GBKP Menjadi Keluarga Allah yang Diutus untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia bagi Seluruh Ciptaan
(Markus
16:15; 1 Pet 2:9-10)
Ceramah
utuk Konvent Pendeta GBKP Wilayah 4 (7 Nov.2025)
Pdt.Prof.Dr.Risnawaty
Sinulingga MT.h
Pengantar
Puji
Syukur kepada Tuhan untuk kesempatan berharga saat ini dalam menyampaikan
ceramah tentang visi baru gereja GBKP. Ceramah ini disampaikan menurut perumusan
visi, dianalisa berdasarkan teks acuan (Markus 16:15 dan 1 Petrus 2:9-10), dibandingkan
dengan panggilan gereja dalam Tata Gereja GBKP. Rumusan visi dan panggilan GBKP
yang sedikit berbeda dengan teks acuan Alkitab, menunjukkan bahwa GBKP memiliki
landasan dogmatis yang cukup kuat dalam perumusan vissi ini. Dalam bagian pertama
ceramah, akan dipaparkan makna kata-kata dalam visi yaitu “Menjadi Keluarga
Allah yang Diutus”, “Untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia” dan “Bagi seluruh Ciptaan”.
Penjelasan ini penting bukan saja karena merupakan bagian dari visi GBKP, tetapi
karena adanya perbedaan dengan kalimat teks Alkitab (“…beritakanlah Injil
kepada segala makhluk…”) dan panggilan GBKP (“…menyatakan kasih Allah kepada
seluruh ciptaan”), khususnya ada pula aneka
penafsiran mengenai “Missi Allah” dan “Seluruh Ciptaan” yang bila tanpa
penjelasan yang memadai bisa mendatangkan gangguan bagi jemaat.
Sesudah itu akan dipaparkan apa yang dimaksud dengan Vissi, Missi,
Roadmap, GBP, Fokus dan Sasaran GBKP serta hubungan keenamnya. Khususnya akan
dibahas apa yang menjadi Sasaran GBKP pada Tahun 2026-2030 (“Penguatan Fondasi Spiritual
Berbasis Keluarga”) dan Fokus pada tahun 2026 (“Relasi dengan Tuhan”). Ketika
konsep Spiritualitas dibahas, dipaparkan pengertian Spiritualitas yang telah
kita kenali selama ini, dilengkapi dengan
pengertian Spiritualitas dalam GBP yang jarang disinggung, terutama konsep
Spiritualitas Johannes Calvin. Ceramah ini dilanjut dengan beberapa kendala yang dihadapi GBKP,
sekaligus dengan contoh solusi yang diusulkan atau yang dapat dilakukan. Lalu
terakhir akan diulas Fokus gereja kita pada tahun 2026 akan dikemukakan bersama
contoh program unggulan yang dapat dilakukan oleh Runggun-Runggun GBKP.
1. Konsep Tema berdasarkan Visi dan Teks (Markus 16 :15
& 1 Pet.2:9-10) serta Panggilan (Tata
Gereja GBKP)
1.1.
Menjadi Keluarga
Allah yang Diutus (1 Pet.2:9)
Yang “diutus untuk memberitakan perbuatan-perbuatanNya”, yang “dipanggil
keluar dari kegelapan kepada terangNya
yang Ajaib” dalam 1 Pet.2:9-10, adalah jemaat Kristen Asia Kecil dan sekitarnya.
Jemaat ini yang disebut dalam tema (visi GBKP) “Menjadi Keluarga Allah yang Diutus”. Umumnya
para penafsir menjelaskan bahwa gelar kehormatan “umat Allah” pada 1 Pet.2:9a menghunjuk
kepada posisi gereja sebagai keluarga Allah, anak-anak Allah, saudara-saudari
dalam Allah.[1]
Gelar ini dihubungkan kepada “keluarga Allah” berdasarkan 1 Pet.1:3, 14, 23; 2:2,
yang mengungkapkan “kelahiran baru: jemaat Kristen itu, dan panggilan bagi
mereka untuk hidup taat sebagai anak-anak Allah.[2]
Gereja sebagai “keluarga Allah, diutus untuk hidup dalam Persekutuan Keluarga dalam
berdoa, mengikuti sakramen atau
katekisasi, saling memberi, melayani, memberitakan (perbuatanNya) dan hidup dalam
terang. Contoh yang diberi oleh Udoekpo dalam artikelnya bagi Keluarga Allah adalah
gereja keluarga di Afrika.[3]
Dalam PL terlihat pengalaman perjumpaan dengan Tuhan
yang membangun iman keluarga (Abraham, Sarah dan Ishak (Kej.12, 18, 22).
