Bagian tersulit dari sebuah persahabatan adalah ketika salah
satu pihak atau duanya duanya mengalami situasi kritis. Pada saat itu
yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk bersabar dan memberikan kata kata
bijak. Bukan menimpali dengan kata kata yang mempersalahkan atau pun
menasihati.
Salah satu masa kritis itu adalah ketika sahabat kita gagal melakukan
sesuatu yang sudah dia sanggupi kepada kita. Misalnya dia berjanji mau
datang ke pesta Anda, namun karena sesuatu hal yang sangat mendesak dan
kritis dia akhirnya tidak bisa datang. Yang lebih parah adalah ketidak
hadiran nya tidak diberitakan kepada kita.
Saya pernah mendengar suatu cerita dari pengalaman sebenarnya dari
seorang bapak. Suatu saat dia diminta untuk membelikan makanan karena
dirumah sahabatnya akan ada pesta. Dia sanggupi membeli makanan tersebut
dengan gembira, karena dengan tanggung jawab ini dia merasa bernilai
untuk sahabatnya. Namun di tengah jalan dia mengalami kecelakaan lalu
lintas dan makanan yang dia bawa jatuh berantakan. Maklum pada saat itu
belum ada hand phone seperti sekarang, sehingga dia tidak bisa
menghubungi sahabatnya yang sudah menanti nanti makanan yang dia bawa.
Apa yang terjadi berikutnya. Jangankan datang bawa makanan, dirinya
pun terpaksa diantar ke rumah sakit.
Sahabatnya yang merasa kecewa menanti menanti dengan penuh kecemasan.
Lama kelamaan menjadi sangat jengkel dan berfikir bahwa sahabatnya itu
sudah ingkar janji. Sampai akhir pesta itu pun dia tetap tidak bisa
datang membawa makanan.
Apa dampaknya, sampai sekarang mereka belum berbaikan kembali. Yang satu
merasa ingkar janji, yang satu merasa temannya tidak peduli akan
situasinya. Anda sendiri pernah tidak mengalami peristiwa yang sperti
ini? Atau menurut anda siapa yang salah dalam situasi seperti ini? Lalu
siapa pula yang harus berinisiatif untuk memperbaiki keadaan dan
memulihkan hubungan?
Jawabannya adalah harus ada yang mau mengambil inisiatif. Misalnya sahabat yang berpesta berkata dengan tulus :
“Kami sudah menunggu nunggu kamu membawa makanan, mengapa kamu tidak jadi datang? Apa yang terjadi?”
Pertanyaan seperti ini sangat menyehatkan hubungan, dan pasti akan
dijawab dengan terlebih dahulu meminta maaf oleh temannya. Bisa saja
dia akan menjawab dengan kata-kata
: “Maaf ya, aku tahu kamu sudah menunggu nunggu, namun kemarin itu aku sempat mengalami kecelakaan”. Selanjutnya permasalahan bisa selesai dengan damai.
Akan tetapi yang sering terjadi adalah prasangka negatif. Orang yang berpesta misalnya berfikir dalam hati :
“Sialan, baru sekali diminta tolong langsung ingkar janji. Padahal kemarin sudah menyanggupi.”
Orang yang mengambil makanan pun berfikir sama juga
” Enak saja menyuruh nyuruh, ketika kita celaka ditanya saja tidak. Teman macam apa pula ini”.
Bukankah skenario yang kedua ini yang lebih sering terjadi? Kita
langsung berfikir negatif dan merasa orang lain sebagai sumber masalah.
Lalu kita hanya diam saja, namun mulai tumbuh rasa tidak percaya dalam
diri kita.
Praduga praduga seperti inilah yang paling sering menjadi penyebab
dangkalnya hubungan persahabatan . Tidak berapa lama kemudian hubungan
persahabatan pun putus.
Lalu bagaimana cara tetap memelihara hubungan persahabatan mesipun ada
masalah? Saya pernah mendengar penuturan yang menarik dari seorang Ibu
dari Palembang. Ibu ini mempunyai suami seorang Guru Besar di
Universitas di Kota Pelembang. Dia juga seorang wiraswasta sehingga
penghasilan dia lebih besar dari gaji suaminya yang professor.
