Featured Post

Catatan Khotbah Minggu 12 Mei 2024

Gambar
 Minggu Eksaudi : Begiken Min O Jahwe Warna Mbentar Invocatio          :  “(Pilipi 3 : 16)” Ogen                     :  Perbahanen Rasul Rasul 1 : 1 - 5  (Tunggal )     Khotbah            :  Masmur 31 : 1 – 5      (Responsoria )     Thema                 :  Pemindon Lako Iampang-ampangi Tuhan              Khotbah : Masmur 31 : 1 – 5     Masmur Daud. Ku Kam aku cicio o TUHAN ula pelepas aku kemalun. Kam kap Dibata si bujur, mindo aku, maka IkeliniNdu aku. Begiken min pertotonku pedas min Kam reh mulahi aku. Jadi min Kam deleng batu inganku cicio, kubungku si nteguh inganku terkawal. Kam kap ingan cebuni dingen bentengku, tegu-tegu dingen babai aku erkiteken GelarNdu. Tegu-tegu aku maka ula aku kena siding itogeng kalak man bangku. Ampang-ampangi aku maka ula aku kena cilaka. Pembukaan   Syalomm mejuah juah senina ras turang, Kidekah nggeluh manusia ibas doni enda, lit lalap perbeben.  Lit nge lalap kiniseran, kiniseraan si mengancam keselamatan ta.  Tapi lit ka nge jalan keluar,

Anda Lebih Terbiasa Berseru Atau Melakukan


Ada satu ayat  yang tertulis dalam Matius 7 : 21  yang perlu untuk kita renungkan makna dan pesannya secara lebih mendalam dalam konteks inklusif dan pluralis seperti saat ini. 

Matius 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Disatu sisi ada dorongan dari Tuhan sendiri kepada umat Kristen untuk selalu berseru dan memanggil nama Tuhan, seperti yang tertulis dalam Yeremia 33 : 3, namun Yesus Kristus sendiri yang berbicara dalam Kitab Matius  tidak semua orang yang berseru kepadaNya yang akan masuk ke dalam kerajan Sorga.  Ditambahkah oleh Yesus kristus, “melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.  Yesus tidak mengatakan melakukan kehendak-Ku tapi kehendak Bapa-Ku.

Ada penekanan antara seruan dan melakukan, antara berseru (berkata kata) dan melakukan perbuatan tangan atau aktivitas.  Ini  beda yang pertama.  Ini tidak berarti bahwa seruan tidak perlu, karena  konsep Iman juga adalah pengakuan (seruan).  Dan Kekristenan seseorang dimulai ketika dia berseru menyatakan secara verbal pengakuannya.  Jadi perlu sekali untuk merenungkan seruan yang bagaimana dan oleh siapa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus. 


Lalu yang kedua dalam ayat tersebut juga ada sebuah info yang sangat mendasar yang sangat penting untuk direnungkan secara dalam oleh semua orang kristen terutama oleh presbiternya. Bahwa yang mendapat keselamatan itu adalah “yang melakukan kehendak Bapa-Ku”.  

Melakukan kehendak Bapa-Ku, dengan melakukan kehendak-Ku, mungkin mempunyai makna yang sama, namun pasti juga mempunyai penekanan yang berbeda.  Makna nya sama karena tidak ada beda antara Anak dan Bapa, seperti yang dituliskan dalam Yohanes 14 : 9.  Tapi pasti ada juga esensi yang beda antara kehendak Bapa-Ku dengan Kehendak-Ku. 

Bagi saya kenyataan ini lama jadi perenungan sampai mendengar sebuah konsep “Kristen Anonim”.  Adalah seorang teolog Katolik pada abad 20 yang bernama Karl Rahner yang menggagas konsep Kristen Anonim (Anonymous Christianity).

