Sangat disayangkan namun menarik untuk dikaji pilihan Rakhmad Darmawan mundur dari pelatih Timnas usia 23 tahun. Sangat disayangkang karena prestasi yang sudah ditorehkan dalam Timnas usia 23 tahun, yang meskipun kalah dari Tim Malaysia dengan adu finalti namun berhasil menampilkan suatu permainan yang sangat enak ditonton. Bahkan banyak yang meyakini pemain pemain yang dipilih oleh RD akan menjadi pemain masa depan Timnas senior Indonesia. Beberapa nama yang diyakini akan menjadi pemain besar adalah Andik Vermansyah, Titus Bonai, Diego Mitchel, Kurnia Sandy, Patrich Wanggai, Egi Meldiansyah dan lain lain. Nama nama diatas muncul dan mencuat karena kualitas kepelatihan yang dimiliki oleh Rahmad Darmawan.
Menarik untuk dikaji karena beberapa hal. Pertama adalah jiwa besar RD. Dia adalah pelatih yang pernah ada di Indonesia yang berani mengakui kegagalannya dan menunjukkan tanggung jawabnya. Alasan yang diberikan RD atas kemundurannya adalah karena gagal mempersembahkan medali emas Sea Games. Gagal memberikan medali emas, tapi sudah memberikan medali perak. Dan kekakalan Timnas pun hanya karena adu finalty. Artinya bukan kalah permainan, namun lebih tepat kalah keberuntungan. Namun ini diakui sebaga kegagalan. Kompas Online pun mengangkat fenomena kemunduran RD sebagai yang pertama terjadi di Indonesia. Berani mengakui kegagalan.
Hal kedua yang membuat menarik adalah RD tidak mencari kambing hitam atas keputusannya. Artinya dia tidak mencari cari kesalahan pihak lain. Meskipun publik mengetahui bahwa saat ini ada konflik besar terjadi di tubuh PSSI. Dua liga dengan anggota masing masing sudah berjalan; Indonesia Primer League yang diakui PSSI dan ISL yang tidak diakui PSSI. Dan ada aturan untuk tidak memakai pemain yang bergabung dengan ISL sebagai pemain Tim Nasional. Beberapa pemain yang sangat hebat bermain dalam klub dibawan naungan ISL (Indonesia Super League). Namun Rahmad Darmawan mendiamkan hal ini, dan tidak menjadikannya sebagai alasan kemundurannya.
Hal yang ketiga adalah kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh RD. Seorang pemimpin harus bisa dan berani memilih goalnya atau visinya. Rahmad Darmawan meskipun baru 5 bulan dalam menjalani kontraknya selama 2 tahun sebagai pelatih Timnas usia 23 tahun, berani memilih keputusannya. Berani memilih keputusan adalah ciri kepemimpinan diri. Dan Rahmad melakukannya dengan segala risiko yang akan mengikutinya.
Steven Covey berkata bahwa orang orang proaktif berani mengambil keputusan dengan mempertimbangkan segala sesuatu dalam kesadaran dirinya, berimajinasi tentang lanjutan keputusannya, mendengarkan suara hatinya untuk memilih keputusannya serta memakai kehendak bebasnya untuk menentukan pilihannya. Rahmad sudah sampai kepada keputusannya. Dia lakukan dengan cara yang elegan, dia terima segala konsekwensi keputusannya. Dan dia juga sudah memperhitungkan kemana dia akan pergi.
Hari ini dia katakan kepada media bahwa salah satu kemungkinan yang akan dia lakukan setelah mundur adalah meningkatkan ketrampilan kepelatihannya. Dia berkata salah satu pilihannya akan berlatih/kursus kepelatihan di Australia. Mungkin juga ditempat yang lain. Saya lihat ini adalah pilihan yang sangat tepat. Pernah saya menulis bahwa PSSI perlu mendorong dan memfasilitasi Rahmad Darmawan melanjutkan kursus kepelatihannya. Karena RD adalan sang coach, dan sangat berpeluang menjadi pelatih lokal terhebat.
Apa Yang Harus Dilakukan PSSI
PSSI menurut saya harus bernegosiasi ulang dengan Rahmad Darmawan. Karena RD adalah Talenta dalam tubuh PSSI, jangan dilepas begitu saja. Harus dilihat potensi atau kualitas RD. PSSI harus bisa berempati dengan pribadi RD. Berempati artinya harus siap berubah. Kalau PSSI mampu melihat jauh kedepan, maka PSSI berubah pendirian dan bersedia untuk tetap menjaga Rahmad Darmawan. Caranya adalah PSSI harus bisa dan mau mensponsori keinginan RD untuk berlatih di Australia. Anggap ini sebuah investasi jangka panjang.
Kalau PSSI tidak melakukan hal ini, saya takut RD akan direkurut jadi pelatih di Malaysia atau di Vietnam, atau juga di Myanmar. Bayangkan kalau Rahmad Darmawan diikat kontrak dengan kebebasan tak terbatas oleh negara Malaysia. Maka sepakbola kita tetap akan dikalahkan oleh Malaysia atau bahkan Myanmar. Sangat disayangkan. Disatu sisi PSSI menaturalisasikan banyak pemain dari luar negeri, tapi tidak bisa menjaga pelatih anak bangsanya sendiri. Jangan sampailah PSSI melakukan tindakan yang ironi. Terima kasih.
Komentar