Sumber Foto : (Tribunnews)
Sebagaimana dilaporkan oleh
detik.com,
bahwa ada sejumlah alasan yang disampaikan pihak PT KAI sehubungan
dengan rencana penghapusan Kereta Ekonomi mulai tanggal 1 April 2013.
Melalui Humas PT KAI Daops I Agus Sutijono disampaikan beberapa alasan
antara lain adalah untuk meningkatkan layanan kepada pengguna dan juga
mengingat gerbong kelas ekonomi yang sudah semakin tua, serta biaya
perawatannya sangat tinggi karena
spare part nya sudah sulit di
dapat. Lagipula keamanan dengan gerbong tua dan tidak layak pakai
ini sangat riskan, demikianlah seperti yang disampaikan hari ini, Senen
tanggal 25 Maret 2013 menyikapi demonstrasi penumpang kereta api di
stasiun Bekasi.
Dengan dihapuskannya kereta ekonomi
jurusan Bekasi Ke Jakarta dan juga jurusan Serpong ke Jakarta maka
penggantinya adalah kereta commuter line, yang full AC
dan tarif disesuaikan menjadi Rp 8000. Saat ini Ongkos Kereta Ekonomi
dari Bekasi ke Jakarta adalah Rp 1500 sampai Rp 2000, sedangkan ongkos commuter line adalah
Rp 8000 sampai Rp 8500. Penyesuaian ongkos jelas lebih berpihak
kepada pengguna commuter line karena mengalami penurunan sebanyak Rp
500 menjadi rata rata Rp 8000. Sedangkan bagi pengguna Kereta Ekonomi
jelas sekali kenaikan tarif sangat tinggi menjadi 4 kal lipatnya.
Saya pribadi sudah menggunakan commuter line
dua bulan terakhir ini, dan merasakan memang sudah lumayan baik
pelayanannya. Ketika mendengar akan ada perubahan dari kereta ekonomi
menjadi semua commuter line , pada awalnya saya tidak terlalu
memperhatikan apa alasan dibaliknya. Namun ketika alasannya disampaikan
seperti yang ditulis di atas, saya pribadi pun akhirnya sadar bahwa
alasannya sangat tidak tepat.
Sebab masalah gerbong yang sudah tua
sebenarnya masalah managemen PT KAI, jajaran managemen lah yang harus
mencari solusinya(penggantinya). Namun nampaknya managemen PT KAI hanya
menjadikan alasan gerbong tua ini untuk menaikkan pendapatan dengan
menjadikan semua jenis commuter line dan meningkatkan ongkos
menjadi Rp 8000. Kesempatan yang dipaksakan tanpa memperhitungkan
kemampuan ekonomi penumpang kereta ekonomi.
Seolah olah mereka dipaksa untuk menaiki kereta commuter yang sudah full ac dan gerbongnya pun lebih baru dan lebih nyaman. Benar bahwa pelayanan akan meningkat dengan gerbong commuter,
namun daya beli kebanyakan penumpang ekonomi ternyata belum sanggup
untuk membayar Rp 8000 sekali jalan, dan Rp 16.000 pulang pergi.
Tadinya hanya Rp 4000 pulang pergi setelah 1 April mengalami kenaikan Rp
12.000. Kalau dihitung satu bulan kenaikan biaya transportasi sekitar
Rp 300.000.
Jelas hal ini sangat memberatkan.
Demonstrasi pada pagi hari ini dengan cara menduduki rel di semua jalur
di Stasiun Bekasi sangat dipahami dan perlu sekali disikapi dengan hati
hati dan bijaksana.
SOLUSI.