Dia berkata tentang dua cara menjaga hubungannya dengan suaminya. Cara
yang pertama adalah, dia selalu memberikan ruang dan kesempatan kepada
suaminya untuk marah-marah. Jika suaminya marah, maka dia akan diam dan
tidak menimpali. Dia dengar dan biarkan suaminya untuk melampiaskan
kekesalannya. Lalu dia akan tunggu 2 atau 3 hari sampai semua
kemarahanan suaminya renda.
Setelah benar benar reda, atau suaminya sudah lupa akan kemarahannya baru dia akan memberikan argumentasinya. Dia katakan,
“papa
marah dua hari yang lalu. Papa marah karena ini dan itu dan
mempersalahkan saya. Tahu gak papa, bahwa sebenarnya sumber masalahnya
kan papa?”
Lalu suaminya akan menjawab,
“Lho mengapa mama tidak katakan waktu itu?” Kemudian suaminya juga akan menyahut, “
kalau begitu maafkan papa ya…”
Apa yang dilakukan ibu profesor ini adalah memahami situasi atau
kemarahan suaminya. Dia juga menyadari tidak ada artinya dia membela
diri saat itu, pasti harga diri suaminya akan merasa tercoreng, dan
bisa bisa kemarahannya makin menjadi jadi.
Kiat kedua yang dia lakukan adalah memahami dan menjaga harga diri
suaminya, ” meskipun pendapatannya sebagau wiraswasta lebih besar,
namun dia akan tetap meninta gaji suaminya saat tanggal gajian”. Dia
tahu psikologi laki laki bahwa ingin diperlakukan sebagai sumber utama
nafkah keluarga.
Kesimpulan nya adalah, pahami dan mengertilah keadaan sahabat anda.
Lalu tunjukkan atau ekspresikan pengertian anda melalui perkataan atau
percakapan, juga dengan tindakan atau prilaku. Saat dia gagal atau
dibawah standar kita jangan diamkan. Tapi tetap tegur lalu tanya apa
masalahnya. Semua manusia pasti punya kesahalahan. Janganlah memperbesar
kesalahan, namun carilah jalan keluar. Ada pepatah yang mengatakan,
“Jangan kutuki kegelapan namun nyalakan lah lilin”. Tunjukkan pengertian
dan kesabaran kita. Dalam batin kita berkata
“Menangislah, berteriaklah aku siap dengan sapu tangan dan segudang solusi”.
Contoh-contoh perkataan untuk menunjukkan pengertian
Apa yang terjadi, ceritakanlah aku siap untuk mendengarkan.
Apa masalahnya? Mengapa bisa terjadi seperti itu.
Saya mengerti, hal itu bisa saja terjadi kepada siapapun.
Oh begitu, jangan terlalu risau dengan keadaan itu. Banyak hal yang bisa kita lakukan.
Tidak apa-apa, saya juga pernah gagal melakukannya.
Contoh contoh prilaku untuk menunjukkan pengertian.
Membiarkan seseorang marah tanpa membalas kemarahannya.
Memaafkan dia dalam hati, lalu meminta orang lain untuk melakukan pekerjaan yang sama.
Memberikan sesuatu alat yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya
Melatih atau meng-coach dia kalau dia gagal melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Memberi kesempatan kepada teman atau anak buah anda untuk memperbaiki diri.
Suatu saat seorang manager di IBM melakukan kesalahan besar dalam
mengerjakan suatu proyek, sehingga proyeknya gagal serta rugi jutaan
dollar. Dia menyadari kesalahannya dan merasa malu sampai sampai dia
memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ketika atasannya
memanggil dia, maka dia berfikir bahwa si atasan akan meminta dia
mundur dari perusahaan sebagai konskwensi atas kegagalan dan kerugian
yang sudah dia buat. Maka saat dia dipanggil tersebut dia langsung
berkata,
“
Saya tahu mengapa bapak memanggil saya, tentu ingin memecat saya bukan?”
Si atasan menimpali dengan jawaban,
“Kami tidak mau rugi sekian juta dollar dua kali berturut, kalau memecat Anda. Belajarlah dari kegagalan Anda”.
Komentar