Ada kalanya berkomunikasi itu terasa sangat sulit untuk dilakukan. Kepada orang yang baru dikenal misalnya, pasti kita merasa tidak nyaman ketika memulai suatu pembicaraan. Apalagi
kalau kita perlu menyampaikan suatu permintaan kepada orang yang baru
menjadi relasi kita, sekalipun dia atasan di kantor misalnya, sering
sekali hati kita merasa was was. Sebenarnya
bukan hanya kepada orang yang baru kita kenal, kepada orang yang paling
dekat sekalipun adakalanya kita merasa tidak nyaman saat menyampaikan sesuatu.
Belum lagi kalau yang harus disampaikan itu sesuatu yang rada rada sulit berupa masukan atau kritikan misalnya. Banyak
diantara kita yang sengaja mengulur waktu, atau bahkan melupakan jika
harus menyampaikan suatu masukan untuk orang yang kita segani. Namun kesulitan ini sebenarnya bukan masalah personal. Artinya bukan hanya dialami sedikit orang, tapi mayoritas manusia mengalaminya.
Suami sulit menyampaikan sesuatu dengan terus terang kepada istrinya, sekalipun perbuatan yang sangat positif. Misalnya
si suami didatangi oleh seorang wanita peminta peminta, dan karena
kasihannya si suami memberikan uang katakanlah Rp 300.000. Saya yakin si suami akan memilih untuk mendiamkan peristiwa ini daripada menyampaikannya kepada istrinya. Apa sebab, karena butuh penjelasan yang sangat panjang untuk meyakinkan istrinya sekaligus menghindari salah paham.
Demikian juga si istri akan merasa sulit untuk
menyampaikan cerita pengalamannya kepada suaminya saat dia memberikan
bantuan kepada adiknya atau pihak keluarganya. Apalagi kalau perbuatan baik itu sudah yang kedua atau yang ketiga kali. Umum nya pihak istri lebih memilih untuk mendiamkannya daripada menyampaikan kepada suaminya. Karena butuh cerita yang panjang sekali, dan jika si suami bertanya bisa bisa si istri merasa diselidiki dan akan tersinggung.
Satu lagi yang paling sulit untuk disampaikan adalah ketika kita kecewa dengan orang lain. Pernah kah Anda menyampaikan secara positif kekecewaan Anda kepada seseorang? Pernah kah Anda menyampaikan secara santai rasa
sakit hati Anda kepada seseorang yang dekat dengan Anda? Beberapa gelintir orang
diantara kita mungkin pernah, namun kebanyakan kita berusaha untuk menyimpan, bahkan
akhirnya melupakannya. Akan tetapi pada kenyataannya yang dapat dilupakan hanyalah kesempatan untuk menyampaikannya,
sedangkan perasaan kecewa atau sakit hati akan disimpan terus bukan?
Sekarang mari coba kita pikirkan dan renungkan baik baik. Dibawah ini saya mau menyampaikan dua buah kasus. Selanjutnya silahkan Anda pilih sesuai dengan pengalaman Anda sendiri.
Jika suatu saat atasan Anda ingkar janji kepada Anda, padahal Anda sangat berharap dia mewujudkan janjinya tersebut, Apakah
Anda melakukan...
(a) segera menyampaikan kepada dia bahwa dia lupa akan
janjinya, dan anda masih menanti, atau
(b) Anda mendiamkan tapi dalam
hati berharap agar dia ingat janjinya.
Ternyata
dia tetap tidak mengabulkan janjinya sekalipun Anda sudah
mengingatkannya apakah Anda
(a) kembali mengingatkannya atau
(b) mulai
berfikir bahwa atasan Anda tidak dapat dipercaya kalau berjanji.
Lalu 2 tahun sudah lewat, tetap Atasan Anda tidak
ingat akan janjinya, apakah Anda
(a) tetap menyampaikan permintaan Anda
sekaligus mengingatkan dia bahwa sudah dua kali dia berjanji, dengan perasaan sedikit jengkel, atau
(b)
lebih memilih mendiamkannya sambil berdoa agar atasan anda segera
dimutasi?
Apakah Anda tetap konsisten memilih a atau anda memilih b? Hahahha, dari sekian banyak orang yang saya tanya secara langsung kebanyakan memilih b. Ini adalah bukti bahwa kita memang merasa sulit untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
Memang bangsa dan budaya kita yang Timur ini lebih
terbiasa menyampaikan hal hal yang positif dan ‘enak’ kepada orang lain,
terutama orang yang kita segani. Dulu ada istilah terkenal ABS yang artinya “Asal Bapak Senang” Apapun yang disampaikan tujuannya adalah supaya bapak (atasan) senang. Istilah ABS juga bermakna, "jika mengatakan sesuatu janganlah menyampaikan hal hal yang bisa membuat bapak (atasan) merasa tidak enak.
Jadi dalam berkomunikasi kebanyakan orang
timur memilih hal hal yang menyenangkan saja. Lebih baik menyampaikan
hal hal yang membuat perasaan orang yang mendengarnya senang daripada
perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam
berkomunikasi kita lebih memilih untuk dibohongi yang penting happy
happy saja, daripada mendengar kebenaran yang dapat membuat kita sakit
hati.