Pengalaman ini juga kita jumpai dalam PB (Kis.2.43-47), terjadi pertobatan, penyembahan,
mujizat Tuhan dalam persekutuan keluarga, bahkan keluarga-keluarga, di sana mereka
saling berbagi, bersama dalam disiplin sebagai keluarga Allah. Jemaat mula-mula
adalah keluarga yang diutus membangun spiritualitas bersama, Komunitas gereja
mula-mula berbasis kekerabatan. Gereja sebagai keluarga sangat ditonjolkan dalam
GBKP, misalnya dalam menerima semua anggota keluarga (anak-anak, muda/i, kaum
bapa, kaum ibu, saitun, dll). Gereja ini terdiri dari berbagai suku, tingkat
pendidikan, tingkat penghasilan. Sebagai keluarga GBKP bukan saja harus terbuka
tetapi menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua anggota keluarga. Dalam
posisi gereja sebagai keluarga, gereja yang adalah Ibu dalam Keluarga Allah memperhatikan
perkembangan spiritualitas anggota keluarganya yaitu personal jemaat. Ia bukan saja menerima, tetapi merawat, mengajar, dan
mengembangkan berkat keselamatan anak-anakNya.[4] Gereja sebagai Ibu, berdasarkan visi baru yang menekankan
posisinya sebagai keluarga Allah, lebih menekankan “Penggembalaan” sebagai
ganti “Hukuman” terhadap anggota gereja,
misalnya bagi yang sudah bercerai, yang dilakukan adalah tindakan penggembalaan khusus selama 2 tahun.[5]
Dalam Tata Gereja, GBKP disebut sebagai “keluarga Allah”, yang dalam Persekutuan dengan Allah Trinitas sebagai sumber
Persekutuan, yang mewujud lewat Persekutuan anggota Runggun. Maka ”keluarga
Allah” dan “yang diutus Allah” dalam visi GBKP:
-
bukan hanya pribadi-pribadi dari jemaat GBKP sebagai
anak-anak Allah,
-
tetapi persekutuan hidup antara anak, ibu, bapa dalam
keluarga yang dibentuk Allah,
-
dan juga persekutuan anggota PJJ, Kategorial, bahkan Runggun.
1.2. Mengerjakan
Missi Allah di Dunia (Visi GBKP): Pergi ke ke seluruh Dunia, beritakan Injil kepada segala Mahkluk (Teks
Alk): Menyatakan KasihAllah kepada seluruh Ciptaan (Panggilan GBKP)
Teks
Alkitab: Markus 16:15
Pengantar
dan Posisi Markus 16:9-20
Injil
Markus adalah kitab Injil tertua, kemungkinan ditulis antara tahun 35-70 SM
oleh Markus, teman sekerja rasul Petrus. Dapat diduga bahwa kitab ini umumnya ditulis bukan untuk pembaca Yahudi, tetapi untuk
orang Romawi. Rangkuman isi kitab Injil ini adalah pengajaran dan pemberitaan lewat
khotbah Petrus pada Kis.10:34-43 mengenai Injil (kedatangan, karya, kehidupan,
kematian dan kebangkitan Yesus Kritus, keselamatan dari Allah untuk manusia) serta tugas untuk menyaksikan berita
Injil itu.[6]
Banyak
pendapat mengenai Markus 16:9-20. Ada pandangan tradisional yang menganggap
bahwa perikop ini adalah bagian asli yang berfungsi sebagai penutup kitab Injil
Markus, yang lain beranggapan bahwa itu adalah tambahan penulis dari abad 2 M.
Tetapi kebanyakan penafsir menyimpulkan bahwa, perikop ini adalah bagian
kanonis dari Injil Markus, maka bagian ini diterima memiliki otoritas Ilahi
sama dengan yang lainnya.[7]
Ulasan
Teks Markus 16.15c “Pergilah ke seluruh dunia, Beritakanlah Injil ke segala
makhluk”
Ay.15:
Mereka diberi tugas pekabaran injil ke seluruh dunia, yang isi intinya adalah
Yesus Kristus membawa keselamatan. Mengerjakan missi Allah itu adalah “pergi ke
seluruh dunia” (ay.15b), yang kemudian dalam ay.15c lebih dirinci dengan
mengatakan “…beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Kata-kata “seluruh
makhluk” pada teks Alkitab ini, dalam visi GBKP dan Panggilan Gereja menurut
Tata Gereja GBKP diganti dengan istilah “seluruh ciptaan’.[8]
Beberapa penafsir memberikan ulasan khusus atas kata-kata “beritakanlah Injil
kepada segala makhluk” (“segala ciptaan”), karena ada yang menekankan bahwa:
-
Penginjilan atau pemberitaan kabar baik perlu
disampaikan bukan hanya kepada manusia, tetapi kepada “segala mahkluk” atau “segala
ciptaan”, termasuk kepada tumbuh-tumbuhan, binatang, dan batu-batuan, air,
udara, dll. Teologi ini diberi nama Restoration Theology. Lingkungan
hidup, binatang, tumbuh-tumbuhan, tehnologi, bahan bakar, bahkan budaya pun perlu
dipulihkan untuk kebutuhan dalam kehidupan yang kekal itu.[9]
Juga dikatakan tidak akan ada Surga atau “Langit dan Bumi yang baru” dalam
kehidupan kekal tsb, yang ada adalah “langit
dan bumi lama yang sudah diperbaharui”.[10]
-
Tetapi Alkitab (2 Pet.3:13) berbicara tentang keberadaan
langit yang baru dan bumi yang baru, karena langit yang pertama dan bumi yang
pertama, telah berlalu, laut pun tidak ada lagi
(Wah.21:1).
