Featured Post

Analisis Lengkap Mengenai Ketidaksinambungan Komunikasi antara Pertua & Diaken Emeritus dengan Pertua & Diaken Aktif di GBKP (Klasis Bekasi-Denpasar) dalam Perspektif Akademis dan Teologis

Gambar
 Pembinaan khusus bagi Pertua dan Diaken Emeritus Klasis Bekasi-Denpasar yang dilaksanakan di Kinasih, Depok, pada 7 Februari 2025 mengangkat isu fundamental mengenai peran dan keterlibatan pertua dan diaken emeritus dalam gereja. Salah satu poin yang ditekankan oleh Pdt. Christoper Sinulingga, selaku Kabid Pembinaan Moderamen GBKP, adalah bahwa tidak ada perbedaan dalam hal melayani  antara pertua dan diaken aktif dengan pertua dan diaken emeritus. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan komunikasi dan peran yang cukup signifikan. Pertanyaan kunci yang muncul: 1. Mengapa terjadi kesenjangan komunikasi dan peran antara pertua & diaken emeritus dengan pertua & diaken aktif? 2. Benarkah dalam konsep teologis tidak ada perbedaan antara keduanya? 3. Jika secara konsep tidak ada perbedaan, mengapa dalam praktik muncul perbedaan? 4. Apa tujuan sejati dari pembinaan ini, dan bagaimana penyelesaiannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, analisis...

Jokowi Dan Ahok Sang Pande Kudin

Kudin adalah tempat memasak nasi dalam bahasa Karo. Biasanya kudin terbuat dari semacam aluminium atau campuran aluminiun dengan bahan logam lainnya. Sedangkan “Kudin Taneh” adalah kudin yang dibuat dari tanah liat, atau gerabah. Tanah Bahasa Indonesia menjadi taneh dalam Bahasa Karo.


Pande Kudin dengan demikian adalah tukang atau ahli yang membuat gerabah atau kudin taneh. Kudin taneh, karena dibuat dari tanah liat yang dipanaskan atau dibakar dengan demikian akan mudah pecah, kalau terjatuh atau terpukul seseorang. 


Dalam Bahasa Karo ada sebuah peribahasa yang maknanya sangat dalam. Bunyi peribahasanya adalah seperti ini. Seratus pande kudin kalah man sekalak pande kahkah. Pande Kahkah, adalah tukang pukul (kahkah) yang suka memukul atau menghancurkan. Terjemahan peribahasa ini adalah seratus orang ahli yang membuat kudin (gerabah) akan kalah kepada satu orang yang jago memecahkan.


Sebab meskipun yang ahli membuat kudin (gerabah) itu ada seratus orang yang dapat memproduksi gerabah sebanyak 100 biji dalam satu putaran, namun semua gerabahnya dipukul oleh seorang tukang pukul maka semua gerabah itu akan pecah dan hancur juga.


138977391840409580
Sumber Foto : www.tembi.net



Makna peribahasa ini adalah meskipun ada seratus orang yang ahli memproduksi sesuatu (positif) maka dia akan kalah juga kalau berhadapan dengan satu orang tukang perusak (negatif). Daya merusak ternyata lebih hebat daripada daya membangun atau memperbaiki.


Namun yang saya lihat di Jakarta saat ini lebih besar, lebih hebat atau bahkan lebih memprihatinkan dari kandungan makna pepatah Karo diatas. Bukan seratus pande kudin menghadapi satu orang pande kahkah, akan tetapi dua orang pande kudin menghadapi seratus orang pande kahkah. Dua orang yang ahli dan positif menghadapi seratus orang yang negatif dan merusak.


Bukankah dalam mengatasi macet dan banjir di Jakarta hanya 2 orang Jokowi dan Ahok (pande kudin) menghadapi sertaus enam orang anggota DPRD (pande kahkah) yang hanya diam, sekali sekali berkomentar menyampaikan kritik dan hujatannya kepada Jokowi dan Ahok? Ditambah lagi dengan anggota DPR yang tidak pernah berhenti mencari kelemahan Jokowi, Ruhut Sitompul (pande kahkah)


Seandainya dibalik pun jumlahnya belum tentu menang dan banjir teratasi dengan baik. Seandainya seratus orang seperti Jokowi atau Ahok menghadapi satu orang tukang rusak atau tukang hujat profesional saja belum tentu menang yang seratus itu. Faktanya hanya dua orang yang benar benar positif menghadapi masalah dan berusaha untuk mengatasi dengan segala keterbatasannya.


Banjir di Jakarta akan teratasi kalau ada kerja sama penanganan yang sangat terpadu Pemda DKI dengan pemerintah daerah di Bogor, Tangerang dan juga Depok dan Bekasi, yang diarahkan dan dikomandoi oleh pemerintah pusat. Karena lintas wilayah seperti ini harus dikomandoi dan dikoordinasikan oleh pemerintah pusat, yang sejak 10 tahun atau 20 tahun yang lalu hanya bisa berwacana saja.


Untung lah sekarang kita punya dua orang yang sangat positif yaitu pande kudin Jokowi dan Ahok. Mereka berdua, meskipun keahlian dan kemampuan nya dalam mengatasi banjir sangat kecil dan terbatas, namun komitmen dan integritas yang mereka miliki mampu melahirkan sebuah optimisme bagi penduduk Jakarta dan sekitarnya, bahwa banjir akan teratasi di suatu saat. Terutama jika pihak pihak yang lain dan para ahli (pande-pande) yang lain bersedia bekerja sama dengan ikhlas mengatasi masalah ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 07 – 13 April 2024