Featured Post

Catatan Tambahan PJJ 15–21 Juni 2025

Gambar
Thema: Pengurus yang Dipercaya ( Pengurus Si Terteki ) Nas: 1 Korintus 4:1–5 “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi. Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.” Pengantar Menjadi seorang pengurus dalam pelayanan jemaat adalah sebuah kehormatan besar sekaligus amanah ilahi yang penuh tanggung jawab. Dalam nasihat Rasul Pau...

Menemukan Jeruk Pernantin di Kintamani, Bali

Masih Ingat tentang Jeruk Pernantin yang sangat terkenal itu? Jeruk yang pernah merajai buah buahan dari Tanah Karo. Jeruk yang dalam bahasa aslinya (Karo disebut Rimo Keling). Buahnya besar, lebih besar dari Jeruk yang sekarang. Rasanya lebih tajam manis bercampur sedikit asam, dan air buahnya banyak. Warna kulitnya hijau alami dan kuning emas kalau sudah masak. Jeruk yang membuat Tanah karo sangat terkenal. Dulu ada beberapa tempat penghasil jeruk ini selain Pernantin dan Tigabinanga, juga Beras Tepu dan Guru Kinayan.




Nah, kemarin tanggal 30 Desember 2011 saya seolah olah bernostalgia dengan Jeruk ini. Saya melihat dan menemukan jeruk yang besar dan rupanya sama di Kintamani. Saya sangat tertarik, lalu saya beli 5 kg @ Rp 12.500. Bentuknya persis sama, hanya ketika saya mencicipi rasanya berbeda dengan “Rimo Keling” yang dulu itu.




Namun menemukan jeruk ini mengingatkan kembali kenangan masa lalu. Kenangan di Tiga Baru Kabanjahe. Suatu saat saya menemami Mama saya menjual tomat hasil ladangnya. Saat itu ada orang menjual jeruk ini. Saya menangis minta dibelin, tapi ibu saya tidak membelinya. Katanya mahal. Karena saya menangis terus, akhirnya dibelin “cimpa tuang”. Hahaha, minta jeruk dikasih “cimpa tuang”, di Tiga baru Kabanjahe sekitar tahun 1971-1972.

Komentar

Anonim mengatakan…
Bang kayaknya kalau dilihat bentuk gepengnya itu lebih mirip "rimo kelele" yang memang rasanya beda jauh sama "rimo keling". Aku terakhir makan rimo keling di Kidupen thn 82an. Petik langsung dr pohon. Anak Pa Tua nangkih, aku nimai teruh. Mantaff. Tapi mungkin namanya "jeruk keprok" tolong koreksi kalau salah.

Cuma seingatku rimo keling lama berbuahnya bang. Pohonnya tinggi.
Analgin Ginting mengatakan…
terima kasih atas komentarndu. Nampaknya benar sekali yg kam katakan karena rasa jeruk ini mirip jeruk sekarang. Tidak eksotis seperti rimo keling. Mejuah juah.

Postingan populer dari blog ini

Catatan PJJ GBKP Minggu 20–26 April 2025

Penataan Adat / Matius 15:1-9 (Pekan Penatalayanan Keenam)

Catatan Tambahan PJJ 6 - 12 April 2025