-
Lagipula, dikemukakan bahwa dalam kehidupan
kekal, tubuh baru tidak lagi tunduk pada kebutuhan jasmani (Kor.15:42-44;
Pil.3:21; Wah.7:16-17; Wah.22:5), dan tidak ada perbededaan budaya (budaya
Batak & Jawa), Maka tidak perlu restorasi budaya karena di sana ada persaudaraan yang sempurna dalam Kristus
(Gal.3:28; Ep.3:15).
-
Memang istilah Yunani yang dipergunakan
untuk “segala makhluk” atau “segala ciptaan” adalah pasca ktisis, yang
boleh berarti “human creature” (manusia) dan “creation things” (binatang,
tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, udara, air, dll).[11]
Alkitab Bahasa Inggris (RSV) menterjemahkan kata-kata
Yunani ini dengan “the whole creation” (seluruh ciptaan). Tetapi kalau
kita perhatikan ay.16, dikatakan “Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan…”.Yang bisa percaya dan dibabtis tentulah hanya manusia bukan
makhluk ciptaan lainnya. Terutama, kitab Injil lain (Matius daan Markus yang
lebih muda dari Markus) dan Kisah Para Rasul, menyebutkan “…jadikanlah semua
bangsa muridku…’ (Mat.28:18), “…berita tentang pertobatan, pengampunan dosa
harus diberitakan kepada segala bangsa (Luk.24:17),“…kamu akan menjadi saksiKu
sampai ke ujung bumi…(Kis.1:8)
-
Maka dapat kita simpulkan bahwa mengerjakan
missi Allah di dunia, dlm bentuk pemberitaan firman tentang Injil dan pendewasaan iman ditujukan hanya kepada
manusia.
1.3. Panggilan atas GBKP dalam Tata Gereja
GBKP: “Menyatakan Kasih Allah kepada seluruh ciptaan”.
Panggilan dalam Tata Gereja GBKP adalah “menyatakan
kasih Allah kepada seluruh Ciptaan”.[12]
Semenara itu, seperti telah dikemukakan teks Markus 16:15 mengatakan “Beritakanlah
Injil kepada segala makhluk…” Tata Gereja GBKP menuliskan “menyatakan kasih”
sebagai ganti “memberitakan injil”, karena missi Allah, missi GBKP bukan hanya
melakukan pemberitaan Injil (pemberitaan firman tentang Yesus Kristus) dan
memberitakan firman untuk pendewasaan orang, tetapi juga melakukan tanggung
jawab pemeliharaan kepada “seluruh makhluk” atau “seluruh ciptaan” termasuk lingkungan
dengan serius, karena manusia tidak akan bisa menerima dan menghidupi Injil seutuhnya
dalam kondisi lingkungan yang rusak. Inilah yng dimaksud dengan “menyatakan
kasih’ sebagai gani “memberitkan Injil”. Jadi panggilan kita bukan hanya untuk
“memberitakan Injil” pada manusia, tetapi menyatakan kasih Allah kepada manusia
dan seluruh makhluk, seluruh ciptaan lainnya [13]
Hal yang terakhir ini disebutkan Teologi
Ekologi dan menjadi Fokus GBP GBKP 2030 (“Relasi dengan CiptaanNya-“Nandai
Tinepana”)[14]Dalam krisis ekologi yang terjadi di Indonesia bahkan di
dunia, dibutuhkan Teologi Ekologi (Paradigma Ekosentrisme). Masyarakat mulai
paham tentang kerusakan ekologis yang semakin mengancam kehidupan manusia
(banjir di mana-mana, suku udara semakin panas, pergantian musim yang tidak
teratur, deforestasi, pencemaran tanah, dll). Bumi berada dalam keadaan gawat
darurat.[15]Bumi
atau alam butuh bukan saja perlakuan yang baik tetapi “adil” dari manusia, kita
adalah teman Allah, dan teman alam (bukan semata pemilik alam).[16].Allah memanggil kita sebagai teman sekerjaNya
bukan saja untuk memperkenalkan Jnjil tentang pengampunan dosa kepada manusia
tetapi Injil yang holistik, yang juga membebaskan manusia dari belenggu
kemiskinan dan ketidakadilan, dan membebaskan alam semesta yang mengerang
kesakitan dari perlakuan semena-mena manusia. Ini adalah Missio Dei, missi
Allah demi mencapai kesejahteraan bersama[17]Jemaat
harus dibina untuk memahami tanggung jawab mereka atas dunia dan alam ciptaan
serta mempu mengambil tindakan nyata untuk pelestarian lingkungan. Ini juga adalah
bagian dari Missi Allah itu.[18]
2.