Menurut hemat kami ada beberapa
solusi yang dapat dilakukan, terutama oleh Kementerian Perhubungan atau
Pemerintah Pusat . Langkah paling tepat adalah segera mencari gerbong
gerbong baru untuk mengganti gerbong kereta ekonomi. Barangkali PT KAI
pun tahu bahwa mencari gerbong baru ini adalah solusi terbaik, namun
managemen PT KAI takut untuk mengusulkannya kepada Pemerintan melalui
Kementerian Perhubungan. Akhirnya pengguna (konsumen) lah yang
ditekan dengan cara merubah semua kereta menjadi commuter line sekaligus menaikkan ongkos menjadi rata-rata Rp 8000.
Kita sangat menunggu perhatian serta
solusi dari pemerintah untuk mencari gerbong baru untuk kelas ekonomi
ini. Sekaligus membuktikan bahwa program pemerintah adalah untuk
membantu dan menolong rakyat yang ekonominya lemah.
Solusi lain jika memang (tetap) harus diganti menjadi kereta commuter line
(artinya pemerintah tidak mau menyediakan gerbong kereta ekonomi yang
baru) adalah dengan menaikkan harga tiket menjadi Rp 10.000,. Selisih
dari harga sekarang adalah Rp 1500 sampai Rp 2000. Dan selisih harga
ini dijadikan sebagai subsidi pengguna commuter line saat ini terhadap penumpang Kereta Kelas Ekonomi. Semacam Subsidi silang.
Lalu kepada bekas penumpang kereta
ekonomi dijual harga tiket senilai Rp 4000 rupiah, tapi mereka
membayar hanya Rp 2000. Sebab Rp 2000 lagi sudah disubsidi penumpang
lama commuter line. Dengan demikian harga tiket commuter line nantinya ada dua macam, yaitu Rp 4000 dan Rp 10.000. Dan harga tiket rata rata adalah sebanyak Rp 7000.
Yang menjadi kunci disini adalah jenis tiketnya. Untuk penumpang commuter line
lama tetap tiket dan loketnya seperti saat ini, dan dijual dengan
harga Rp 10.000 per tiket. Sedangkan untuk bekas penumpang ekonomi
disediakan tiket elektronik dijual dengan harga Rp 100.000. Tiketnya
semacam kartu Octopus seperti tiket di Hongkong. Harga Rp 100.000 datang dari harga 25 (kali atau hari kerja) dikali Rp 4000 (2 kali Rp 2000).
Kartu ini dibuat pra bayar, hanya bisa
dipakai 25 kali. Jika sudah terpakai 25 kali, maka tidak bisa diisi
ulang, (kalau sudah terpakai 25 kali namun masih bepergian, dia harus
beli tiket commuter line seharga Rp 10.000) . Kartu hanya bisa
diisi ulang pada tanggal tertentu setiap bulan, untuk memastikan
jumlah pemakaian 25 kali. Dan jika dalam satu bulan belum habis 25 kali
pemakaian tetap saja pemilik kartu harus mengisi ulang bulan
berikutnya.
Sedikit rumit memang pada awalnya, namun
jika PT KAI mempunyai komitmen untuk melakukan perbaikan serta fokus
kepada keberadaan penumpangnya (Konsumen) hal ini bukan lah mustahil.
Tinggal pertanyaannya mau atau tidak. Jangan hanya mencari cara gampang
seperti sekarang. Tiba tiba mengganti semua kereta ekonomi sekaligus
menaikkan tiket menjadi Rp 8000, padahal untuk tiket Rp 2000 pun
anggaran sudah harus diatur dengan sangat ketat.
Profesional kah semua jajaran managemen
PT KAI? Kalau profesional dan hati nya benar benar untuk rakyat,
maka usul no 2 ini akan menjadi pertimbangan. Segera putuskan,
lakukan penjajakan dengan pihak yang mampu menciptakan kartu elektronik
serta perangkatnya di setiap stasiun dan tunda penghapusan kereta
ekonomi sampai kartu tersebut siap dan sedia. Sekarang saya pun
melihat, bahwa penghapusan kereta ekonomi tanggal 1 April 2013 sangat
tidak manusiawi dan tidak bisa diterima.
Komentar