Featured Post

GBKP Menjadi Keluarga Allah yang Diutus untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia bagi Seluruh Ciptaan

Gambar
  (Markus 16:15; 1 Pet 2:9-10) Ceramah utuk Konvent Pendeta GBKP Wilayah 4 (7 Nov.2025) Pdt.Prof.Dr.Risnawaty Sinulingga MT.h Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan untuk kesempatan berharga saat ini dalam menyampaikan ceramah tentang visi baru gereja GBKP. Ceramah ini disampaikan menurut perumusan visi, dianalisa berdasarkan teks acuan (Markus 16:15 dan 1 Petrus 2:9-10), dibandingkan dengan panggilan gereja dalam Tata Gereja GBKP. Rumusan visi dan panggilan GBKP yang sedikit berbeda dengan teks acuan Alkitab, menunjukkan bahwa GBKP memiliki landasan dogmatis yang cukup kuat dalam perumusan vissi ini. Dalam bagian pertama ceramah, akan dipaparkan makna kata-kata dalam visi yaitu “Menjadi Keluarga Allah yang Diutus”, “Untuk Mengerjakan Missi Allah di Dunia” dan “Bagi seluruh Ciptaan”. Penjelasan ini penting bukan saja karena merupakan bagian dari visi GBKP, tetapi karena adanya perbedaan dengan kalimat teks Alkitab (“…beritakanlah Injil kepada segala makhluk…”) dan panggi...

Menemukan Jeruk Pernantin di Kintamani, Bali

Masih Ingat tentang Jeruk Pernantin yang sangat terkenal itu? Jeruk yang pernah merajai buah buahan dari Tanah Karo. Jeruk yang dalam bahasa aslinya (Karo disebut Rimo Keling). Buahnya besar, lebih besar dari Jeruk yang sekarang. Rasanya lebih tajam manis bercampur sedikit asam, dan air buahnya banyak. Warna kulitnya hijau alami dan kuning emas kalau sudah masak. Jeruk yang membuat Tanah karo sangat terkenal. Dulu ada beberapa tempat penghasil jeruk ini selain Pernantin dan Tigabinanga, juga Beras Tepu dan Guru Kinayan.




Nah, kemarin tanggal 30 Desember 2011 saya seolah olah bernostalgia dengan Jeruk ini. Saya melihat dan menemukan jeruk yang besar dan rupanya sama di Kintamani. Saya sangat tertarik, lalu saya beli 5 kg @ Rp 12.500. Bentuknya persis sama, hanya ketika saya mencicipi rasanya berbeda dengan “Rimo Keling” yang dulu itu.




Namun menemukan jeruk ini mengingatkan kembali kenangan masa lalu. Kenangan di Tiga Baru Kabanjahe. Suatu saat saya menemami Mama saya menjual tomat hasil ladangnya. Saat itu ada orang menjual jeruk ini. Saya menangis minta dibelin, tapi ibu saya tidak membelinya. Katanya mahal. Karena saya menangis terus, akhirnya dibelin “cimpa tuang”. Hahaha, minta jeruk dikasih “cimpa tuang”, di Tiga baru Kabanjahe sekitar tahun 1971-1972.

Komentar

Anonim mengatakan…
Bang kayaknya kalau dilihat bentuk gepengnya itu lebih mirip "rimo kelele" yang memang rasanya beda jauh sama "rimo keling". Aku terakhir makan rimo keling di Kidupen thn 82an. Petik langsung dr pohon. Anak Pa Tua nangkih, aku nimai teruh. Mantaff. Tapi mungkin namanya "jeruk keprok" tolong koreksi kalau salah.

Cuma seingatku rimo keling lama berbuahnya bang. Pohonnya tinggi.
Analgin Ginting mengatakan…
terima kasih atas komentarndu. Nampaknya benar sekali yg kam katakan karena rasa jeruk ini mirip jeruk sekarang. Tidak eksotis seperti rimo keling. Mejuah juah.

Postingan populer dari blog ini

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 Juli 2025

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025

Catatan Tambahan PJJ 11 – 17 Mei 2025