Vissi-Missi-Roadmap, GBP, Sasaran & Fokus serta Hubungannya
Visi GBKP: adalah tujuan
akhir, cita-cita jangka panjang, atau masa depan GBKP, yaitu: GBKP
Menjadi Keluarga Allah yang Diutus untuk mengerjakan Missi Allah ke dunia bagi
Seluruh Ciptaan (Markus 16:15; 1 Pet 2:9-10)
Missi GBKP: Langkah-langkah
kongkret atau cara-cara atau tindakan yang dilakukan untuk mencapai visi
tersebut: Missi GBKP, sesuai dengan visinya yang tertulis di atas:
-
Alkitab sebagai pedoman
-
Semangat persaudaraan
-
Membangun Persaudaraan dan Persekutuan
-
Menambahkan Potensi Anggota Runggun dan Unit2
Pelayanan
-
Membangun dan memanfaatkan Tehnologi Informai/Digitalisasi.[19]
Roadmap
dan Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP
Roadmap
GBKP adalah langkah kongkrit untuk memastikan gereja GBKP berjalan sesuai visi-missi
gereja, ia merupakan panduan strategis
jangka panjang GBKP (2025-2050), dirancang untuk membantu gereja mengantisipasi
dan merepon perubahan zaman (termauk perkembangan teknologi dan dinamika
sosial), terbagi atas tahun 2025-2030; 2031-2035; 2036-2040, 2041-2045, dan 2045-2050.
Garis
Besar Pelayanan Gereja. Tiap bagian (5 tahun) dari roadmap yang disebut di
atas bersisi GBP, pedoman dalam menjalankan missi gereja secara holistik, yang menjadikan
Roadmap sebagai sasaran, berfungsi sebagai pedoman
perencanaan dan evaluasi pelayanan gereja. Oleh karena itu prinsip-prinsip Roadmap
harus diadopsi dalam GBP, sehingga pelayanan gereja dapat terarah dan adaptif
terhadap perubahan zaman. Roadmad untuk tahun 2026-2030,
sekaligus menjadi GBP GBKP tahun 2026-2030, dengan sasaran 5 tahun, dirumuskan sebagai “Penguatan
Fondasi Spiritualitas Personal berbasis Keluarga”[20]
Fokus:
Roadmap khusus atau GBP (Sasaran) tahun 2025-2030 ini, dirinci lagi pertahun, sehingga terdiri
dari 5 rumusan GBP untuk masa 5 tahun berturut-turut. 5 rumusan GBP, tiap tiap
tahun disebut Fokus (pusat tujuan pertahun), yang masing-masing disusun sesuai
dengan yang dianggap penting untuk mengantisipasi perubahan zaman, sedangkan Sasaran
adalah tujuan yang mau dicapai dalam 5 tahun. Fokus
(pusat tujuan) pada tahun 2026 adalah “Relasi
dgn Tuhan-Nandai Dibata” (Melaui
Doa, Ibadah dan Kedekatan dengan Allah)
Untuk
mencapai sasaran dibuatkan fokus. Untuk mencapai focus dipersiapkan program- program
unggulan runggun. Fokus tahun 2026-2030 sbb.
-
Fokus 2026: Relasi dengan Tuhan-Nandai Dibata
-
Fokus 2027: Relasi dengan diri sendiri (Mengenali
identitas dan panggilan sebagai ciptaan Allah
-
Fokus 2028: relasi dengan sesama
-
Fokus 2029 relasi dengan keluarga
-
Fokus 2030 relasi dengan dunia[21]
3.
Penguatan Fondasi Spiritualitas Personal Berbasis
Keluarga-Relasi dengan Tuhan (Nandai Tuhan melaui pertobatan, kelahiran baru, doa,
ibadah dan Kedekatan dengan Allah)
Pemahaman
tentang “Penguatan Fondasi Spiritual Berbasis Keluarga” dan “Relasi dengan
Tuhan” terlebih dahulu membutuhkan pemahaman yang benar tentang konsep dan
kondisi spiritualitas GBKP.
