saja, padahal mayoritas dari 26.000 jiwa yang ada dipengungsian saat ini adalah Suku Karo. Sedangkan Suku Batak Tapanuli atau Suku yang lain tidak sampai 1 %. Sebagian warga suku Karo yang sempat membaca artikel ini berkesimpulan bahwa artikel ini berpotensi memecah belah. Jadi wajarlah artikel ini di delete, karena ketidak jelasan siapa penulisnya dan tidak ada manfaatnya bagi warga pengungsi Gunung Sinabung.

Komentar

Anonim mengatakan…
Bagus artikel ini
Sangat analitis dan jelas menggambarkan etika/kharakter suku Karo dan suku Batak (Toba).

Terima kasih

MUG

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025