Suka atau
tidak suka maka dalam jangka waktu yang lama akhirnya kita lebih
terbiasa berkomunikasi bohong membohongi daripada berkomunikasi
menyampaikan hal hal yang benar dan mendalam. Sebab kita sendirilah yang mengkondisikan hal seperti itu.
Sekali kita bertengkar dengan sahabat kita, kita langsung menganggap bahwa hubungan kita retak. Sekali seorang bawahan melihat atasan nya marah, langsunglah dia berfikir atasannya tidak suka lagi kepada dirinya. Padahal sebenarnya pertengkaran biasa terjadi karena pikiran kita masing masing berbeda.
Sebenarnya pilihan untuk berterus terang menyampaikan apa adanya lebih baik dan lebih positif dalam berkomunikasi jika kita hendak membina hubungan yang positif dan tahan lama. Sampaikanlah
isi hati Anda, namun pilihlah kata kata yang positif serta waktu yang
pas, supaya pesan Anda itu dimengerti dan dapat ditangkap esensinya.
Keberanian untuk menyampaikan pendapat, serta kemampuan untuk mengekspresikan diri setiap saat secara positif disebut dengan asertif. Kebiasaan
asertif ini perlu kita latih dan biasakan karena cara seperti inilah
yang membuat kita mampu menjaga dan melanggengkan hubungan kita dengan
seseorang. Aku sulit mengatakannya, namun aku sebaiknya katakan apa adanya”.
Berikut ini saya sampaikan beberapa hal yang merupakan hak setiap orang dalam berkomunikasi.
1
.Setiap orang ber-hak untuk memutuskan bagaimana dirinya memimpin
hidupnya. Ini termasuk mengejar tujuan dan impian Anda sendiri dan
menetapkan prioritas hidup Anda
2
. Anda juga mempunyai hak untuk memiliki nilai-nilai hidup dan keyakinan Anda, mempunyai pendapat sendiri, dan memiliki
perasaana atau emosi Anda. Anda diberikan hak untuk menghormati diri sendiri, bahkan hak untuk tidak peduli kepada pendapat orang lain . Misalnya kalau suatu
saat Anda ragu menyampaikan sesuatu karena takut ditolak, lupakanlah dulu
ditolaknya yang penting sampaikan dulu permintaan Anda. Hak Anda menyampaikan permintaan Anda, dan hak orang lain adalah memenuhi atau menolak permintaan Anda.
3 . Anda punya hak
untuk tidak menjelaskan tindakan atau perasaan kepada orang lain.
Misalnya ada orang bertanya apakan Anda sudah menikah atau belum, maka
Anda berhak untuk menjawab “Aku memilih untuk tidak menjawab
pertanyaanmu”.
4
. Hak untuk memberitahu orang lain bagaimana Anda ingin diperlakukan.
Artinya setiap orang berhak untuk memberitahu orang lain
bagaimana dia ingin diperlakukan. Kalau
kita disuruh bertemu dengan seseorang malam hari misalnya, kita berhak
mengusulkan untuk bertemunya pagi hari atau siang hari saja.
5 . Hak untuk mengekspresikan diri dan mengatakan “tidak", ” Saya tidak tahu”, ”
Aku tidak mengerti , ” atau bahkan ” Aku tidak peduli. ” Anda memiliki
hak untuk mengambil waktu yang Anda butuhkan untuk merumuskan ide-ide
Anda sebelum mengekspresikannya. Misalnya anda berkata, aku tidak bisa menjawab hari ini, beri aku waktu seminggu lagi.
6
. Hak untuk meminta informasi atau bantuan tanpa perasaan negatif
tentang kebutuhan Anda . Setiap orang berhak untuk meminta tolong kepada
siapa saja dan dimana saja, namun ingat orang lain pun berhak untuk
menolak permintaan anda atau tidak memperdulikan Anda.
7
. Hak untuk mengubah pikiran Anda, untuk membuat kesalahan, dan
kadang-kadang bertindak tidak logis - dengan pemahaman penuh dan
penerimaan konsekuensinya .
8 . Hak untuk menyukai diri sendiri meskipun Anda tidak sesempurna atau secantik/seganteng manusia yang lain.
9
. Hak untuk memiliki hubungan yang positif dan memuaskan di mana Anda
merasa nyaman dan bebas untuk mengekspresikan diri secara jujur, - dan hak untuk mengubah atau mengakhiri hubungan jika mereka tidak memenuhi kebutuhan Anda.
10 . Hak untuk mengubah, meningkatkan, atau mengembangkan kehidupan Anda dengan cara apapun Anda inginkan.
Dengan menyadari hak hak kita, (sekaligus hak hak orang lain) maka kita terbiasa untuk menyampaikan apapun yang ingin kita sampaikan kepada siapapun. Saya teringat dengan salah satu adegan dalam film Erin Brokovich yang diperankan oleh Julia Robert. Ketika dia baru bekerja di tempat kerjanya yang baru dia bertanya kepada seseorang yang sudah lama bekerja. Si orang yang ditanya itu menjawab “aku memilih untuk tidak mau menjawab pertanyaanmu”. Erin
hanya tersenyum mengangguk angguk dan tidak menyimpan perasaan marah,
karena dia menyadari haknya bertanya, dan hak orang lain menolak. Selamat menyambut tahun baru 2014.
Komentar