Spiritualitas:
Konsep Tradisional
Sudah mentradisi di GBKP, bahwa spiritualitas dipandang
sebagai suatu aspek kerohanian secara umum, kehadiran serta partipasi dalam
ibadah-ibadah, ruang bagi ekspressi secara pribadi di dalam menyatakan iman
sebagai ganti dari pengajaran dan metodenya yang dogmatis, minat dan semangat
dalam pelayanan, partisipasi dalam pembinaan dan pelatihaan dalam gereja,
penghayatan akan tugas dan panggilan pelayanan, dll. Spiritualitas juga sering
disebut berkaitan dengan saat teduh pribadi/keluarga, kesucan hidup, serta pelayanan
orang percaya Inilah yang selama ini
sudah digaung-gaungkan dalam gereja kita. Semuanya ini tidak salah, semuanya
ini benar. Tetapi spiritualitas itu lebih dari yan disebutkan di atas.[22]
Spiritualitas:
Konsep GBP
Spiritualitas juga adalah
pengalaman berelasi dengan Tuhan yang
melampaui kemampuan akal. Proses berelasi ini menunjukkan bahwa manusia
memiliki kemampuan berelasi, bahwa sifat alaminya adalah relasionalitas
(Maz.34:9). Berelasi dengan Tuhan membutuhkan pengalaman real dalam (sosial,
fisik, mental dan spiritual)
Dalam GBP GBKP Spiritualitas itu dihubungkan kepada Fokus
GBP GBKP 2026 (Relasi dengan Tuhan-Nandai Dibata), disebutkan bahwa
”Spiritualitas” itu adalah “Kemampuan manusia berelasi dengan Tuhan”, yaitu
dalam:
-
merasakan/mengalami
kehadiranNya dlm keseharian,
-
Menghayati
relasi dengan Tuhan lewat meditative
& kontemplatif (ibadah-ibadah)
-
Mengalami kuasa supranatural seperti penyembuhan dan
penguiran roh-roh jahat
Dalam
GBP GBKP juga disebutkan bahwa ”Spiritualitas” itu bukan sekedar “pengalaman
perjumpaan dgn Tuhan”, tetapi termasuk “pertobatan” dan “kelahiran baru”,
yaitu: sebuah proses menghayati dan
menghidupi panggilan bertobat (karena kata Kerygma atau pemberitaan juga menyangkut karya
penebusan YK lewat penderitaan kematian dan kebangkitanNya (Luk.11.32; 1
Kor.1.21,30).[23]
Spiritualitas:
Konsep Johanes Calvin
Tetapi
sangat penting untuk dicermati bahwa Johanes
Calvin sangat menekankan pengertian “spiritualitas” yang disebutkan dalam GBP
GBKP di atas, yaitu sebuah pengalaman sederhana dalam bentuk perjumpaan orang
percaya dengan Tuhan,[24]
Proses menghayati dan menghidupi panggilan bertobat ini disebut Calvin sebuah proses “Pembenaran karena Iman” dan “Kelahiran
Kembali”. “Pembenaran karena iman adalah penerimaan bahwa lewat pengurbanan YK,
Allah mengampuni kita, dan kita mendapat bagian dalam kebenaran Kristus. Ini adalah landasan utama, tempat Kristen
berdiri, inilah titik awal semua bentuk spiritual yang lain, dikatakan bahwa Calvin
dan Luther mengalami pertobatan, maksudnya peralihan dari ritual agama, usaha
menati aturan dan undang-undang kepada “Pembenaran karena Iman dan “Kelahiran
Kembali.[25]
Sisi balik dari “Pembenaran karena Iman” adalah “Kelahiran Kembali”,
yaitu menanggalkan manusia lama, mengenakan manusia baru, inilah proses yang terus
menerus, sehingga seseorang bertambah serupa dengan Kristus, menjadi gambar
Allah, disebut “Proses dicintai menjadi mencintai”. Proses ini disebut Calvin
sebagai proses Allah mematikan keonaran dalam tubuh, Proses ini tidak selesai
dalam sekejap mata, tetapi terjadi sampai akhir hayat.[26]
Seperti dijelaskan di atas, dalam Tata Gereja GBKP
bahwa Persekutuan dengan Allah Trinitas (pengalaman berjumpa dengan Tuhan) menjadi
sumber Persekutuan Jemaat. Proses perjumpaan ini
dijelaskan sebagai suatu keterlibatan
harian dengan Tuhan.[27]
Proses “pembenaran karena iman” dan “kelahiran baru” ini berkaitan
dengan pekerjaan Roh Kudus, yang membuat “orang percaya seperti tertulis dalam
Kitab Suci”, menerima dan mengalami pekerjaan Roh Kudus. (Yoh.7:37-39). Lebih
rinci dituturkan dalam 1 Yoh:1:9.
-
Karena pekerjaan Roh Kudus seseorang
mengenali dirinya sebagai orang berdosa, mengakui dosanya dengan penuh
penyesalan (ay.9a)
-
atas dasar keadilan dan kesetiaan Allah di
dalam Yesus Kristus (ay.9b), Allah memberi pengampunan dosa kepadanya (ay.9c). Inilah proses
“pembenaran karena iman”.
-
Dan Dia menyucikan kita dari segala
kejahatan (ay.9d). Inilah “proses kelahiran baru” yang berlaku terus menerus.
Kondisi Spiritualitas GBKP
Dikatakan, telah. terjadi penurunan spritualitas dalam GBKP, Pendeta,
Pertua, Diaken khususnya anggota jemaat Terutama pada masa Pasca Pandemi dan di
saat terjadinya Perubahan Sosial belakangan ini (globalisasi dan ekonomi pasar,
sikap hidup egois, materialis non moralis, eksploitasi alam tanpa batas,
lakukan segala kejahatan untuk diri, kesenjangan sosial yang semakin meningkat,
marak tindakan kekerasan dalam keluarga dan masyarakat, dll) Hal ini ditambahi
lagi dengan krisis ekologi.[28]
Ini ciri khas pada masa Pasca Pandemi dan si saat terrjadinya Perubahan Sosial.
Hal ini sangat berdampak terhadap gereja. Terlihat kelemahan utama para Pelayan
Gereja dan Jemaat dalam Vissi/Missi/Roadmap/GBP/Arah dan Sasaran Pelayanan,
Tugas dan Panggilan Gereja, Kegiatan-Kegiatan Kebaktian Minggu, Kategorial, PJJ,
Pembinaan dan Pelatihan, dll.[29]
4.
