Sedih juga membaca judul artikel HL Bung Ninoy N
Karundeng, “Jokowi Jurkam Tak Laku di Sumut…” di
kompasiana. Isi artikel
menggambarkan kecilnya pengaruh keikut sertaan Jokowi sebagai Juru
Kampanye di Jawa Barat dan di Sumatra Utara untuk mengangkat dan
memenangkan calon yang diusung oleh PDIP. Di Jawa Barat calon PDIP
Rieke Dyah Pitaloka berpasangan dengan Teten Masduki akhirnya kalah
tipis dari pasangan Aher Demiz. Dan Bung Ninoy juga meramalkan bahwa di
Sumatra Utara pun kemungkinan Effendy Simbolon akan kalah, meskipun
Jokowi sudah ikut berkampanye untuk mengangkat perolehan suara calon
PDIP ini.
Jokowi memang bukanlah seorang
Vote Getter atau ahli kampanye.
Jadi kekalahan calon PDIP di Jawa Barat dan kemungkinan di Sumatra
Utara sedikitpun tidak ada hubungannya dengan Jokowi. Jokowi tetap
gubernur idola dan kemungkinan akan menjadi calon terkuat Presiden pada
tahun 2019 nanti. Kekalahan calon calon PDIP menurut hemat saya adalah
karena kesalahan strategy PDIP sendiri.
PDIP sangat percaya diri sesaat setelah kemenangan Jokowi-Ahok di
Pilkada DKI beberapa bulan yang lalu. Karena Jokowi yang diusung PDIP
dan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang diusung oleh Gerindra memenangkan
pilkada gubernur di daerah paling istimewa melawan calon incumbent yang
diusung lebih dari 8 partai besar, wajarlah kalau PDIP sangat gembira
lalu sangat percaya diri.
Tidak berapa lama setelah itu ketua PDIP Megawaty Soekarnoputri
melakukan sebuah pidato politik yang antara lain mengatakan ada
penumpang gelap
di Pilkada DKI Jakarta. Istilah penumpang gelap dari Ibu Megawaty
membuat banyak orang menduga ditujukan kepada Prabowo Subianto pendiri
Partai Gerindra. Tidak berapa lama setelah itu Gerindra pecah kongsi
dengan PDIP, dan komunikasi antara dua partai ini pun mengalami titik
terburuk sampai saat ini.
PDIP dan Gerindra yang sangat kompak dan perkasa di Pilkada Jakarta
resmi bercerai di Pilkada Jabar, Sumut dan kemungkinan di Propinsi yang
lain yang akan melakukan Pilkada juga pada tahun 2013 ini. Propinsi
Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Timur menurut rencana akan melakukan
Pilkada beberapa bulan mendatang.
Nama Teten Maskudi pertama sekali dikumandangkan oleh Partai Gerindra.
Namun akhirnya ketika Teten secara resmi menjadi calon wakil Gubernur
bersama Rieke, partai Gerindara sudah mengalami patah arang, tidak mau
mendukung Teten. Partai Gerindra di Pilkada Jabar mendukung Wakil
Gubernur Lex Laksamana yang berpasangan dengan Dede Yusuf.
Pasangan Dede Yusuf –Lex Laksamana didukung oleh Partai Demokrat, Partai
Kebangkitan Bangsa dan Partai Gerindra. Sedangkan Rieke dan Teten
hanya didukung oleh PDIP. Demikian juga di Pilkada Sumut, partai
Gerindra akhirnya mendukung calon yang lain, sedangkan Effendy Simbolon
berpasangan dengan Jumiran Abdy hanya didukung oleh PDIP.
Melihat jumlah perolehan suara yang diraup oleh Rieke- Teten (yang
terpaut hanya sekitar 800 ribu suara dari suara Aher Demiz) timbul
pemikiran bahwa pasangan ini kemungkinan besar bisa memenangkan Pilkada
Jabar kalau masih didukung oleh Partai Gerindra. Suara Gerindra yang
akhirnya diberikan kepada suara Dede-Lex tentu membuat suara perolehan
Rieke- Teten mengalami pengurangan yang cukup signifikan.
Demikian juga di Sumatra Utara, tentu akan berbeda juga komposisi
perolehan suara jika PDIP masih berkoalisi dengan Partai Gerindra.
Apalagi pada survey survey terbaru Elektabilitas Prabowo Subianto
merupakan yang tertinggi untuk calon presiden tahun 2914.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kekalahan calon calonnya bukan disebabkan
oleh Pidato kampanye Jokowi, namunb lebih disebabkan oleh kinerja atau
strategi yang salah dari PDIP terutama pada elite pusat nya. Jika PDIP
tidak membenahi diri, bisa bisa untuk Pilkada di Jateng dan Jatim pun
akan mengalami kegagalan serupa.
Dituntut kedewasaan berpolitik dan kemampuan bekerja sama secara
sinergis bagi partai partai politik di Indonesia. Saya teringat
beberapa tahun yang lalu, Ibu Megawaty pernah memberikan sebuah pidato
yang mengangkat Filosofi Sapu Lidi, “bersatu kita kuat, bercerai kita
runtuh”. Jadi lupa lidi lah yang membuat PDIP kalah di Jabar dan di
Sumut?
Komentar