Catatan Tambahan PJJ 16 - 22 Februari 2025

Nas: Yosua 24:14-24
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita bayangkan sebuah keluarga yang kuat dalam iman, yang setiap anggotanya dengan penuh kesadaran memilih untuk hidup di hadapan Tuhan. Tidak sekadar menjalankan agama sebagai tradisi, tetapi dengan penuh komitmen dan ketulusan menyerahkan hidupnya kepada Allah yang benar. Itulah gambaran yang diberikan Yosua dalam nas kita hari ini.
Yosua adalah pemimpin besar yang menggantikan Musa. Di penghujung hidupnya, ia mengumpulkan bangsa Israel di Sikhem untuk menyampaikan pesan terakhirnya. Ia tahu bahwa bangsa ini akan menghadapi banyak godaan, termasuk penyembahan berhala yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Oleh karena itu, ia menantang mereka untuk memilih: tetap setia kepada Tuhan atau mengikuti ilah-ilah lain. Dan dengan tegas, Yosua menyatakan, "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15).
Pernyataan ini adalah sebuah deklarasi iman yang kuat. Ini bukan sekadar pernyataan pribadi Yosua, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab seorang pemimpin keluarga untuk memastikan seluruh rumah tangganya hidup dalam penyembahan yang benar.
Hari ini kita akan belajar dari Yosua, bagaimana membawa keluarga kita untuk tetap setia menyembah Tuhan di tengah berbagai tantangan zaman ini.
Yosua Menekankan Pilihan Ibadah yang Jelas
Yosua tidak memaksa, tetapi ia memberikan pilihan yang tegas kepada bangsa Israel: Mau menyembah Tuhan, atau mengikuti allah lain? Ia ingin mereka mengambil keputusan dengan kesadaran penuh. Tapi di tengah pilihan itu, Yosua menunjukkan keteladanan: "Aku dan keluargaku akan tetap menyembah Tuhan."
Yosua Mengingatkan bahwa Tuhanlah yang Membawa Mereka Sampai di Tanah Perjanjian
Yosua mengingatkan bangsa Israel bahwa keberadaan mereka di tanah Kanaan bukanlah hasil usaha mereka sendiri, melainkan karena pertolongan Tuhan. Tuhan telah menuntun mereka, membebaskan mereka dari Mesir, dan memberikan kemenangan dalam peperangan melawan bangsa-bangsa lain.
Yosua Memberikan Peringatan Serius
Yosua menegaskan bahwa jika mereka berpaling dari Tuhan dan menyembah berhala, maka Tuhan akan menarik berkat-Nya dan membiarkan mereka mengalami kehancuran. Ini bukan ancaman kosong, tetapi pengajaran bahwa Tuhan adalah Allah yang kudus dan tidak boleh dipermainkan.
Bangsa Israel Menyatakan Kesetiaan Mereka kepada Tuhan
Mendengar peringatan Yosua, bangsa Israel berjanji untuk tetap setia kepada Tuhan. Sebagai tanda perjanjian, Yosua mendirikan sebuah batu besar di Sikhem sebagai saksi atas janji mereka. Batu ini menjadi simbol pengingat bahwa mereka telah memilih untuk tetap setia kepada Tuhan.
Dari peristiwa ini, kita bisa melihat beberapa makna teologis yang mendalam:
Allah Menuntut Kesetiaan Total
Tuhan tidak mau berbagi dengan allah lain. Ia adalah Allah yang kudus dan cemburu. Ia ingin umat-Nya beribadah hanya kepada-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.
Iman Bukan Sekadar Tradisi, Tetapi Pilihan Kesadaran
Yosua meminta bangsa Israel untuk memilih dengan sadar. Artinya, ibadah kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang dilakukan hanya karena kebiasaan atau karena warisan leluhur, tetapi harus menjadi keputusan pribadi yang dihayati dengan sungguh-sungguh.
Kepemimpinan Rohani Dimulai dari Keluarga
Yosua tidak hanya berbicara sebagai pemimpin bangsa, tetapi terutama sebagai kepala keluarga. Ia memastikan bahwa keluarganya tetap setia kepada Tuhan. Ini mengajarkan bahwa tanggung jawab utama dalam mendidik iman bukanlah gereja, tetapi keluarga itu sendiri.
Peringatan Tentang Konsekuensi Ketidaksetiaan
Tuhan tidak akan tinggal diam jika umat-Nya berpaling dari-Nya. Jika mereka beralih kepada ilah lain, mereka akan kehilangan perlindungan dan berkat Tuhan. Ini adalah prinsip yang berlaku sepanjang masa.
Zaman sekarang, kita mungkin tidak menghadapi patung berhala seperti orang Israel di masa lalu. Tetapi ada banyak "ilah" modern yang bisa menggantikan Tuhan dalam hidup kita, seperti:
Sebagai orang Karo Kristen, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita masih sungguh-sungguh menyembah Tuhan? Ataukah kita mulai menyembah "ilah-ilah modern" yang mengalihkan hati kita dari-Nya?
Sebagai keluarga Kristen, kita dipanggil untuk meneladani Yosua: memastikan bahwa keluarga kita tetap setia kepada Tuhan di tengah zaman yang penuh godaan ini.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, hari ini Tuhan mengundang kita untuk mengambil keputusan seperti bangsa Israel di zaman Yosua. Kita harus memilih!
Setiap Kepala Keluarga Harus Menjadi Pemimpin Rohani
Jangan serahkan pendidikan iman anak-anak kita sepenuhnya kepada gereja. Kita sendiri harus menjadi contoh dalam doa, membaca firman Tuhan, dan hidup dalam kasih.
Jauhkan Segala "Berhala" dalam Hidup Kita
Apakah ada sesuatu dalam hidup kita yang telah menggantikan Tuhan? Bisa jadi kesibukan kerja, mengejar kekayaan, atau kesenangan dunia. Hari ini, kita harus kembali memprioritaskan Tuhan dalam keluarga kita.
Bangun Altar Rohani di Rumah Tangga
Dalam Perjanjian Lama, altar adalah tempat ibadah dan persekutuan dengan Tuhan. Dalam konteks modern, ini berarti kita harus menjadikan rumah kita sebagai tempat di mana Tuhan dimuliakan. Mulailah dengan:
Setia kepada Tuhan dalam Segala Situasi
Yosua dan bangsa Israel berjanji setia kepada Tuhan. Kita juga harus memperbarui komitmen kita untuk tetap setia, tidak hanya saat keadaan baik, tetapi juga di tengah tantangan hidup.
Hari ini, kita diperhadapkan pada pilihan besar: Apakah kita akan tetap setia menyembah Tuhan, atau membiarkan berbagai “ilah modern” menguasai hidup kita?
Yosua berkata, "Aku dan keluargaku akan beribadah kepada Tuhan!"
Bagaimana dengan kita?
Saudara-saudara, mari kita bersama-sama membuat keputusan yang sama. Jadikan Tuhan pusat dalam keluarga kita, ajarkan anak-anak kita untuk mencintai Tuhan, dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Tuhan memberkati kita semua. Amin!
Komentar