Kendala yang dihadapi GBKP dan Berapa Saran untuk Solusi
Beberapa contoh kendala dikemukakan di bawah ini.
-
Kurangnya pemahaman dan keperdulian tentang Visi,
Missi, Roadmap, GBP, Sasaran, Fokus baik di tingkat Klasis, Runggun, PJJ,
maupun kategorial yang berdampak atas tidak dijalankannya apa yang diputuskan. Yang
diputuskan di tingkat Moderamen atau yang dirumuskan oleh team-team yang menjardi
kepanjangan tangan Moderamen, umumnya tidak dijalankan di Klasis dan Runggun karena
mereka kurang paham. Contoh Sasaran pelayanan GBKP Tahun 2025 adalah “Dewasa
Menerima Perbedaan”, perlu dipertanyakan program apa yang telah dibuat Klasis
dan Runggun dalam hal ini?
-
Kurangnya pemahaman ini ditambahi lagi oleh kurangnya keperdulian akan masalah yang
ada, dan solusinya, serta tidak maksimalnya pendampingan oleh Moderamen, Klasis
maupun Runggun. Dalam penyusunan program Runggun GBKP, sering tidak diarahkan
atau didampingi Klasis, oleh karenanya sering kali penyusunan pogram itu bersifat
rutinitas, bahkan ada yang sekedar copy paste
-
Kurangnya kepedulian atau keseriusan dalam program-program
yang disusun dan dilakukan karena spiritualitas (dan relasi dengan Tuhan)
serayan dan jemaar yang bermasalah, yang
dilanjutkan dengan tiadanya atau kurangnya evaluasi (“evaluasi yang serius”), oleh
Moderamen ke Klasis-Klasis, dan Klasis-Kasis ke Runggun, lalu Runggun/BPMR ke Bidang-Bidang
(Marturia, Koinonia, Dianonia), Persekutuan PJJ dan Kategorial, dll[30]
Beberapa Solusi diusulkan di bawah ini
- Sosialisasikan
Visi, Missi, Roadmap, GBP, Sasaran dan Fokus, serta hubungan keenamnya, khususnya
sasaran thn 2026-2030 (“Penguatan Fondasi Spiritualitas Berbasis Keluarga” dan
Fokus thn 2026 (“Relasi dengan Tuhan”- Melaui doa, ibadah dan Kedekatan
dengan Allah) di tingkat Moderamen (termasuk Unit pelayanan dan Yayasan
GBKP yang berkaitan), Klasis-Klasis, Runggun-Runggun dan turunannya (mis PWG
untuk capai pendeta, vikaris, Pengurus PJJ, Pengurus Kategorial), Convent
Pendeta, Majalah Maranatha, Platform Digital Moderamen GBKP, dll
-
Sosialisasikan masalah yang dihadapi GBKP secara umum serta
program untuk solusinya dengan berfokus di tingkat-tingkat yang telah
disebutkan di atas. termasuk Runggun.
-
Lakukan tindakan evaluasi, pedampingan dan perbaikan oleh
Moderamen, BPMK dan BPMR di tingkat awasannya masing-masing sesuai hasil yang
diperoleh dari evaluasi
-
Lakukan program pembinaan/peningkatan Spiritualitas khususnya
relasi dengan Tuhan mulai dari tingkat Moderamen, Klasis, Runggun (Bidang-bidang-PJJ
dan Kategorial) yang bukan saja meningkatkan pemahaman tentang spiritualitas,
tetapi juga peningkatan yang real dari spiritualitas dan relasi dengan Tuhan
dalam hidup serayan dan jemaat.
Contoh
Fokus Utama Jemaat untuk Tahun 2026;
- “Memperkuat relasi pribadi/keluarga/jemaat dengan
Tuhan” dalam bentuk pembenaran oleh iman, kelahiran baru, ketaatan,
pengembangan kedewasaan spiritualitas pribadi, keluarga, jemaat dalam keaktifan
kegiatan gereja dan pelayanan bagi gereja dan Masyarakat.
-
Menemukan corak spiritualis yang dibutuhkan Jemaat,
memprogramkan dan mengembangkan pembinaan di Runggun berdasarkan corak
spiritualitas tsb
-
Melakukan pembinaan yang berfokus pada pemuridan
Hal ini dapat dilakukan
-
Dengan menekankan kembali penghayatan lewat pengalaman
pertobatan pribadi/ keluarga dan kelahiran
baru oleh Roh Kudus, dalam bentuk pembaharuan hidup yang terus menerus
menuju ketaatan sebagai Gambar Allah, mis lewat PI Pribadi KKI atau KPR;
- Dengan memelihara persekutuan dengan Tuhan
(dengar dan laksanakan firmanNya) mis, lewat saat teduh pribadi/keluarga, retreat,
ibadah-ibadah, kelompok-kelompok kecil (system pemuridan), ceramah, pembinaan
dll serta aktif dalam pelayanan.
