Pada letusan Gunung Sinabung yang pertama tahun
2010, Presiden SBY sempat berkunjung ke Kabanjahe dan mendatangi
beberapa posko pengungsi serta berdialog dengan para pengungsi untuk
menguatkan mental dan menambah semangat. Pada saat itu banyak sekali harapan masyarakan khususnya jemaat GBKP di seluruh Indonesia agar Presiden SBY bertemu dan berdialog dengan pimpinan tertinggi GBKP yaitu ketua Moderamen GBKP.
Harapan ini sangat beralasan karena perhatian, kepedulian serta campur tangan GBKP terhadap para pengungsi begitu besar. Banyak hal yang dilakukan GBKP
untuk menampung para pengungsi di gereja-gereja GBKP, Kantor Klasis,
Kantor PPWG, Kantor Moderamen, dan property GBKP lainnya. Termasuk dalam menyediakan segala kebutuhan logistik para pengungsi dan memberikan penguatan dan hiburan secara spiritual kepada para pengungsi dan anak anak pengungsi. Namun kala itu Presiden SBY sama sekali tidak diarahkan berkunjung ke Posko Pengungsi yang dilayani oleh GBKP. Dalam acara dialog presiden dengan bupati Karo dan jajarannya pun sama sekali ketua Moderamen tidak diundang. Kala itu Bupati Kabupaten Karo adalah Daulat Daniel Sinulingga.

Mengapa Ketua Moderamen GBKP tidak diundang? Mengapa Presiden tidak berkenan mengunjungi Posko Pengungsi GBKP? Inilah
pertanyaan yang selalu diajukan oleh masyrakat dan jemaat GBKP dimana
pun penulis bertemu. Saya sendiri pun tidak mengetahui apa alasan
dibalik hal itu. Bahkan sampai sekarang pun tidak seorang pun jajaran pimpinan GBKP atau pengurus Moderamen GBKP yang mengetahuinya.
Apakah GBKP sakit hati? Apakah semangat GBKP
berkurang dalam menangani pengungsi setelah kunjungan Bapak Presiden SBY
pada tahun 2010 tersebut? Sama sekali tidak. Bahkan perlahan lahan kejadian itu terlupakan dalam ingatan setiap pimpinan GBKP bahkan juga dalam ingatan banyak jemaat GBKP.
Itulah sebabnya saat Gunung Sinabung kembali
meletus sejak bulan September 2013 yang mengakibatkan puluhan ribu
penduduk kembali harus mengungsi, semangat melayani GBKP kembali
melahirkan kepedulian yang sangat besar.
Dikomandoi oleh Pendeta Agustinus Purba, dibantu oleh Anak Muda Siaga Bencana (Asigana) dan juga seluruh sukarelawan GBKP, pertua, diaken, seluruh jemaat memberikan layanannya secara maksimal kepada seluruh pengungsi. Semua kebutuhan pengungsi ditanggung bersama bersama oleh seluruh Jemaat GBKP dimanapun berada. Tidak ada hentinya sumbangan mengalir ke GBKP bahkan dari luar GBKP.
Sumbangan kepada pengungsi yang disalirkan melalui
GBKP banyak yang diterima oleh Posko GBKP dari lembaga lembaga LSM,
dari lembaga lembaga penyiaran seperti MNC dan Metro TV, dari Sampoerna,
Kompas Gramedia Group , dari Gereja Gereja Tetangga baik yang Sumatra
Utara maupun seluruh Indonesia, semua berlomba lomba memberikan bantuan
untuk meringankan penderitaan sesama di posko pengungsian.
Dari pribadi jemaat pun bantuan yang diberikan sangat mengharukan. Ada
yang meberikan sayuran kurmak parit, kangkung, buncis, tomat atau apa
saja yang bisa diberikan itulah yang mereka antar langsung ke Posko
GBKP. Ada yang mengirimkan tape manis, ada yang mengirimkan cendol, ada yang mengirimkan sirih (belo dan adumna) ada yang mengirimkan labu atau jambe 6 ton sekaligus. Ada
juga jemaat di GBKP di Pulau Jawa mengirimkan sapi belasan ekor untuk
dipotong dan disembelih dan dibagikan kepada seluruh posko pengungsian.
Sungguh hati kita sangat terharu dan bersyukur akan
besarnya perhatian dan pertolongan yang diberikan oleh Jemaat, tanpa
dikomando . Pertolongan yang tumbuh dari yang
tumbuh dari perasaan empati terhadap sesama manusia terhadap korban
erupsi Gunung Sinabung yang sampai detik ini tidak bisa dipastikan
kapan berakhirnya.
Saat ini (Sabtu, 18 Januari 2014) jumlah pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung secara total 27.319 jiwa, atau sebanyak 8564 KK yang berdiam dalam 40 Posko Pengungsian. Dari 40 posko tersebut, yang benar benar ditangani oleh GBKP ada sebanyak 14 posko dan 7.864 jiwa. Empat
belas posko ini didirikan di property GBKP, sedangkan posko posko yang
lain dikelola oleh pemerintah dan lembaga lembaga agama yang lain
seperti Mesjid, Gereja Katolik, Gereja Gereja Tetangga, Loos, halaman
Sekolah dan halaman kantor pemerintah.
Mereka inilah yang rencananya akan dikunjungi oleh Presdin SBY minggu depan dalam kunjungannya yang kedua kali ke Kabanjahe untuk bertemu dengan para pengungsi. Kunjungan ini memang gaungnya sudah begitu kuat dalam satu minggu terakhir ini, karena tidak hanya pengungsi yang menantikannya namun juga seluruh masyarakat Karo dimanapun berada.
Apa yang membuat kunjungan ini sangat dinanti
adalah besarnya harapan akan membaiknya perhatian pemerintah terhadap
keadaan dan kelanjutan hidup para pengungsi. Besar harapan yang dinantikan bersama datang nya RI 1, karena mengingat kecilnya perhatian Pemda Karo terhadap para pengungsi selama ini. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo yang belum ada, serta
belum ditetapkannya status bencana menjadi bencana Nasional diharapkan
menjadi lebih jelas saat kunjungan Bapak Presiden SBY.
Satu harapan yang lain adalah, adanya kesediaan
Presiden SBY untuk berkunjung ke Posko Pengungsi GBKP sekedar
melemparkan senyum dan jabat tangan erat. Atau
kebersediaan Presiden SBY sekedar bertatap muka dengan Ketua Umum
Moderamen GBKP, untuk membesarkan hati dan sekitar 320.000 jemaat GBKP
di seluruh Indonesia? Sebuah
momen yang akan disikapi dan direspon dengan ucapan syukur kepada Tuhan,
sekaligus menjadikannya dorongan untuk lebih memperhatikan dan menolong
saudara saudara dipengungsian.
Kalau seandainya Bapak Presiden SBY berkenan
berkunjung ke Posko GBKP atau bertatap muka dengan Ketua Moderamen GBKP, maka
seluruh umat GBKP akan penuh
dengan ucapan syukur.
Namun
sekalipun Bapak Presiden SBY tidak berkenan untuk berkunjung dan
bertatap muka dengan moderamen GBKP, juga akan direspon dengan ucapan
syukur yang amat mendalam.
Karena
Daniel mengajarkan kepada seluruh umat kristen termasuk seluruh jemaat
GBKP untuk tetap menghormati pimpinan sekaligus memuliakan Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Komentar