Konsep Kristen Anonim Rahner muncul sebagai tanggapan terhadap pertanyaan tentang nasib orang-orang yang belum pernah mendengar tentang ajaran Kristen atau Yesus Kristus, tetapi mungkin hidup dengan integritas moral dan spiritual dalam konteks agama atau budaya mereka sendiri. Rahner berpendapat bahwa Allah memberikan anugerah kepada semua orang melalui Roh Kudus, yang bisa membuat orang-orang memiliki pengalaman spiritual dan moral yang mendalam bahkan jika mereka tidak tahu tentang Kristen atau tidak memiliki iman Kristen yang eksplisit.

Dengan kata lain, Rahner meyakini bahwa orang-orang yang hidup dengan integritas moral dan spiritual, bahkan jika mereka bukan Kristen atau tidak memiliki pengetahuan tentang Kristus, pada dasarnya sedang mengalami "Kristen Anonim" dalam arti bahwa mereka dalam suatu cara yang misterius terhubung dengan kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam ajaran Kristen. Dia tidak menganggap orang-orang ini sebagai Kristen dalam arti konvensional, tetapi ia berpendapat bahwa Allah dapat mengenal mereka melalui kasih karunia-Nya

Apa yang digagas oleh Karl Rahner nampaknya sangat erat kaitannya dengan Matius 7 : 21b, bahwa yang selamat adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa-ku.  Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh orang orang ini membuat mereka bisa  datang kepada Bapa karena Kehendak Bapa Sendiri, seperti yang dikatakan Rahner ”Allah dapat mengenal mereka melalui kasih karunia-Nya. 

Bagaimana tanggapan para teolog tentang pendapat Karl Rahner ?  Ada yang setuju dan ada yang menentang.   Beberapa diantaranya seperti dibawah ini. 


Teolog yang Setuju dengan Kristen Anonim:

1. Hans Urs von Balthasar: Seorang teolog Katolik Swiss yang dekat dengan pemikiran Rahner, von Balthasar juga menerima konsep Kristen Anonim. Dia menganggap bahwa Allah dapat menyelamatkan orang yang tulus mencari-Nya, bahkan jika mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Yesus Kristus secara eksplisit.

2. Karl Barth: Barth adalah seorang teolog Protestan terkenal yang memiliki pandangan yang agak kompleks tentang konsep Kristen Anonim. Meskipun ia tidak sepenuhnya menerima pandangan Rahner, ia mengakui pentingnya upaya manusia untuk mencari Allah dan kemungkinan kasih karunia Allah dapat mencapai orang-orang di luar Kristen.

Teolog yang Menentang Kristen Anonim:

1. Cornelius Van Til: Seorang teolog Reformasi Presbiterian Amerika, Van Til menentang konsep Kristen Anonim. Dia menganjurkan posisi eksklusif yang mengatakan bahwa keselamatan hanya dapat ditemukan dalam iman eksplisit dalam Yesus Kristus, dan tidak ada keselamatan di luar iman Kristen.

2. John Hick: Teolog Inggris yang mendukung pandangan pluralisme agama. Hick menentang pandangan eksklusif dan menganggap bahwa semua agama memiliki akses ke yang sama, dengan cara mereka sendiri, ke kebenaran spiritual.   Sumber : Chat.GPT

Bagaimana pendapat Anda teman teman ku sekalian ? Bagi saya perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 7 : 21, menekankan kembali bahwa Keselamatan itu adalah sebuah anugerah maha tinggi dari Tuhan kita.    Kalau itu anugerah, maka sang penerima anugerah tidak bisa melarang sang pemberi anugerah untuk  memberikan nya kepada orang lain.  Orang yang selamat itu bukan orang berseru Tuhan, Tuhan melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku, saya maknai bahwa Anugrah Tuhan itu begitu luasnya dan bisa menjangkau atau diterima siapapun sesuai dengan kehendak Bapa

Bujur Melala Ras Mejuah juah Kita Kerina

Pt Em. Analgin Ginting


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indah Pada Waktunya / Pengkhotbah 3:11-15 ( Pekan Penatalayanan Hari Keempat)

Catatan Tambahan PJJ 1 – 7 Oktober 2023

Catatan Tambahan PJJ 27 Agustus – 2 September 2023