-
Yang tujuan keduanya= “Penguatan Fondasi Spiritualitas
berbasis Keluarga” dengan berfokus pada mealisasikan dan menumbuh kembangkan “Relasi dengan Tuhan”
-
Dilakukan oleh pelayan jemaat yang menjadi pemimpin,
pembimbing, dan fasilitator, memprogramkannya lewat Marturia, Diakonia,
Koinonia dalam seluruh Persekutuan Katergorial/PJJ dengan sistem
konroling oleh BPMR, Litbank GBKP, BPKM, serta seluruh badan yang berkaitan di
GBKP termasuk Modermen bila diperlukan.
-
Dengan memperhatikan sistem keluarga dan kekerabatan,
perubahan yang terjadi dalam menyusun program pelayanan, melibatkan setiap
jemaat, memanfatkan teknologi (menerapkan model pelayan Hibrid), program yang
berkaitan dengan pelayanan Kesehatan dan pastoral konseling sehingga pelayanan
tetap relevan[31]
Contoh
Program Unggulan Jemaat:
-
Kebaktian Kebangunan Iman atau Kebaktian Pemupukan
Rohani (untuk para pelayan (Pertua Diaken, Pengurus Kategorial, Pengurus PJJ)
& Jemaat) dengan tema a.l “Pertobatan dan Kelahiran Baaru”, “Pengusiran
Kuasa Gelap atau Roh-Roh Jahat”, “Pertumbuhan Spiritualitas Pribadi dan
Kelompok”, “Mengenal dan Mengalami Tuhan”, “Relasi dengan Tuhan”, dllRetreat
Spiritualitas untuk kelompok yang sama dengan tema yang disebutkan di atas.
- - Saat teduh pribadi/keluarga, ibadah-ibadah, ceramah, pembinaan yang berkwalitas sehingga menambah pengenalan dan memperkuat relasi dengan Tuhan, dll
- - Ibadah Ruman Tangga: Panduan Mingguan untuk
memperdalam relasi dengan Tuhan
- - Kelompok-kelompok Doa Kecil di di PJJ, Persekutuan
Kategorial, Runggun (system pemuridan/Jetro)
- - Pelatihan Pemimpinan Rohani dengan tehnologi
bervariasi untuk memperkuat pemberitan dan relasi dengan Tuhan
- - Peningkatan
Liturgi?Ibadah yang bukan saja tematik tetapi memperkuat pengalaman penyembahan
- - Katekisasi
yang menjawab tantangan anak, dll [32]
GBKP adalah keluarga Allah. Oleh karena itu GBKP mengerjakan missi Allah tidak hanya secara individu tetapi secara persekutuan, keluarga atau kelompok dalam jemaat. Missi Allah itu bersifat holistik, berbentuk pemberitaan firman dan tindakan kasih Allah yang tidak hanya terhadap manusia tetapi seluruh ciptaan. Yang menjadi sasaran GBKP dalam 5 tahun ini adalah “Penguatan Fondasi Spiritualitas Berbasis Keluarga”. Dari sasaran ini ditemukan Fokus pada tahun 2026 adalah “Relasi dengan Tuhan”.
Kendala utama bagi sasaran dan focus ini adalah pemahaman akan sasaran, focus, dan konsisi spiritualitas GBKP sendiri yang jauh dari harapan. Bukan hanya penguatan fondasi Spiritulitas yang dibutuhkan oleh GBKP, tetapi juga pembenahan pengertian Spiritualitas, seperti yang ditegaskan Johanes Calvin, sehingga jemaat memiliki tingkat spiritualitas yang baik dan relasi yang sehat dengan Tuhan. Khususnya perlu pendataan akan masalah-masalah di lapangan, sehingga dapat diprediksi atau ditemukan solusi untuk pembenahan atas masalah-masalah yang ada.
Catatan Kaki.
[1]. Lih. Ulrich Beyer, Tafsiran Alkitab. Surat 1 &
2 Petrus dan Surat (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1979), h.70-71
[2]. Lih. Dick O.Eugenin, “Be Who You are Meant to be
Holiness in the Petrine Epistles, Sanctum Domine: Journal Teology, vol.10,
no 2 (2021); 25-38
[3].Lih. Michael Ufok Udoekpo, “A Study of the Ministry
of Royal Priesthood in Exodus 19:6 and Its Theological Expansion 1 Peter 2.5,
9-10, European Journal of Theology and Philosophy (2023):1-6.
[4]. Lih. Sinode GBKP, Tata
Gereja. Tata Dasar, Kabanjahe, 2025, h.3; bnd. Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP 2026-2030:
“Penguatan Fondasi Spiritualitas berbasis Keluarga”, Kabanjahe, 2025,
h.4-5, 7,15=16
[5]. Lih. Sinode
GBKP, Tata Gereja GBKP, Tata Kerja, Kabanjahe, 2025, h.61-62.
[6]. Lih. M.H. Bolkestein, Kerajaan yang Terselubung (BPK
Gunung Mulia, Jakarta, 1990), h.3-5
[7]. Lih. Eric Owusu, “Evangelisaation of all Creation. An
Analysis of the Neglected Target Group of Mark 16:15”, E-Journal Religious and Theological Studies
(ERATS), vol.10, March 2024: 56-65
[8].Makna kedua kata ini sama, tetapi dari segi istilah
yang dipergunakan dalam Bahasa Yunani pada ayat ini, penterjemahan yang lebih
tepat adalah “segala ciptaan”.
[9].Dalam kehidupan kekal itu, kita
diberi tubuh baru yang tidak lagi tunduk kepada kebutuhan pisik seperti
sekarang, tidak perlu bahan bakar
(Kor.15:42-44; Pil.3:21; Wah.7:16-17;
Wah.22:5), tidak ada lagi perbedaan budaya, apalagi budaya yang
dipulihkan, karena adanya persaudaraan dalam YK (Gal.3:28; Ep.3:15).
[10].Lih.Christopher Wright, The Mission of God (Cambridge,
Intervarsity Press, 2006); bnd. Christopher Wright, How We Should Treat
Creation (Cambridge, Inter Varsity Press, 2014)
[11]. Lih. Zondervan, The Analytical
Greek Lexicon (Michigan, Zondervan Pub. House, 1974), h.242
[12]. Lih Sinode GBKP, Tata Gereja GBKP-Tata Dasar,
Kabanjahe, 2025, h.2.
[13]. Lih Eric Owusu, “Evangelisation of all Creation. An
Analysis of the Neglected Target Group of Mark 16:15”: .56-65; cf Samuel
Kehninde & Peter Adelaya Oyebanjo, “Reclaiming the Mandate: A Contextual
Examination Of Mark 16:15-16 and its Implication for Evangelism in Ogbomoso
Anglican Diocese”, SSR Journal of Arts, Humanistic and Social Science, Vol
2, Issue 8 (2025): 1-5
[14]. Lih. Sinode GBKP, Garis
Besar Pelayanan GBKP 2026-2030 (Kabanjahe, 2025) h.73-75.
[15]. Lih Henriette Hutabarat, Spiritualitas
Keugaharian. Panggilan Missiologis. Menghidupi Nilai-Nilai Ugahari (Pengurus
Pusat PWGT, Toraja, 2024), h.39.
[16]. Lih. Felix Willferd, Asian Public Theology:
Critical Concernin Challeenging Time (Delhi: ISPCK, 2010); bnd. Yusak
Setiawan B, Menuju Eko-Eklessiologi: Gereja dalam Konteks Peroalan Ekologi
di Indonesia (Jakarta: Persetia, Makalah Study Institut 2015, Juni 2015, h.
23-26
[17]. Lih.Henriette Hutabarat, Spiritualitas Keugaharian.
Panggilan Missiologis. Menghidupi Nilai-Nilai Ugahari, h.39
[18].Lih. Sinode GBKP, Garis Besar Pelayanan GBKP dan
ROADMAP GBKP, Kabanjahe, 2025, h.5
[19].Lih. Sinode GBKP, Tata
Gereja GBKP. Tata Dasar, h.3.
[20].Lih Sinode GBKP, Tata Gereja GBKP, Tata Pelayanan, Kabanjahe,
2025, h.96-98
[21].Lih.Sinode GBKP, Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP
2026-2030; h.1-14
[22].Lih. Sinode GBKP, Garis Besar Pelayan (GBP)
GBKP 2026-2030, h.4-5.
[23].Lih. Sinode GBKP, Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP 2026-2030,
h.4-5.
[24]. Lih.A. Nolan, Yesus Today; Spiritualitas,
Kebebasan Radikal (Yogyakarta,
Kanisius, 2009), h.3
[25]. Lih W.F Dankbaar, Calvin, Jalan Hidup dan Karyanya
(BPK G.Mulia, Jakarta, 1967), h.24-25
[26].Lih.W.F.Dankbaar,
Calvin, Jalan Hidup dan Karyanya, h.161-162; bnd Sinode GBKP, Garis
Besar Pelayanan (GBP) GBBP, h. 7
[27]. Lih. Simon Rachmadim “Spiritualitas Calvin sebagai
pergulatan untuk menghayati dan mengungkapkan iman di dunia yang keras” dalam Spiritualitas
dan bebagai tradisi, ed.J.B.Banawiratma dan Henddri M.Senjaya (Yogyakarta,
Kanisius, 2017), h.168; bnd Sinode GBKP, Garis Besar Pelayanan GBKP, h.13
[28]. Lih Henriette Hutabarat – Lebang, Spiritualitas.
Keugaharian. Panggilan Missiologis-Menghidupi nilai-nilai Ugahari, BPK
Gunung Mulia, Jakarta, 2024, hlm.36-39.
[30]. Lih. Cadas, “Pendeta GBKP Harus Menjadi Teladan”, 14 April 2021; “3 Sumber Utama Masalah GBKP”, 7 Maret 2025; “Visi GBKP dan Program untuk Mewujudkannya”, 28 Maret 2025
[31] Lih.Sinode GBKP, GBP GBKP 2026-2030 & Roadmap GBKP 2026-2045, Kabanjahe,2025, h7
[32].Lih. Sinode GBKP, GBP GBKP 2026-2030 & Roadmap GBKP 2026-2045, h.2

Komentar